4. Bertengkar

789 95 30
                                    

Setelah selesai menemai Sean dan Ezra main kami pun pulang kerumah masing-masing.

Tiffany tidak menyusul karena masih memiliki acara.

Telponku berbunyi dan itu dari Axel.

"hallo" ucapku.

"enak ya jalan berdua sama Bryan. Bawa Sean juga. Seakan kalian keluarga bahagia gitu?" ucap Axel dan tentu saja aku kaget mendengar ucapannya.

"Axel kamu..." belum sempat aku berbicara Axel sudah memotong perkataanku.

"kamu tau dari mana? Kamu mau nanya itu kan?"ucapnya.

"bukan, maksut aku jangan salah paham" ucapku.

"salah paham? Coba kamu mikir deh. Belum sampe sehari aku tinggal kamu udah pergi jalan sama Bryan dan bawa Sean. Kalau aku disini jalan sama Fing apa yang kanu pikirkan? Gila ya kamu" aku sudah lama tidak mendengar Axel berbicara kasar.

Meski hal ini masih bisa dimaafkan entah kenapa aku sangat emosi mendengarnya.

"aku udah bilang sama kamu kalau aku dan Bryan udah ga ada hubungan apa-apa lagi. Gimana caranya biar kamu percaya sama aku ha? Gimanapun Bryan itu teman aku, sahabat aku" ucapku.

"gimana dengan fakta bahwa Bryan ayah kandung Sean? Aku tau kamu pasti gak bakalan bisa lupa itu setiap kali kanu liat Sean" ucap Axel dan tentu ini membuat perasaan aku sangat sakit.

"oke, aku kira kamu gak bakalan pernah bahas hal ini lagi karena dulu kamu yang minta. Tapi makasih udah bahas" ucapku lalu mematikan panggil tersebut.

Aku berterik dikamar.

Yah, aku sangat stres jika sudah membahas hal ini. Dan Axel tau bahkan hal inu adalah hal yang sangat sensitif bagi kami berdua tetapi kenapa dia membahasnya begitu saja hanya karena cemburu dan tak ingin mendengarkan penjelasan ku.

Aku menangis dan kesal kepada diriku sendiri dan semua masa lalu yang ku lewati.

Seakan ini menjadi karma atas perbuatanku dimasa lalu.

Perutku tiba tiba terasa sangat sakit.

Aku berjalan pelan keluar kamar sambil memanggil nama Veronica.

Agri juga datang menghampiriku lalu menggendongku untuk dibawa kerumah sakit.

Yah, ini terasa sangat sakit hingga rasanya aku kesulitan untuk berbicara.

Veronica langsung menyiapkan perabotan Sean atas perintah Agri dan segera menyusul kami kerumah sakit terdekat.

"Nona tahan sebenatar, saya ajmkan membawa anda ke rumah sakit" ucapnya.

Yah aku tau Agri memang sangat bisa dipercaya dab dapat diandalkan karena dia sudah lama bersama keluarga kami bahkan aku tidak bisa menganggap dia seperti orang lain.

Aku tidak membalas perkataannya dan hanya nengangguk sambil merintih kesakitkan.

Apartemnt kami memang dekat dari rumah sakit tetapi untuk Spesialis kandungan belum ada disana jadi Agri membawaku ke rumah sakit yang berjarak sekitar 10 menit dari sana.

Sesampai dirumah sakit aku langsung masuk ke UGD dan dipasangkan infus, lalu mereka juga menyuntikan obat kedalam infus itu yang aku tidak tau apa obat itu yang pasti perlahan rasa sakit di perutku berkurang.

Dokter kandungan langsung memeriksa ku dan hasilya adalah kandungan ku yang berusia 80hari ternyata lemah dan salah satu hal yang dapat membuat kandunganku semakin lemah adajal jika aku mengalami stres yang cukup berat. Dan bahkan hal itu juga dapat menyebabkan keram perut.

Pada intinya saat hamil kalian jangan sampai memikirkan sesutau secara berlebihan hingga memicu munculnya stres.

"ibu jangan terlalu banyak pikirannya. Ibu harus banyak banyak berpikiran positif dan juga saya minta maaf karena mengatakan ini, tapi demi kesehatan kandungan ibu, ibu dan suami jangan dulu melakukan hubungan intim ya bu. Dan saya sudah resepkan vitamin untuk ibu dan calon bayinya, minggu depan kalau bisa ibu kesini lagi untuk priska lagi kandungan ibu" jelas dokter dan aku hanya mengangguk.

Setelah oemeriksaan selesai dan Agri sudah selesai menebus obat diapotik. Kami pulang dari rumah sakit dan langsung pergi ke rumah orang tua ku.

"nak kamu kenapa?" tanya mama kepadaku yang baru saja tiba.

"keram perut ma" balasku.

"kok bisa?" tanya mama lagi.

"gak tau, kayanya karna kebanyakan makan eskrim" ucapku berbohong.

"Sean, mama mau tidur duluan ya. Kamu makan dulu sama Veronica terus tidur ya" ucapku.

"Sean mau makan disuap mama" ucap Sean.

"Sean! Mama lagi pusing, kamu tolong ngertiin mama dong!" tanpa sadar aku membentak Sean.

Sean terlihat menundukan kepalanya dan semua orang diruangan itu terdiam termasuk mama, hingga suara ayah memecahkan keheningan itu.

"Quin! Kenapa kamu bentak anak kamu kaya gitu?" ucap papa.

"maaf Quin lagi" belum selesai aku berbicara papa memotong ucapanku.

"minta maaf sama anak kamu bukan sama papa" ucap papa.

Aku mengubah posisiku yang sebelumnya berdiri kini berlutut dan memegang pipi Sean.

"Sean, mama minta maaf ya sayang. Mama salah udah teriak sama Sean barusan. Mama minta maaf bukan karena kakek Sean yang nyuruh tapi Mama memang salah, apa yang Mama harus lakuin buat nebus kesalahan yang baru aja Mama lakuin ke Sean?" tanyaku kepada Sean.

Sean masih menunduk dan seperti tak ingin menatap mataku.

"Sean, mama benar-benar minta maaf karena buat kamu jadi merasakan ini" ucapku dan entah mengapa aku tak bisa menahan tangisku.

Aku menangis karena menyadarai kesalahan yang barusan ku perbuat yaitu dengan membentak Sean yang tidak bersalah, serta menempatkan Sean pada situasi rumit karena kesalahan masa lalu ku.

"maafin mama Sean" ucapku dan memeluk Sean.

"mama jangan nangis, kalo mama nangis nanti Sean gak mau maafin mama" ucap Sean yang semakin membuat pedih hati ku.

Hallo gaes...
Itu yang protes lama up nya udah vote belum??

Masih kurang padahal tapi thor tetep up deh... Tapi kali ini harus 50+ vote baru thor up lagi yaaaa...

Maafkan typo yang bertebaran....
Babayyy.....

The Last Is You Season 3Where stories live. Discover now