13.Geraldine

41 4 0
                                    

Allegro terbangun dari tidurnya, teringat malam tadi bersama Teguh, malam yang sudah lama sekali tidak dirasakan, malam yang tiba tiba kembali semalam...

Kupikir yang kemarin itu selamat tinggal, kukira sudah waktunya aku melanjutkan hidup
Tapi dia kembali lagi dengan wajah cengengesannya... Kembali di waktu acak yang sama sekali tidak diduga-duga

Dengan malas malasan si cungkring mengkertakkan badannya dan melakukan streching perlahan sambil menutup mata

Capek tapi nagih pikirnya nakal ketika sebuah suara galak tiba tiba membentaknya

"Ngapain kamu di sini? "

*********

"Buat apa lagi Bapak ke sini? " Kesal laki laki tampan dengan wajah tegas itu bengis memandangi Kusumo... Wajahnya perlahan melembut dan dengan tak tega menawarkan tangannya

"Aku ini mantan jenderal lho Ben... " Dengus Kusumo tidak senang , Ben perlahan membantu membersihkan batik prada si jenderal yang kotor karena tanah

"Kau pikir setelah kau bunuh kekasihku aku akan takut mati? Atau bahkan lebih buruk... Takut kau? " Kesal Ben sambil mencabuti rumput acak yang tumbuh di makam di depannya

"Kau gak lagi turun ke jalan, kau memilih menyepi di Bintaro untuk menjadi notaris? Itu gak terlihat seperti orang yang gak takut mati" Timpal Kusumo tidak setuju ... Lengan Tuanya yang masih memiliki sisa sisa kejayaan membantu Ben menyiram makam di depannya dengan alat penyiram bunga agar rumputnya tetap segar

"Itu kelihatan seperti orang yang gak gegabah..." Sahut Ben yang kemudian menawarkan kembang tabur dalam plastik kepada Kusumo ... Mereka kemudian menaburkan bunga di makam itu...

Makam Gracias Joao Ximenez... Pria yang sempat mereka puja... Walau dengan cara yang berbeda

"Kau membunuh kekasihku... Dan aku berdiri berdialog denganmu begini rupa.. Apa aku kelihatan kayak pengecut Papa kus? " Ujar Ben memecah kesunyian

Kusumo tertawa mendengar sebutan itu

"Kenapa ketawa ? " Kesal Ben

"Gak ada yang pernah memanggilku Papa kus" Ujar Kusumo disela tawanya

"Kupikir kau tertawa karena berhasil merenggut kebahagiaan kami? " Cibir Ben lagi

Kusumo menarik napas panjang sesaat "kalian berani bersama... Kalian berani meludahi dunia dan berkata kami tidak peduli pendapat kalian, kami ya kami... Sebenarnya aku sedikit ... Kagum... " Ujarnya tak yakin

"Kagum kok dibunuh... " Lanjut Ben lagi

"Oke... Benjamin.... Berhenti... " Timpal Kusumo serius memandangi Ben yang memutar matanya kesal

"Aku gak bisa membawamu ke pengadilan dan sekarang aku gak bisa mengeluh tentang ketidakadilan yang kau lakukan? " Sinis Ben lebih lanjut

"Aku gak bunuh Iyas.... " Ujar Kusumo kesal

"Racunmu yang membunuh Iyas" Dingin Ben kemudian

"Racun itu untukmu... " Lirih Kusumo kemudian

Ben terbelalak  kemudian menarik napas panjang  "salah bunuh bukan berarti gak membunuh kan? " Ujarnya kesal...

"Kalau kau mati Iyas akan terus menjadi Pangeran keluarga Kusumo dan membanggakan ibunya... " Senyum Kusumo pedih...

"Maksudmu...? " Ujar Ben tak mengerti

"Indriyati... Ah tidak... Veronica Ximenez.... " Ujar Kusumo tertahan

"Dia lebih percaya Racun daripada kemampuan persuasi keibuannya... " Ujar Ben melengkapi kata kata Kusumo yang sedikit terkekeh

the eternity origins : 2009Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu