Resepsi

134 18 5
                                    

Bang Tara menggelengkan kepala setelah membaca pesan terakhir dari Hansel. Lucu sekali jika mengingat bagaimana Hansel selalu gagal dalam hal perempuan. Bukan hanya dirinya yang payah bila di depan perempuan langsung membeku, Hansel ini tipikal yang sulit didekati dan tidak peka. Mudah salah tingkah tapi ia tidak sadar ada kode yang diberikan oleh perempuan kepadanya. Menurut Bang Tara, adiknya yang satu itu memang perlu les privat kepadanya perihal mendekati perempuan, menjadikannya sebagai gebetan, lalu yang terakhir memberi kepastian hubungan menjadi pacar. Hansel benar-benar harus belajar.

Dia tersenyum sendiri membayangkan bagaimana wajah Hansel sekarang. Pasti sangat aneh.

"Senyum-senyum sendiri, kenapa?" Diana datang dari dapur kost sambil membawa segelas air. Bang Tara mengalihkan pandangan ke Diana. Ia meringis menampilkan gigi kelinci khasnya pada pacarnya itu.

"Enggak, ini nih biasa si Hansel," Balas Bang Tara.

"Kenapa?," tanya Diana lagi sembari menyerahkan gelas berisi air putih kepada Bang Tara.

"Perasaan tadi kamu nawarin aku yang lain kenapa bawanya air putih doang?" Bukannya menjawab, Bang Tara malah balik bertanya. "Formalitas aja tanya hehe," balas Diana, kini gantian ia yang tersenyum dengan menampilkam barisan giginya.

Bang Tara tidak menyahut lagi, ia lalu meminum air putih yang diberikan Diana tadi. "Hansel bikin ulah lagi, capek punya adik gak ada pengalaman sama cewek. Bikin malu aja, mana enggak sat set sat set. Harus aku ajarin," ujar Bang Tara bermaksud menjawab pertanyaan Diana tadi.

Diana mengernyit, merasa kesal sendiri dengan ucapan Bang Tara tadi.

"Hansel kan bukan kamu, Tar. Dia emang payah tapi enggak kaya kamu sukanya nyakitin cewek," balas Diana.

"Dih, itu mah masa lalu, Yang. Sekarang udah enggak, aku setia sama kamu. Cuma kamu satu-satunya yang aku cinta." Dengan percaya dirinya Bang tara berucap. Ia lalu merebahkan dirinya dan menjadikan paha Diana sebagai bantal.

"Sekali buaya ya buaya," ucap Diana sambil menepuk jidat Bang Tara.

"Sakit, Yang."

Bang Tara mengusap jidatnya, memanyunkan bibir seolah merajuk. Ia kemudian menganbil ponselnya, enggan menatap Diana. Matanya fokus menatap layar datar ponsel yang tengah menampilkan aplikasi instagram. Bukan mau bertindak kasar ya, Diana hanya kesal saja dengan ucapan Bang Tara. Ia tau dulu seperti apa Bang Tara. Mendekati perempuan tanpa peduli jika si perempuan bisa saja terbawa perasaan. Sialnya kenapa Diana harus menjadi salah satu dari perempuan itu? Dan anehnya ia sekarang malah menjadi kekasih Bang Tara. Lebih tepatnya hanya Diana yang yang dijadikan kekasih oleh Bang Tara. Kalau kata Bang Tara, "Diana itu beda. Susah dideketin, enggak gampang kena gocekan gue. Dan gue suka sama dia sejak pertama gue lihat dia. Hati gue langsung bilang kalau Diana itu cewek yang gue cari. Diana itu yang tepat untuk gue."

Diana mengusap jidat Bang Tara dengan lembut. Ada rasa bersalah juga dibenaknya. Pasti sakit sekali mengingat tadi bunyinya cukup keras. Gadis itu memperhatikan Bang Tara yang masih fokus dengan ponsel. Ia menatapnya dengan tatapan tak terbaca. Tangannya masih setia mengusap jidat kekasihnya itu.

"Tar," ucapnya setelah lama hening dan dibalas dengan gumaman oleh Bang Tara.

"Lihat aku dulu, Tara!" Diana mengambil ponsel dari genggaman Bang Tara. Baru ingin protes, Bang Tara langsung mengurungkan niatnya saat matanya bertemu dengan Diana.

"Ada apa?," tanya Bang Tara dengan suara melirih.

"Kamu kemarin pulang pagi lagi ya?" Tatapan keduanya saling bertemu. Bang Tara tidak langsung menjawab, lalu bola matanya bergerak tak beraturan seolah menghindari tatapan dari Diana.

Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Jul 10, 2022 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

BASKARADove le storie prendono vita. Scoprilo ora