***


Pagi ini Natta sudah berada di rumahnya. Semalam ia tidak langsung ke sini, melainkan kembali ke tempat kos. Namun, rasanya ia menyesal karena memilih datang terlalu pagi bila harus disambut dengan pertengkaran kedua orang tuanya. Entah apa lagi masalahnya kali ini.

Natta melanjutkan langkahnya menuju lantai dua, di mana kamarnya dan kamar Jian berada. Ia berlalu begitu saja melewati mama dan papa yang masih sibuk saling meninggikan suara. Lagi pula tujuannya pulang hanya untuk mengecek keadaan sang adik. Tidak ada yang lain.

"Ji ...," panggilnya setelah mengetuk pintu kamar sang adik.

Namun, tak ada sahutan bahkan setelah dua menit berlalu. Natta kembali mengetuk pintu dan memanggil dengan suara lebih keras, tetapi hasilnya nihil. Tetap tidak ada sahutan ataupun tanda-tanda pintu yang akan terbuka. Mungkinkah adiknya tidak berada di dalam? Tapi ini masih terlalu pagi dan Natta tahu betul bila Jian adalah tipe anak yang akan bermalasan di kamar saat weekend.

Mencoba peruntungan, Natta mulai menekan handel pintu yang ternyata tidak terkunci. Lalu ia mulai mendorong pintu itu pelan dan melongokkan kepalanya ke dalam kamar Jian. Nertanya menangkap sang adik yang masih bergelung di ranjangnya. Ia mulai memasuki kamar dan menghampiri Jian yang sama sekali tidak terganggu.

"Ji ...," panggilnya seraya mengguncang pelan bahu Jian yang posisi tidurnya menyamping, membelakangi Natta. Namun, tak ada pergerakan sama sekali bahkan setelah percobaan ke tiga. Pikiran negatif mulai hinggap di kepala Natta membuat ia sedikit panik.

Akhirnya Natta meraih bahu Jian dan menariknya pelan membuat tubuh itu berubah posisi menjadi telentang. Lalu betapa terkejutnya Natta setelah melihat raut wajah Jian yang pucat pasi ditambah suhu tubuh yang dingin ketika ia mengecek kening sang adik.

Ya, Jian tidak sadarkan diri.


***


Natta menarik kembali kata-katanya yang menyesal karena datang ke rumah terlalu pagi. Bahkan sekarang ia merasa bersyukur karena bisa datang cepat dan segera menemukan adiknya yang ternyata tidak dalam keadaan baik-baik saja.

Menurut dokter, Jian kelelahan dan terlalu banyak pikiran alias stres. Itu pula penyebab suhu tubuhnya menurun dan napas yang terdengar memberat.

Jian sudah sadarkan diri bahkan sesaat setelah ia mendapat penanganan di UGD. Namun, anak itu belum bersuara sama sekali sejak membuka matanya. Ia hanya menjawab dengan anggukan dan gelengan ketika dokter bertanya beberapa hal saat pemeriksaan tadi.

Saat ini Jian sudah dipindahkan ke ruang rawat karena harus rawat inap minimal sampai besok. Natta masih setia duduk di samping brankar adiknya, walaupun ia seperti tidak dianggap oleh sang adik yang masih betah dengan diamnya.

"Kakak keluar bentar, ya? Mau urus administrasi sekalian beli minum," ucap Natta.

Jian hanya menunduk tanpa menjawab apa pun dan Natta menganggap itu sebagai tanda setuju dari sang adik. Setelah melihat adiknya yang diam seperti ini rasanya Natta tahu hal apa yang membuat Jian stres. Pasti kedua orang tuanya-lagi.

Sekitar dua puluh menit waktu yang Natta butuhkan. Lalu saat ini ia sudah kembali berada di depan pintu ruang rawat adiknya. Membuka pintu dengan pelan dan mulai melangkah masuk, masih belum menyadari bahwa ada satu orang lain di dalam ruangan tersebut.

"Loh, kok, ...." Natta terkejut setelah membalik badan karena mendapati Leksi-sahabat Jian-sudah duduk manis pada kursi di samping brankar yang sebelumnya ia gunakan.

"Hai, Kak ...," sapa Leksi ramah dengan senyum yang mengembang sempurna.

"Tau dari mana kalo Jian di sini?" tanya Natta setelah ia mendekat dan berdiri di sisi brankar yang lain.

"Dari Mbak Ratih. Tadi gue ke rumah mau ngajakin Jian jalan sekalian cari buku buat tugas. Eh, malah dianya di sini," jelas Leksi secara rinci.

Natta hanya mengangguk kecil dan mulai mendudukkan diri di tepi brankar seraya mengamati wajah adiknya yang tampak lebih baik dari sebelum ia tinggal tadi. Kemungkinan besar penyebabnya adalah kedatangan Leksi. Natta juga mengenal Leksi walaupun tidak terlalu dekat, tetapi ia tahu bahwa Leksi itu anak yang ceria dan bisa membuat orang lain ikut ceria. Sebelas-dua belas seperti Chandra.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Bersambung ...

Hai, hai, hai

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai, hai, hai ... Ada yang nungguin Natta nggak, nih?


Kalau ada typo tolong tandai, ya, teman-teman, biar bisa aku perbaiki 🙂

Terima kasih 🥰

Bekasi, 6 April 2022

Salam hangat

Arum_27 & GwenXylona

Initials (End)Where stories live. Discover now