06

834 181 97
                                    

|Kalau ada yang typo tolong kasih tahu ya gaess!|

Kasih ☆ and komen jangan lupaa♡

♡Happy reading♡

~o0o~

Satya menggoes sepedanya dengan perlahan, pergerakannya terbatas karena ia membawa Wendy. Dan karena  sepeda milik Satya tidak ada boncengannya, Wendy jadi harus duduk di depan, duduk di besi.

"Sakit gak?" Tanya Satya. Wendy menggeleng, ia masih sedikit sesenggukan. "Nunduk dikit, jalannya gak keliatan."

Wendy menundukkan kepalanya. "Kalau pegel bilang."

Hujannya sudah tidak terlalu deras, hanya tinggal gerimis saja. Satya sedikit menggigil karena udaranya cukup dingin. "Kamu kenapa turun begitu aja?"

"Aku..., gak akan mau turun. Hujannya besar banget, tapi Kaisar yang suruh." Jawab Wendy dengan suara parau.

"Padahal kamu kan lagi menstruasi masa ujan-ujanan..." gumam Satya.

"Apa?" Wendy mengeyitkan dahinya, karena suara Satya tidak terlalu jelas.

"Enggak papa." Satya menatap lurus kedepan.

Selama perjalanan Wendy hanya terdiam, Satya pun memilih untuk diam. Sebenarnya banyak yang ingin Satya tanyakan, tentang apakah dia benar adik Azka? Kenapa Wendy menyukai dirinya? Ah, sepertinya ini gak penting. Terlebih lagi Satya ingin bertanya tentang obat-obatan yang ada di dalam tas Wendy. Tapi sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat.

Sesampainya didepan gerbang rumah Wendy, Wendy tiba-tiba minta tolong diantarkan lewat gerbang belakang saja.

"Kamu beneran adeknya Azka?" Wendy mengangguk.

Wendy mengangguk. "Jangan, cerita ke kak Azka. Soal yang tadi." Pinta Wendy sambil menunduk.

"Iya."

"Makasih......"

"Sama-sama."

"Kamu, setiap hari berangkat ke sekolah naik sepeda?"

"Iya, mungkin?" Satya melirik sepedanya. "Kamu, orang pertama yang naik sepeda ini."

Wendy manggut-manggut, saraya tersenyum bangga. "Nyadar gak sih, kalo kita ngomong nya aku-kamu?"

"Nyadar. Mau diganti?"

"Diganti gak papa, enggak diganti juga gak papa."

Satya berpikir sejenak. "Diganti aja, biar gak ada yang salah paham."

"Oke."

Keduanya terdiam sejenak. Hujan deras tadi sudah berganti gerimis. Satya menyugar rambutnya. Wendy merasakan tubuhnya sudah mulai menggigil, sepatu nya seperti sudah penuh dengan air. Ia harus segera masuk. Wendy melirik satya dengan ujung maniknya, lelaki itu bahkan sudah menggigil sejak tadi, rahang Satya mengeras seperti tengah menahan dingin. Seharusnya tadi Satya tidak perlu memberinya jas hujan, karena Wendy sudah basah duluan.

"Masuk gih, dingin. Langsung mandi, sampoan, bikin teh atau cokelat panas mungkin? Terus istirahat," Satya membuka suara duluan.

Wendy mengangguk. "Sekali lagi thanks ya, sat! I love you hehe..." tersenyum.

Satya mendelik. "As a friend," Lanjut Wendy.

Satya merotasikan maniknya, tersenyum miring . Wendy melambai pelan dan melangkah kearah gerbang. Namun baru tiga langkah ia kembali berbalik badan.

HITAM PUTIH WARNAWARNI [END]Where stories live. Discover now