Bab 6

63.4K 1.5K 123
                                    

Adakah yang belum tidur?

****

Usianya 31 tahun. Dokter perusahaan. Ya, setidaknya itu informasi yang Gisca ketahui tentang pria bernama Barra. Pria yang saat ini berjalan di sampingnya.

Awalnya Gisca berpikir kalau Barra bisa jadi orang suruhan Saga yang mungkin semakin menjerumuskannya pada pria sinting itu. Namun, saat Barra memintanya untuk ikut ... Gisca seolah terhipnotis sehingga mengikuti langkah pria itu.

Entah mengapa sebagian dari dirinya yakin kalau Barra bukanlah pria jahat. Terbukti saat mereka berjalan, di sepanjang perjalanan banyak karyawan Starlight yang menyapa Barra dengan penuh hormat dan dibalas dengan hangat oleh pria itu.

Konyol juga kalau Barra berkomplot dengan Saga. Bukankah sangat kurang kerjaan?

Namun terlepas dari itu, Gisca berusaha tetap waspada. Ia tidak boleh percaya sepenuhnya pada Barra.

Melewati pintu belakang, Gisca dibawa ke salah satu mobil yang terparkir di sana. Gisca jadi baru tahu ternyata di belakang juga ada tempat parkir.

Sampai pada akhirnya, Gisca sudah duduk di kursi penumpang, tepat di samping Barra yang kini duduk di kursi kemudi.

Apa yang Gisca lakukan memang terbilang berani, tapi ia sudah se-frustrasi itu menghadapi Saga sehingga berusaha berpikir positif kalau Barra memang bukan orang jahat. Bahkan, Gisca rasa dari wajahnya pun Barra terlihat seperti pria baik-baik.

"Saya akan antar kamu keluar dari sini." Kalimat teduh Barra membuat sisa-sisa kecurigaan Gisca lenyap. Kini ia mulai merasa bahwa Barra memanglah penolongnya.

"Maaf, sejujurnya aku masih bingung ... kenapa Bapak nolong aku?" tanya Gisca. "Baik, aku tahu Bapak itu dokter di perusahaan ini. Tapi apa hubungannya sama Saga? Kenapa juga Bapak peduli sehingga bersedia membantuku?"

Sambil menjalankan mesin mobilnya, Barra menjawab, "Saya harap kamu nggak berpikir saya ini komplotan Saga yang akan membawa kamu kepadanya."

"Jujur, aku sempat berpikir demikian," kata Gisca apa adanya.

Barra kembali mematikan mesin mobilnya. Mereka harus bicara dulu. "Awalnya saya nggak sengaja melihat Saga ada di dekat gerbang, sedang berdiri di depan mobilnya. Saya perhatikan dia berulang kali keluar-masuk mobilnya seperti sedang menunggu seseorang. Mungkin kalau sebentar saya nggak akan penasaran, masalahnya dia dari pagi sampai siang ini masih betah di situ," jelas Barra. "Saya nggak heran karena tahu dia bagaimana, tapi yang membuat saya penasaran adalah ... dia sedang menunggu siapa?"

Gisca terdiam, menunggu Barra melanjutkan ceritanya.

"Saya pun mulai memperhatikan dan saya mendapati kamu seperti sedang menghindar dari seseorang. Dan kamu beberapa kali menengok ke luar hanya untuk memastikan apakah Saga masih di sana. Selagi Saga masih ada di luar, otomatis kamu tetap di lobi. Itu yang membuat saya semakin yakin bahwa kamulah orangnya," lanjut Barra.

Barra berbicara lagi, "Saya, bersedia menolong kamu keluar dari sini karena tahu Saga nggak akan menyerah begitu aja. Dia pasti bakalan nungguin kamu terus."

"Maaf menyela, aku belum bisa memahami ini. Bapak kenal Saga?"

"Kalau kenal secara pribadi ... nggak. Tapi saya tahu siapa dia, juga bagaimana karakternya," jawab Barra. "Kejadiannya udah lama, mungkin lebih dari setahun yang lalu. Dia pernah terobsesi sama adik perempuan saya. Dia menghalalkan segala cara, dari cara kotor sampai kriminal. Dia melakukan itu agar adik saya menjadi miliknya."

Astaga....

"Singkatnya, saya ini kakak dari perempuan yang pernah menjadi korbannya. Dan saya nggak mau kamu jadi korban berikutnya."

Teman tapi KhilafWhere stories live. Discover now