1

86 47 21
                                    

Chuu..
Hai prennnn... Balik lagiii sama Yola

Apa kabar prenn?

Jangan lupa vote, komen dan follow fyolaaaa wajib!!

Absenn!

Kalian dari daerah mana?

Oke happy reading all💙

_____________
Saka

Saka kamu dimana?
Lagi sibuk ya?

??

Tolong jemput aku dirumah sakit
bisa??

Sorry, gak bisa Kan.
Aku sedikit sibuk, sama Ara bisa kan?
Aku gak bisa ninggalin.

Maaf Ka, aku sama Ara aja
Maaf ganggu.


___________________________________

Gadis itu melempar handphonenya begitu saja di atas nakas samping brangkar dalam ruangan sebuah Rumah Sakit.

Tak lama suara pintu terbuka dengan menampilkan beberapa pria berjas, membuat atensi Kanaya terfokus pada mereka. ''Permisi, Nyonya memerintah kami untuk membawa pulang anda Nona,'' salah satu dari mereka bersuara.

''Tidak,'' sangkalnya. ''Saya akan pulang sendiri,'' lanjutnya dengan tatapan intens pada pria yang berdiri menghadap nya.

Salah satu dari mereka kembali bersuara. ''Tapi, perintah Nyonya tidak dapat kami langgar Nona. Kami harus membawa anda pulang!'' kini dengan intonasi yang agak naik.

Gadis itu terkekeh menatap pria berpawakan tinggi besar itu nyalang. ''Kalian pikir, saya bodoh?! Sudah sampaikan padanya saya akan pulang petang!'' tekannya sebelum mereka mengangguk dan meninggalkan bangsal Kanaya.

''Mereka nyuruh lo pulang, huh?'' Ara muncul dari balik pintu bangsal rumah sakit itu. ''Gue gak habis pikir deh. Anjir kan bisa-bisanya!'' Ara malah berpikir frustasi.

Kanaya menyunggingkan senyum kepada sahabatnya itu. Ya, mereka telah saling mengenal sejak duduk di bangku sekolah dasar. Ara, dia paling mengerti bagaimana keadaan Kanaya sekarang. Dibawah tekanan ibunya, ia tersiksa. Namun, gadis itu malah tidak pernah mengeluh sedikitpun pada sosok Ara.

Kanaya mengerutkan dahinya sebelum memanggil sahabatnya yang sedang melamun dengan raut wajah aneh. ''Ra?'' hal itu sukses membuat seorang Ara sadar dari lamunannya.

Namun, tiba-tiba Ara memeluknya dari arah samping. Membuat gadis yang tengah terpasang infus di salah satu tangannya itu sedikit terhuyung sebelum ragu membalas pelukan hangat, yang sangat jarang ia dapatkan dari orang yang sudah ia anggap lebih dari sekedar teman ini.

Kanaya mengusap pelan rambut Ara. Dapat ia dengar isakan kecil terdengar dari bibir mungil Ara. Namun, Ara malah makin menyusupkan kepalanya ke celuk leher Kanaya. Tak dapat dipungkiri melibat sang sahabat dalam kondisi yang rumit, dan ia sama sekali tak bisa membantunya keluar, selain mengatakan kalimat 'semangat, lo kuat'.

''Hei? Kenapa?'' Kanaya mencakup kedua pipi Ara dengan kedua tangannya, dapat ia rasakan sedikit sakit pada tangannya yang terpasang infus. Ia mengusap perlahan air mata Ara, ia dapat melihat mata sendu dari orang yang berada dihadapannya itu.

KanayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang