Bakar rumah Ayah Yuta

928 111 17
                                    

Sepulangnya dari rumah sakit. Renjun, Guanlin, Shotaro dan Sungchan memutuskan untuk pergi berbelanja kebutuhan diapartement yang kebetulan sudah habis.

Sesampainya disupermarket. Mereka berempat turun dari mobil dan masuk bersama, dengan Renjun dan Shotaro didepan. Suami mereka dibelakang, kalo kata Sungchan, "Taro sama Renjun hyung jalan didepan. Biar aku sama Guanlin dibelakang kalian. Kami bakal menjaga semesta kami dari belakang."

"Yakin mau pencar aja?" Tanya Guanlin menatap Renjun khawatir.

"Iyaaa, Alin." Renjun mengangguk mantap.

"Nanti kalo kamu sama Shotaro kenapa-napa gimana?"

"Nggak akan. Tenang aja."

"Ya gimana aku bisa tenang."

Disebelah Guanlin. Sungchan menghela nafas malas. "Biarin, Guan." Katanya.

"Biarin gimana?!"

"Ck! Udah, lu ikut gue sini. Biarin mereka berdua, mungkin mereka pengin jalan berdua kayak dulu."

-------

Dua Kakak-adik berjalan beriringan dengan mendorong sebuah troli. Rejun yang memilih barang dan Shotaro yang mendorong.

Keduanya terus menelisuri rak-rak yang ada disana. Mengambil satu persatu bahan yang dikiranya sudah habis atau butuh. Mereka juga membeli beberapa camilan dan susu kotak. Mereka tak cukup berani membeli soda dan bir, bukan hanya karena dilarang. Tapi mereka ingat jika mereka sedang menjaga satu nyawa lagi.

"Hyung, kita mau beli es krim nggak?" Tanya Shotaro saat melihat hasil belanja mereka. Namun tak ada satupun cup es krim, biasanya Renjun akan selalu membeli banyak es krim.

Mendengarnya---Renjun yang sedang mengambil garam langsung menoleh. Menaruh garam itu dan menggaguk. "Kita beli dong. Ayok!"

Mereka melangkah menuju chiller ed krim. Renjun membuka tutupnya dan hendak mengambil satu cup es krim berukuran bedar, namun terhenti karena ada yang akan mengambilnya juga. Saat Renjun mendongak ia terkejut bukan main. Sementara dibelakang Renjun, Shotaro terlihat terkejut juga.

Sosok Yuta berdiri disamping Renjun. Tidak jauh berbeda dengan dua anaknya--- ah larat. Satu anaknya, karena Yuta pernah bilang jika Renjun bukan anaknya. Yuta terkejut melihat Renjun yang menatapnya. Tatapan itu terjadi sekitar 4 menit, hingga suara lembut nan ceria membuat atensi mereka teralihkan.

"Ayah? Udan belum?" Winwin yang awalnya ingin memanggil Yuta, kini ikut terkejut melihat ada Renjun dan Shotaro.

Winwin terdiam. Ia menatap lama tiga orang didepannya, sampai kembali sadar. Winwin mendekat kearah Yuta. Pandangan Winwin saat menatap mata Renjun dan Shotaro sangat berbeda. Saat menatap Shotaro, maniknya terlihat sayu dan teduh. Wajah Winwin menyiratkan rasa rindu yang ketara. Tapi saat menatap Renjun, ekspresi Winwin langsung berubah menjadi datar dan dingin.

Melihatnya. Renjun tersenyum kecut dengan memalingkan wajahnya kearah lain. Bukannya ia tak rindu ditatap oleh orang yang sudah melahirkannya. Tapi Renjun tidak suka ditatap begitu oleh Winwin. Bukan oleh Winwin saja, oleh siapapun. Ia merasa tak nyaman ditatap dengan tatapan dingin dan datar. Karena sendari kecil, Renjun tumbuh dengan kasih sayang yang melimpah serta tidak pernah dibentak. Hanya satu kali. Saat kesalah pahaman itu.

Dan dugaan Renjun benar. Orang tuanya langsung menghampiri Shotaro setelah Winwin menggandeng tangan Yuta. Lagi-lagi Renjun hanya bisa tersenyum kecut. Dadanya bergemuruh, sangat sesak, seakan ada batu besar yang mendarat disana. Hatinya tercoes, seperti diiris-iris. Jantungnya berdegup dua kali lebih cepat.

My Husband My Wife | GuanRen✔️Where stories live. Discover now