Sleeping child (Gio)

488 34 0
                                    

Walaupun tidak terlihat, langit Jakarta pagi buta itu ternaungi awan-awan tebal. Gio melirik ke jam digital yang tertera di dashboard mobilnya. 04.13 WIB. Setelah terparkir sempurna, ia mematikan mesin mobilnya, kemudian keluar membawa tas punggung berwarna hitam dan jaket parasut hitamnya. Angin dingin menyambutnya begitu ia keluar. Ia meringis, kaus hitam tipis yang dipakainya tidak mampu melindunginya. Ia buru-buru berjalan ke depan teras rumahnya, kemudian sepelan mungkin membuka pintu, takut membangunkan istrinya yang sedang tertidur.

Gio meletakkan tas dan jaket parasut yang dibawanya di atas sofa ruang tamu, tangan kanannya kemudian memijat-mijat lehernya. Semalam ia dipanggil untuk melakukan operasi cito, terpaksa harus meninggalkan Ayu di tengah-tengah perayaan hari pernikahan yang ke-6 bulan. Untungnya Ayu tidak pernah berubah sejak jaman pacaran dulu, selalu mengerti pekerjaannya-dan selalu ikhlas ditinggal mendadak.

Gio membuka pintu kamar tidur, lagi, dengan sepelan mungkin.

Lampu kamarnya redup, sebuah hasil komprominya dengan Ayu. Gio menyukai tidur tanpa cahaya sama sekali, sedangkan Ayu menyukai tidur di tempat yang terang. Setelah kompromi, akhirnya malah jadi kebiasaan. Tidak ada Gio pun, Ayu meredupkan lampu ruangan kamarnya.

Gio mencari Ayu. Ayu sedang berbaring miring ke sebelah kanan di sisi kanan tempat tidur, menghadap lampu. Walaupun sudah terbiasa dengan keadaan tidur yang berbeda dari kebiasaannya dulu, ia tetap berusaha mendapatkan sumber cahaya sebanyak mungkin. Sinar lampu kuning menyinari wajah Ayu yang tertidur. Tanpa selimut yang melapisi, terlihat dadanya naik-turun dengan perlahan. Syukurlah istrinya masih tertidur, di awal-awal pernikahan dulu, Ayu sering tidak tidur menunggu Gio pulang. Entah sambil bekerja di laptopnya atau sekadar marathon drama. Mau secapek apapun Gio di rumah sakit atau semalam apapun panggilannya, kalau pulang melihat Ayu, apalagi sedang tertidur begini, rasa lelahnya langsung lenyap. Untunglah tadi ia bekerja keras, tujuannya kini jelas ada di depan mata.

Pandangan Gio beralih ke perut Ayu. Sekilas jika dilihat dari luar, tidak ada yang berbeda. Gio duduk di lantai, memposisikan dirinya di depan perut Ayu. Tangan kanannya mengelus perut Ayu selembut mungkin, berhati-hati tidak membangunkan Ayu. Ketika tangannya merasa, Gio tersenyum.

"Hey, kamu bangun atau tidur kayak Mama?" Ucap Gio setengah berbisik. "Papa baru pulang kerja... Harus ninggalin kamu sama Mama tadi, capek juga, tangan Papa kayak mau putus rasanya... Tapi pasiennya ketolong. Walaupun harus tiba-tiba pergi lagi nanti, gak apa-apa kan?" Gio melirik sekilas ke arah Ayu, takut tiba-tiba membangunkannya. Mata Ayu masih tertutup.

Gio menatap perut Ayu lagi, tangannya mengelus lembut. "Kalau kamu gimana? Apa kabar? Lima belas minggu ya, betah? Gelap ya? Haha, nanti kalau udah lahir Papa ajak kamu ngeliat dunia, ngerasain apa yang baik-baik. Sekarang tumbuh yang baik dulu, ya."

Gio mengubah posisinya sedikit. "Papa penasaran kamu mirip siapa ya nanti? Mirip Papa aja ya, biar Mama kesel hahaha. Tapi senyumnya mirip Mama aja ya, Papa paling suka liat senyum Mama kamu." Gio tersenyum terbayang senyuman Ayu. "Kamu nanti suka apa ya?" ucapannya terhenti sebentar.

"Musik? Iya kayaknya musik... Papa sama Mama suka musik. Kamu pernah denger lagu? Ah mungkin pernah ya... Mama kan suka tiba-tiba nyanyi ya? Lagi masak nyanyi, lagi kerja nyanyi, lagi ngobrol sama Papa aja suka tiba-tiba nyanyi. Kamu suka denger suara Mama gak? Papa suka banget. Eh, Papa tadi denger lagu ini di radio, jadi inget kamu. Dengerin ya, tapi pelan-pelan aja biar Mama gak bangun. Oke?" Gio mengambil handphone di dalam kantong celananya, kemudian memutarkan lagu dengan volume yang paling rendah. Diletakkannya handphone itu di samping perut Ayu.

The milky way upon the heaven
Is twinkling just for you
And Mr. Moon, he came by to say goodbye to you
I sing for you
I sing for mother
We're praying for the world
And for the people everywhere
Gonna show them all we care

Hospitalship (extended stories)Where stories live. Discover now