First Fight (Juno-Zahra)

41 0 0
                                    

Kalau perhitungan Zahra benar, Hari Senin itu adalah hari ke-16 setelah pertengkarannya dengan Juno.

Di hari ke-16 ini pula lah ia memutuskan untuk kembali keluar apartemennya sebelum jam 6 pagi.

Demi menangkal takdir bertemu dengan Juno yang punya kebiasaan bersepeda keliling kampus subuh-subuh sebelum kuliah—yang biasanya dilakukan bersama Zahra juga sih—16 hari kebelakang ini, Zahra sengaja keluar apartemennya lebih siang. Pokoknya semepet mungkin dengan jam kuliahnya.

Oke, mungkin harus diakui kalau kebiasaannya untuk bangun lebih pagi, lari atau bersepeda berkeliling kampus, kemudian sarapan bubur enaknya Bu Sri terbentuk sejak ia dekat dengan pacarnya itu.

Pernah gak lihat seseorang yang kamu kagumi gaya hidupnya kemudian kamu jadi terinspirasi untuk memperbaiki diri juga dan akhirnya melakukan kebiasaan orang itu juga? Kata orang, Herjuno Rendra Manalu itu orang seperti itu.

Nah, kalau Zahra sih enggak. Ia ikut bukan karena ingin memperbaiki diri, tapi karena emang pengen sering-sering ketemu orangnya aja. Hehe.

Itu awalnya.

Lama-lama Si Zahra yang awalnya malas setengah mati malah kegerahan karena tidak bisa melakukan kegiatan itu.

Memang begitu ya membangun kebiasaan baik: awalnya berat, tapi lama-kelamaan malah tidak enak kalau tidak dilakukan.

Tapi sekali lagi, buat Zahra sih awalnya tidak berat karena... ah sudahlah. Dia sedang malas memikirkan orang itu. Lagipula hari ini ia ingin keluar subuh-subuh bukan untuk bertemu orang itu. Tujuannya jelas ingin melakukan kebiasaan baiknya itu.

Biar saja kalau ketemu pun, ia akan buang muka. Apa susahnya.

Aduh, gak deh. Jangan ketemu.

---

Walaupun agak-agak parno melirik setiap sepeda yang melintas, nyatanya Zahra tidak melihat Juno selama lari pagi tadi.

Sekarang di bangku panjang sebelah gerobak bubur Bu Sri pun, hanya ada 2 mahasiswa laki-laki yang sedang memakan buburnya sambil sesekali mengobrol. Tidak ada Juno.

Apa dia juga ngehindarin gue ya?

Dih. Apaan lo, Zah?

"Mbak Zahra itu ke mana aja sih? Ibu kangen lho. Biasanya kan sepedahan ke sini sama Mas Juno." Sapaan Bu Sri, penjual bubur paling enak se kampus (sumpah-rugi-kalau-gak-pernah-nyobain), memecah pikiran Zahra.

"Eh iya" Zahra menerima bungkusan bubur yang disodorkan Bu Sri. "Saya telat bangun terus, lagi sering begadang ngerjain tugas hehe"

Bu Sri tersenyum agak lama melihat Zahra.

"Ini Bu" Zahra memberikan 2 lembar uang pas kepada Bu Sri, tapi tangan Bu Sri menahannya. Ia kemudian membuka laci gerobaknya dan mengeluarkan sebuah amplop yang terbungkus plastik bening.

"Nih"

"Apa ini Bu?"

"Dari masnya. Titip, katanya, buat mbak zahra yang biasa dateng sama masnya. Katanya, kalau mbak sudah datang ke sini, berarti mungkin sudah tidak terlalu marah, jadi boleh dikasih ini. Buburnya juga sudah dibayarkan masnya." Bu Sri senyum-senyum sendiri melihat Zahra yang masih menatap amplopnya. "Saya plastikin mbak, biar gak bau kuah bubur, ndak papa ya?"

"Kapan emang nitipnya Bu?"

"Kapan ya.. 2 minggu lebih kayaknya. Masnya kalau ke sini nanyain Mbak Zahra. Terus karena Mbaknya gak dateng-dateng, baru nitip ini ke saya." Bu Sri meletakkan tangannya dengan lembut di atas lengan Zahra. "Jangan lama-lama berantemnya ya mbak, akur-akur.. berantem biasa, yang penting diomongin aja.. duh saya tuh sedih biasanya liat mbak sama masnya ngobrol di sini berdua.. ngobrol lagi ya?"

"Iya Bu, terimakasih sudah mau dititipin.." Zahra memasukkan amplop itu ke dalam saku jaketnya. "Titip salam juga buat Juno."

"Halah kalian itu lho, zaman begini malah salam-salaman lewat Bu Sri. Kalau zaman Bu Sri muda tuh yha pantes, gak ada HP! Gak, Bu Sri gak mau sampein. Sampein sendiri gitu lho, halah, wong kampusnya aja sebelah-sebelahan gitu."

Zahra tertawa melihat Bu Sri yang tiba-tiba ngomel.

Setelah meminta maaf—masih sambil tertawa—Zahra pamit. Setelah berbalik, Zahra langsung membaca surat dari Juno itu sepanjang jalannya pulang.

Zahra,

Ya Tuhan, kangen sekali melihat tulisannya...

Hospitalship (extended stories)Where stories live. Discover now