▪︎2▪︎ Boneka

30 10 1
                                    

"Papa, I want to give Kakak Cantik a doll, may I?" tanya Freddie yang menghampiri Louis di kamarnya. Sepagi ini putranya sudah membahas tentang kakak cantik yang ia suka? Tidak! Pasti Louis akan kepikiran.

Louis telah menyelesaikan memasang sepatu. Ia meraih tubuh kecil Freddie ke pangkuannya. Menciumnya sayang. "Boleh, tapi nanti, ya? Papa harus kerja dulu."

"Tapi nanti beli bonekanya sama Freddie ya, Pa?" pintanya sedikit memaksa.

Senyum manis tergambar di wajah Louis. Jika saja gadis itu dengan senang hati menerimanya, Freddie akan begitu bahagia menjadi anak sambung Abella. "Boleh, sayang. Ya udah, ayo ke Aunty Letta."

______________________

"Sudah bayar lewat aplikasi ya, Pak." Abel menyerahkan kembali helm milik abang ojol.

"Iya, Mbak. Makasih, ya. Mari," ucapnya lalu pergi.

Sudah terhitung tiga hari sejak anak berambut sedikit pirang menghampirinya. Ia menjadi sangat penasaran. Kemarin, ia sempat menunggunya. Siapa tahu Abel akan melihat ayahnya. Nihil. Abel tak melihat bocah itu.

"Kenapa gue jadi penasaran, sih? Semoga nanti ada tuh bocah," gumamnya.

Langkah kaki Abel menuju ke mejanya yang bersebelahan dengan Senny. Abel belum melihat batang hidung Senny. Sudah di pastikan ia akan datang sedikit terlambat mengingat ia lembur di hari kemarin.

Abel mengelap mejanya dan mulai bekerja. Berusaha fokus. Namun, putra kecil itu selalu menghampiri kepalanya. Abel membuka buku harian milik pribadi. Terdapat lembar kertas dari bocah tersebut. "Heh duda, lo jangan bikin gue kehilangan pekerjaan gue, ya. Gimana gue mau bales kalau lo kagak ada di sini," omelnya pelan.

Sungguh, Abel ingin mengutuk duda tak tahu diri ini. Ide dari mana ia bisa melakukan ini? Kalaupun Freddie-yang tertera di surat kecil-yang suka padanya, seharusnya duda itu akan meminta secara langsung, bukan?

Kali ini otak Abel bekerja cepat untuk mendapatkan ide. Ia meninggalkan sebentar pekerjaannya lalu merobek kertas. Menuliskan beberapa kalimat untuk ia serahkan pada bocah itu. Jelas akan disampaikan pada papanya, 'kan?

"Kalau kali ini lo dateng dan bales surat gue, terus ngajak gue ketemu, tanpa pikir panjang gue nerima lo!" tekad Abella yang sudah mati penasaran.

______________________

Louis sudah menulis surat dan menyelipkan di boneka yang ada di tangan Freddie. Setelah makan siang, Louis izin tak kembali ke kantor untuk mengantarkan anaknya pada kakak cantik.

"Dia peduli enggak, sih, kalau pake surat-menyurat gini? Tapi, dia enggak ada bales surat gue," batinnya resah.

"Freddie, Papa boleh tanya?" Louis menoleh pada putranya yang tak memudarkan senyum.

Freddie menganggukkan kepalanya. "Kamu yakin suka sama kakak cantik yang kamu sendiri belum tahu namanya?"

"Yakin. Makanya, Pa. Ayo ketemu bertiga," mohon Freddie penuh harap.

"Kakak cantik enggak pernah kasih kamu kertas atau benda lain setiap kalian ketemu?" lanjutnya lagi.

Freddie menggeleng lemah. "Tapi kakak cantik senyum terus ke Freddie!" serunya girang.

Louis mengangguk tipis. Ia kembali fokus pada jalan menuju kantor tempat kakak cantik bekerja. Pertemuan tak sengaja di bandara membuat Freddie sangat menyukainya dan tidak sengaja pula perusahaannya bekerja sama dengan perusahaan tempat Abel bekerja. Namun, Louis tak pernah berhadapan langsung dengan Abel. Jadi, hingga saat ini ia tak mengetahui nama gadis ayu tersebut.

"Nanti, kalau ketemu kakak cantik, kamu tanya namanya, ya?" kata Louis. Sebenarnya yang ingin tahu tentang gadis itu adalah dia. Entah mengapa ia ingin mengetahui respon gadis itu dengan kehadiran Freddie. Dapatkah Abel menerimanya yang sudah pernah menikah bahkan mempunyai anak? Hanya itu.

"Oke Papa!" Louis sangat menyukai Freddie yang terlihat bahagia seperti ini. Semenjak ia berpisah dengan ibu kandungnya, Freddie sangat terlihat murung. Namun, sejak bertemu dengan kakak cantik, Freddie kembali tersenyum.

Mobil Louis berhenti di kafe sebrang kantor Abel. Ia yakin kalau Abel belum selesai bekerja. Jadi, ia memilih menunggu sekaligus mengajak Freddie makan.

Louis mengandeng putranya. Memasuki kafe dan memesan makanan ringan juga kopi. Seporsi es krim untuk Freddie.

Louis mengajak Freddie duduk di meja dekat pintu agar lebih mudah melihat ke arah keluar. Lebih tepatnya melihat Abel keluar.

"Kakak cantik belum selesai kerja, jadi kita tunggu, ya?" ucap Louis pelan. Freddie hanya mengangguk patuh.

Mereka menikmati hidangan yang dipesan. Cukup lama menunggu. Freddie sempat merengek karena jenuh. Namun, Louis meyakinkan kalau kakak cantik akan segera keluar.

"Itu kakak cantik. Ayo cepet," ucap Louis yang membuat Freddie langsung menoleh. Louis menggandeng Freddie menghampiri penjaga parkir kafe. Meminta bantuan untuk menyebrangkan putranya.

"Kakak cantik!" teriak Freddie ketika sudah dekat dengan Abella.

______________________

"Gue balik, Sen. Besok file-nya gue kirim, ya." Abella mulai membereskan mejanya bersiap untuk pulang.

"Oke sip. Hati-hati, ya Bella!" balas Senny yang fokusnya masih pada komuter.

Abella berjalan dengan menatap ponsel. Ia melihat abang ojol sudah hampir sampai. Jadi, ia sedikit tergopoh untuk segera keluar.

"Kakak cantik!" Teriakan itu mengalihkan fokus Abella dari ponselnya. Senyumnya mengembang melihat bocah yang ia tunggu menghampirinya. Namun sayang, ternyata abang ojolnya sudah datang.

"Dengan Mbak Abella?" tanya abang ojol. Abella mengangguk lalu berkata, "Bentar ya, Pak." Abang ojol hanya mengangguj

"Hai, Sayang!" Abella menghampiri Freddie.

"Benar nama kamu Freddie?" tanya Abel memastikan. Ia sudah berjongkok untuk menyamakan tinggi dengan Freddie.

"Hu'um. Nama Kakak cantik siapa?" tanyanya balik.

Abel meraih tubuh kecil itu agar sedikit dekat dengannya. "Nama Kakak, Abella." Abel mengenalkan diri.

"Kakak Abella cantik!" serunya lagi. Hati Abel berbunga mendengar itu.

"Buat Kakak cantik!" Freddie menyerahkan boneka yang tadi ia beli bersama Louis.

"Ini buat Kakak? Terima kasih, Anak ganteng," ucap Abel menerima. "Oh iya, sebentar." Abel mengingat surat yang sudah ditulisnya untuk papa Freddie.

"Ini, tolong sampaikan ke papa kamu, ya?" Abel menyerahkan kertas yang sudah ia masukkan pada amplop putih.

Freddie hanya mengangguk. "Kakak pulang dulu, ya? Kamu hati-hati. Sampai ketemu lagi," pamit Abel. Ia menerima helm yang diberi abang ojol lalu melambaikan tangan pada Freddie yang masih di tempat.

______________________

Don't forget follow me on Instagram @aissagustiin_

Thank u gais

Mr. Tomlinson [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang