[Calon Mertua]

20 2 2
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Ambil yang baik, buang yang buruk:)

🌼🌼🌼

"Ikut dengan terpaksa, atau mau gue gandeng?"

Lelaki itu mengepalkan tangannya, berusaha untuk meredam emosi yang saat ini tengah mencapai level tertinggi. Rasanya ia benar-benar ingin membunuh wanita itu, saat menemukan dua boneka beruang cokelat di sela-sela tumpukan sampah yang kini sudah berpindah di tangannya.

Lelaki yang tak lain adalah Faris, segera berjalan menuju motor sport yang baru saja terparkir tadi. Ia meminta tolong kepada Mbok Siti---yang sejak awal telah menemani Faris mencari boneka usang itu, untuk mengambilkan kunci motor, dan mengatakan kepada kedua adik kembarnya bahwa boneka mereka telah ditemukan. Hanya saja Faris berniat untuk membawa boneka itu ke tempat laundry, agar lebih bersih dan wangi.

"Makasih, Mbok." ujar Faris saat menerima kunci motornya. Ia mulai menyalakan gas, kemudian menjalankan motornya membelah jalan raya.

"Hati-hati, Bang!" seru pembantunya tanpa mendapat tanggapan dari Tuan Mudanya yang sudah mulai menjauh.

Tak memerlukan waktu lama, lelaki itu pun sampai di tempat laundry yang berjarak sekitar 5 km dari rumah. Faris memberhentikan motor sport berwarna hitam miliknya tepat di depan bangunan berwarna krem. Tatapannya tak sengaja tertuju pada perempuan yang memakai seragam putih-abu sama sepertinya. Yang ditatap itu juga menatap balik. Raut wajahnya terlihat keheranan, dan tatapan matanya itu tak lepas dari setiap gerakan Faris.

"Lo, ngapain di sini?" tanya Faris saat ia telah mendekati perempuan tadi yang tak lain adalah teman satu kelasnya, Najwa.

Merasa tersadarkan dari keheranannya, Najwa sedikit mengerjapkan mata sembari beristighfar lirih. Semua kelakuan Najwa tak luput dari pandangan Faris, membuat lelaki itu tanpa sadar tersenyum. Entahlah, dia selalu saja lupa untuk menjaga pandangannya jika bertemu Faris. Dan ke-khilafannya itu membuat Faris terkadang merasa sedikit gemas. Eh!

"Kamu?" balasnya balik bertanya.

Merasa heran dengan pertanyaan yang terkesan ambigu, lelaki itu kembali menjawabnya dengan pertanyaan, "Gue?"

Gadis di hadapannya terlihat mengembuskan napas kasar, berusaha untuk tidak berbicara nge-gas seperti Shabiya. Agaknya, duduk satu meja dalam kurun waktu 1 tahun lebih membuat ia perlahan tertular tabiat sahabatnya. "Iya, ngapain?"

"Oh, itu," Faris ingin merutuki dirinya sendiri yang terlihat bodoh di depan Najwa. Entahlah, biasanya dia yang cuek terhadap lingkungan sekitar, pun kepada Ibra dan Ucup. Namun, sekarang saat berhadapan dengan cewek yang sama cueknya, dia seolah kehilangan wibawa. "Ya lo pikir sendiri lah, gue di sini mau apa!" lanjutnya membuat lawan bicaranya mengernyitkan dahi, heran.

Apa mungkin, dia merasa sedikit salah tingkah? Ingat, hanya sedikit!

Tak lama setelah perdebatan kecil itu, sosok wanita paruh baya dengan kaos, dan rok panjang yang menutup tubuhnya, datang membawa beberapa pakaian yang sudah dibungkus rapi dalam plastik.

"Siapa, Na?" tanya wanita itu yang diketahui sebagai Tante dari Najwa. Dia adalah adik dari Amri, ayah gadis itu.

"Itu, Tan, teman Najwa." jawab perempuan itu singkat.

"Teman apa teman?" Diara mencoba untuk menggoda keponakannya yang diketahui tak pernah membawa teman lelaki ke rumah.

"Teman, Tante." jawab Najwa mencoba meyakinkan Tantenya, agar tidak ada kesalahpahaman, apalagi jika sampai timbul fitnah.

"Hm, perkenalkan, Tante, saya Faris, teman satu kelas Najwa." Faris menyalami wanita di depannya dengan hormat, kemudian mulai menjelaskan maksud kedatangannya di sini.

"Oh, bisa-bisa, dua hari lagi ambil aja ke sini ya." Diara mengambil boneka milik adik kembar Faris, dan menyuruh Najwa untuk membawanya ke belakang. Gadis itu menurut, kemudian pergi dari hadapan kedua manusia berbeda jenis itu tanpa pamit.

Hening. Diara sibuk dengan pekerjaannya, sementara Faris sibuk dengan pikirannya. Mungkinkah sekarang adalah waktu yang tepat untuk membawa Najwa ke suatu tempat?

"Tan,"

"Ya?" balas Diara tanpa mengalihkan pandangannya. Ternyata keponakan dengan tantenya sama saja, suka lupa sekitar jika sudah punya kesibukan.

"Saya boleh ajak Najwa pergi?" yang diajak bicara itu sontak berhenti dari kegiatannya, kemudian menatap pemuda yang sedang berdiri di hadapannya dengan raut wajah datar. Heran saja, katanya teman, tapi kok mau diajak jalan? Atau, mereka hanya teman jalan?

"Mau ajak kemana? Nge-date?" pertanyaan itu membuat Faris sedikit salah tingkah, bingung ingin menjawab seperti apa. "E-eh, ngga, Tante. Cuma mau ajak Najwa ketemu Bunda."

"Kok cepet?" lelaki itu mengernyitkan dahi, tanda jika otaknya itu sudah menampung banyak pertanyaan-pertanyaan yang tidak ia ketahui jawabannya.

"Cepet?"

"Cepet banget mau dikenalin ke calon mertua."

Faris diam, tidak berniat menjawab pertanyaan itu. Lebih tepatnya, dia tidak tahu harus menjawab seperti apa. Sementara Diara sudah masuk sejak pertanyaan itu terlontar, kemudian kembali bersama keponakannya yang terlihat seperti menolak untuk diajak keluar.

"Tuh, mau diajak ketemu calon mertua," sekarang giliran Najwa yang mengernyitkan dahi, mencoba untuk mencerna ucapan Tantenya itu. Sementara lelaki di hadapannya terlihat sedang menghela napas, mencoba untuk memaafkan sikap Diara yang jujur lebih menyebalkan dari Najwa.

"Ikut gue, yuk!" ajak Faris direspons oleh tatapan tajam dari gadis itu, "Ngga mau!" tegasnya.

"Bandel lo! Nurut deh, sekali-kali!"

"Mau kemana sih?!"

"Udah, ikut aja!"

"Ngga mau, ngga jelas! Entar aku diapa-apain,"

"Ngga boleh su'udzon sama orang."

"Ya abis, aneh!"

"Gue udah nurutin perintah lo tadi pagi ya buat sholat. Sekarang giliran lo, nurut sama gue." perkataan itu sukses membuat Najwa membulatkan mulutnya. Gadis itu benar-benar tak menyangka jika Sholat Dhuha yang dilaksanakan Faris tadi pagi semata-mata karena dirinya.

"Ish, dosa loh! Niat sholatnya ngga lillahi ta'ala." Faris memutar bola matanya malas mendengar jawaban dari gadis itu. Najwa ini memang polos, atau pura-pura polos? Kenapa semudah itu percaya dengan kata-katanya yang bahkan muncul tanpa dia pikirkan.

"Ck! Udah ayok, ikut dengan terpaksa, atau mau gue gandeng?!"

.
.
.

Yang ngga mau digandeng?☺

Tolong, kalo ada cowok modelan Faris, jual aja di olshop, author-nya mau CO:)

To be continued, jangan lupa tinggalkan jejak🐾

Jazakillah khairan🌼

12 Maret 2022

Tentang Kau dan Sebuah RasaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz