Kembali

2.5K 31 0
                                    

Ting ...tong...ting...tong

     Aku mendengar jika Bel dirumahku berbunyi, dengan senang hati akupun langsung membuka pintu. Aku berharap orang yang memecet bel tadi adalah namja yang sudah aku tunggu selama delapan tahun dan sedang berada di balik pintu tersebut. Mataku terbelalak saat mengetahui siapa orang yang berdiri di depanku saat ini.

"Opp..pa.." (sebutan pacar pria) Langsung saja aku menghambur kedalam pelukannya dengan air mata penantianku selama ini.

"Ada apa denganmu Ahra? Kenapa kau seperti ini?"

"Apa kau tahu? Aku berharap dan masih terus berharap setiap harinya jika kau akan segera tiba." Tangisku pecah sambil memandang matanya dalam.

"Kau menungguku selama ini?" Tanyanya dengan terkejut. "Tapi ... kenapa harus menyiksa dirimu ha? Apa kau pikir aku akan bahagia melihat kau seperti ini? Ini sama saja menyiksaku Ahra,melihatmu seperti ini."

"Aku sangat mencintaimu oppa, aku mohon jangan tinggalkan aku lagi. Sudah cukup lama kau meninggalkanku."

"Apa kau pikir aku tidak mencintaimu?" Ucapnya memelukku erat

       Hatiku seperti musim kemarau yang gersang, tidak ada setitik kebahagian saat aku harus kehilangannya. Tetapi seperti hujan yang membasahi tanah tandus ketika aku bersamanya.

"Oppa ..."

"Ne, wae (Iya, kenapa) Ahra-ya?"

"Apa kau tahu? Aku seperti orang bodoh yang kehilangan kesadaran saat tak bersamamu. Layaknya daun ini, jatuh dari pohonnya dan tergeletak begitu saja di tanah. Lalu kemudia lambat laun akan semakin rapu." Ucapku sambil mengamati daun kering yang kini aku genggam.

"Aku takut jika harus kehilanganmu oppa, aku akan seperti daun inj jika kau pergi meninggalkanku lagi." Tak terasa air mata yang kutahan jatuh dengan bebasnya.

"Berhentilah mengucapkan kata-kata tidak masuk akal itu, lihat aku! Aku ada bersamamu saat ini." Ucapnya sambil memelukku dan mengelus puncak kepalaku.

"Tapi oppa..rasa taku itu terus saja menghampiriku, aku takut kehilanganmu, aku takut seperti dulu, aku yakut jika kau .." gemuruh rasa sesak kembali memenuhi hatiku, rasa sakit itu kembali hadir memaksaku mengingatnya kembali. Nafasku sesak aku kehilangan kesadaran untuk menjaga setiap perkataanku

Kau tidak akan tahu rasa sakitnya

Kau tidak pernah merasakan itu

Rasa senang, takut dan segala macam perasaan yang tercampur di dalamnya

Membuatmu tidak pernah mengerti perasaan yang kau alami

"STOP! Berjanjilah untuk tidak berkata seperti itu!" Wajahnya memerah menahan emosi, nafasnya memburu. Bahkan tatapan lembut yang ia layangkan seperti biasanya, lenyap berganti dengan tatapan tajam.

"Berjanjilah kepadaku, aku mohom .. hilangkan rasa takut itu, tersenyumlah saat kau bersamaku tidak seperti ini." Tangisnya memelukku erat.

Donghae pov

Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakitimu

Maafkan aku jika membuat ukiran rasa sakit di sana

Aki tidak pernah ingin pergi

Aku masih mencintaimu

Rasa cintakulah yang membuatku terus bertahan hingga saat ini

Aku masih mempunyai segudanh impian saat bersamamu, Shin Ahra

Aku masih ingin melihat senyummu,tawa riangmu dan suaramu

Tapi ada sesuatu yang membuatku harus meninggalkanmu

Dalam sisa hidupku hanya senyummulah yang ingin aku lihat

Bukan tangismu seperti ini

Shin Ahra pov

      Ketika aku bersamanya, rasa takut untuk kehilangan selalu datang menghampiri. Ketakutan yang menjadi mimpi burukku kini begitu nyata, melihat sosoknya yang dihiasi berbagai macam selang yang menusuk tubuhnya dan alat pendeteksi jantung terpajang disampingnya

        Aku tersenyum pahit, apalagi sekarang? Tidak bisakah rasa sakit ini berhenti menghampiriku? Aku sudah bosan untuk terus menangis, bahkan rasanya air mataku sudah kering, bisakah aku bahagia? Tidak bisakah waktu yang kuhabiskan selama ini untuk menunggunya berganti dengan perasaan senang ketika melihatnya kembali dihadapanku? Kenapa rasa sakit ino terus mengejarku?

         Lagi, aku hanya dapat tersenyum pahit dengan rasa sakit yang bergemuruh. Kupandangi wajah tenangnya, perlahan kusentuh wajah itu dengan telunjuk, mengitari garis rahang yang kokoh lalu naik menuju hidung dam gerakkan telunjukku terhenti tepat dimatanya. Ku usap perlahan kelompak matanya dengan ibu jari. "Mata indah ini kini tertutup" lirihku

Aku menuju sofa yang terletak di sudut ruangan, membaringkan tubuhku.

"Tuhan ... Aku rindu dengan senyumannya, mata indah yang tenang, caranya tertawa dan semua tentangnya." doaku sebelum tidur. Mataku kini terpejam, air mata itu kembali jatuh tanpa bisa cegah, kutarik nafas perlahan lalu kuhembuskan secara perlahan pula menikmati setiap goresan yang tertera.

All is LostOnde as histórias ganham vida. Descobre agora