19

23 9 0
                                    

Bintang berlari di koridor rumah sakit, saat ia mendapat kabar soal kondisi Livia, dengan secepat kilat ia menuju rumah sakit. Bahkan pekerjaannya ia tinggalkan begitu saja. Bagi Bintang, hanya Livia yang terpenting sekarang

Badan Bintang berhenti tepat didepan ruang rawat Livia, napas Bintang memburu. Kedua matanya berkaca-kaca, ia takut Livia nya pergi. Saat menelfon tadi, mertuanya berbicara sambil menangis. Bintang berusaha berfikir positif

Dengan tangan gemetar, Bintang membuka pintu ruang rawat Livia. Ia menunduk sambil berjalan masuk, tak lupa ia menutup kembali pintu itu dengan perlahan. Ia mendengar suara Isak tangis mertuanya, jantung Bintang kembali berdegup kencang

"Bintang"

Deg

Tubuh Bintang mematung mendengar suara itu. Dengan perlahan Bintang mendongak dan matanya membulat seketika. Diatas brankar, ada istrinya yang tengah tersenyum kepadanya dengan sang anak dipelukannya. Ah,, bahkan Bintang tidak menyadari bahwa anaknya tidak ada diruang TV saat dirumah tadi

"sayang..." Lirih Bintang yang membuat Livia tersenyum

"Papa sini. Katanya kangen mama"

Segera Bintang mendekati brankar Livia. Tangannya beralih mengambil Stella dan menurunkannya dari pangkuan Livia, lantas ia memeluk istrinya dengan erat

"ih papa kok pelukan berdua aja. Stella juga mau" rengek anaknya

Yang disana hanya tertawa melihat Stella kecil. Bintang tak bergeming, ia masih setia memeluk erat tubuh sang istri. Ia takut istrinya meninggalkan dia lagi

"Kamu kenapa? Kok nangis?" Tanya Livia saat merasakan bahu nya basah

Bintang menggeleng, "aku takut" lirihnya

Livia tertawa, "aku gak akan kemana-mana sayang" Livia mencoba melepaskan pelukan Bintang tapi Bintang malah makin mengeratkan pelukannya, "gini dulu. Aku kangen"

"Papaaa..."

Mendengar rengekan sang anak, Bintang menoleh lantas mengangkat sang anak untuk didudukkan kembali dipangkuan Livia

"Stella ganggu aja"

Tukk

"Ih sayang..." Rengek Bintang karena kepalanya dipukul kecil oleh sang istri

"anakmu lho itu"

"Iya iya maaf" Bintang mengerucutkan bibirnya

"Papa jangan kayak gitu. Jelek" ledek Stella

"Stella gak boleh gitu" tegur Livia

"Iya maaf mama"

"Minta maaf dulu sama papa"

Stella merentangkan tangannya, "maaf papa"

Bintang tertawa lalu menggendong Stella, "iya gak papa sayang"

Saat sedang asik bercengkrama, tiba-tiba pintu dibuka dan masuklah Panji. Dibelakangnya ada dua polisi yang membawa Sasa

Melihat Sasa membuat Stella melompat kearah sang ibu, "Tante jangan lukain mama Stella lagi" ucapnya sambil memeluk sang ibu

Livia tersenyum dan membalas pelukan Stella, "Stella tenang aja ya. Kan udah ada om polisi, Tante Sasa gak akan ngapa-ngapain mama lagi kok" Stella mengangguk sebagai jawaban atas perkataan sang ibu

"Mau ngapain lagi Lo kesini?" Tanya Bintang dengan nada tak suka

Sasa yang semula menunduk, memberanikan diri untuk menatap Bintang dan Livia. "Gue,,, mau minta maaf sama Livia, Bin" ucap Sasa gugup

"Yaudah minta maaf, dari sana aja gausah ngedeket" Livia mengelus punggung tangan Bintang guna menenangkan Suaminya, "jangan gitu sayang"

"Liv. Gue mau minta maaf, karena gue Lo jadi kayak gini. Gue ngelakuin itu karena--"

"Gak ada yang mau tau alasan Lo lakuin itu, udah kan? Pintu keluar sebelah sana"

Livia mencubit kesal tangan Bintang, "tidur diluar kamu yang"

"Ih jangan dong" rengeknya

"Makanya jangan kayak gitu". Bintang mengerucutkan bibirnya

"Najis" cibir Panji yang membuat Bintang mendelik, "asu Lo"

"Bintang mulutnya" yang ditegur malah Cengengesan

Livia menggeleng lantas beralih menatap Sasa, "gak papa kok Sa, udah gue maafin. Kalau boleh tau, apa alasan Lo lakuin itu?"

Sasa memainkan tangannya gugup, "gue gak suka liat Lo bahagia sama Bintang, gue sayang sama Bintang, gue gamau dia sama yang lain"

"Brengsek" umpat Bintang, segera Livia mengelus punggung Bintang guna meredakan emosi suaminya

"Bukannya Lo udah nikah ya?"

Sasa mengangguk, "gue dinikahin karena hamil anaknya dia"

"Maksudnya?"

"Gue sama dia nikah karena terpaksa. Dia nikahin gue karena rasa tanggung jawab, bukan cinta"

"Owh gitu" Livia mengangguk

"Udah sana keluar, ganggu aja Lo"

"Ih gemes pengen getok" ujar Livia kesal

Yang lain tertawa. "Yaudah gue pamit ya Liv. Sekali lagi maaf, semoga kalian bahagia"

Livia mengangguk, "iya makasi Sa"

"Boleh gue meluk Lo untuk yang--"

"GAK BOLEH" teriak Bintang dan Stella bersamaan

Sasa meringis, "yaudah gue pamit" lantas Sasa dan kedua polisi tadi pergi dari ruang rawat Livia

"Pinter ya teriak-teriak Mulu"

Stella dan Bintang nyengir, "maaf mama" ucap keduanya lantas memeluk Livia

"Bin, Liv. Gue pamit ya, kerjaan dikantor masih banyak" pamit Panji. Livia dan Bintang menoleh lantas mengangguk, "thanks ya Ji. Lo udah banyak bantu gue selama ini"

"Yoi santai bro. Makasi juga udah kenalin gue sama Giselle"

Livia mengernyit, "bang Ji Deket sama jijel?". Yang ditanya nyengir, "udah mau tunangan Liv

Livia mendelik, "KOK GAK KASIH TAU GUE?!"

"Ih mama jangan teriak" tegur Stella yang membuat Livia Cengengesan

"Siapa suruh kabur" cibir Panji

"Ih anying gausah dibahas depan anak gue juga bego" bisik Bintang

"Hehe sorry bro. Udah ya gue mau balik kerja. Dada Stella" Stella tersenyum lalu melambaikan tangannya, "hati-hati Om Ji". Panji mengangguk lalu keluar dari ruang rawat Livia

Stella menatap ibunya, "emang dulu mama kabur kenapa?" Tanya Stella yang membuat kedua orang tuanya kelabakan

"Panji bangsat" umpat Bintang dalam gumamnya


















TBC

Hehe ketemu lagi kita
Chapter kali ini pendek bgt ygy :')

Nikah Muda | Ha Yoonbin [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora