[Kiki Hilang]

15 0 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim...

Ambil yang baik, buang yang buruk:)

🌼🌼🌼

Seorang lelaki dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya baru saja sampai di rumah bernuansa biru yang ia tinggali. Usai memastikan motor sport yang digunakannya ke sekolah tidak terjatuh, ia pun segera berjalan menuju pintu. Siapa lagi kalau bukan Faris. Lelaki yang kini telah melepas sepatu, menyisakan kakinya yang hanya terbalut kaos kaki.

"Abaaaang..." sapa seseorang yang tanpa aba-aba langsung memeluk Faris. Dia, Kiara Arunika, salah satu dari adik kembar Faris.

Kia menyembunyikan kepalanya di dada Faris yang terbalut kaos pendek berwarna putih dengan seragam dibiarkan terbuka. Faris yang melihat kelakuan adiknya tentu saja merasa keheranan. Terlebih saat dadanya terasa basah oleh air mata yang perlahan mengalir.

"Kia kenapa, kok nangis?" tanya lelaki itu sembari mengusap kepala adiknya yang masih terbalut kerudung segi empat.

Gadis berumur 13 tahun itu tak menjawab, dia justru mengeratkan pelukannya, membuat Faris semakin dilanda keheranan. Apalagi melihat seragam biru-putih yang masih melekat di tubuh Kia. Dapat Faris simpulkan, jika gadis itu sudah menangis sejak pulang sekolah hingga saat ini.

Merasa ada yang tidak beres, dia memanggil Mbok Siti, asisten rumah tangga mereka yang sudah merawat Kia, dan Kai sejak mereka masih bayi.

"Kenapa, Bang?" tanya Mbok Siti dengan langkah tergopoh-gopoh, sampai tak sadar bahwa ia membawa panci yang tadi hendak diisi air.

"Kia kenapa, Mbok?"

"Duh, saya ngga tau, Bang. Dari tadi pulang sekolah, Mbak Kia sama Mbak Kai nangis, ditanyain 'kenapa?' malah ngga mau jawab, katanya mau cerita ke Abangnya aja." jelas Mbok Siti yang membuat Faris menganggukkan kepalanya pelan. Lelaki itu kemudian melepaskan tas punggung yang ia pakai di lengan kanannya, meletakkannya di lantai begitu saja. Karena ia tahu Mbok Siti pun sekarang sedang kerepotan sekarang, "Tolong ya Mbok, nanti bawa ke kamar." Mbok Siti mengangguk. Tanpa berpikir panjang, ia menggendong adiknya sendiri ala bride style, membuat Kia merasa sedikit terkejut.

"Bang, turunin Kia, ntar Kia jatuh..." keluh gadis itu, kemudian mengeratkan kedua tangan di leher kakaknya.

"Udah diem, lanjutin aja nangisnya..." Kia tak membantah, ia pun menyembunyikan wajah di ceruk leher milik Faris, kemudian melanjutkan tangisannya yang sempat tertunda.

Tak lama mereka berdua sampai di ambang pintu kamar milik Si Kembar. Tatapan lelaki itu kemudian beralih pada Kaira yang sedang menangis sembari memeluk guling kesayangan gadis itu. Ia juga merasa sedikit berbeda dengan pemandangan kamar mereka. Seperti baru saja dibereskan oleh seseorang.

Saat menyadari akan kehadiran Abangnya, Kaira segera beranjak, dan memeluk Faris.

"Kalian ini, kenapa sih?" tanya lelaki itu mulai sedikit frustasi. Pasalnya, tidak ada yang mau cerita di sini. Dirinya pun mulai terasa terbebani dengan Kia yang ada di gendongannya, dan Kai yang sedang memeluknya.

"Kai, duduk!" gadis yang diperintahnya itu menurut, meski harus memperlihatkan raut wajah kesal pada Abangnya terlebih dahulu. Melihat adiknya sudah ada di posisi awal, Faris pun menurunkan Kia, dan memberikan perintah yang sama.

Tentang Kau dan Sebuah RasaWhere stories live. Discover now