Bab 2

107K 1.9K 51
                                    

"Ka-kamu siapa?" tanya Gisca antara takut dan gugup.

Wanita itu juga sangat terkejut.

Namun, detik berikutnya Gisca mulai waspada, diambilnya guling yang ada di kasur untuk berjaga-jaga siapa tahu pria itu bermaksud macam-macam padanya.

Gisca mulai bepikir, siapa pun pria di hadapannya ini, sangat jelas pria tersebut memiliki akses masuk ke apartemen Sela. Jadi sudah pasti ini adalah orang yang Sela kenal.

Atau jangan-jangan ... pria di hadapan Gisca ini adalah pacar Sela? Hanya itu kemungkinan yang paling masuk akal mengingat apa yang hendak pria itu lakukan cenderung mengarah pada hal mesum. Gisca yakin, pria ini salah mengira kalau dirinya adalah Sela.

"Tunggu, tunggu ... seharusnya aku yang nanya begitu. Kamu siapa dan kenapa bisa ada di kamar ini?" tanya sang pria.

Sial … kenapa pria itu harus bertelanjang dada, sih? Jujur, ini kali pertama Gisca melihat pemandangan sialan begini secara langsung. Selama ini ia terbiasa melihatnya di serial drama favoritnya. Dan Gisca refleks menelan ludahnya.

Apa Tuhan memang terkadang sengaja memberikan anugerah ganda pada seseorang? Bagaimana tidak, pria itu sudah memiliki tubuh yang bagus, perutnya kotak-kotak bak roti sobek, ditambah lagi paras yang sangat tampan. Postur tubuhnya pun sangat proporsional sehingga cocok dijadikan model.

"Maaf, sebenarnya kamu siapa?" ulang pria itu.

"A-aku teman Sela." Gisca masih merasa gugup. Namun, ia sudah meletakkan guling ke tempat semula karena sepertinya pria itu tidak akan macam-macam, jadi Gisca tak perlu memukulnya untuk membela diri.

"Jadi kamu teman Sela?"

Gisca mengangguk. Sejujurnya masih ada perasaan syok dengan apa yang baru saja terjadi.

"Sebelumnya sori. Aku nggak tahu kalau kamu ada di sini. Aku kira kamu Sela. Padahal jelas-jelas Sela udah bilang hari ini sibuk banget banyak kerjaan, tapi aku tetap ngira kamu Sela. Apalagi kamu pakai baju Sela."

Gisca masih melongo. Dugaannya benar kalau pria di hadapannya ini pasti salah mengira.

"Oh iya, hampir lupa. Kenalin ... aku Saga, pacar Sela."

Benar lagi dugaan Gisca! Itu pacar Sela!

Memiliki pacar adalah hal normal. Namun, Gisca masih tidak menyangka kalau kehidupan asmara Sela sebebas ini. Pria bernama Saga ini jelas-jelas tadi hendak melakukan hal yang lebih dari sekadar memeluk di ranjang. Semua orang 'dewasa' pasti tahu kelanjutannya akan bagaimana.

"Sumpah demi apa pun, aku nggak bermaksud melakukan hal yang lancang sama kamu," tegas Saga. "Andai tahu ada teman Sela sendirian di sini, aku pasti nggak akan datang," sambungnya.

Tentu saja tanpa dijelaskan pun Gisca sudah tahu ini hanya salah paham dan Saga tidak punya maksud mesum padanya. Untuk itu, Gisca tidak punya alasan untuk mempermasalahkan apalagi marah pada pria itu.

Selain itu, ada hal yang lebih konyol. Ya, bohong jika Gisca tidak terpesona pada ketampanan Saga. Namun tentu saja ia harus sadar diri dan ingat status hubungan Saga dengan Sela.

"Sadar, Gis! Sadar!"

Ya, Gisca harus secepatnya sadar, jangan jadi teman yang tidak tahu diri. Sekalipun hanya terpesona dalam hati, itu tetap tidak boleh.

"Maaf? Kamu dengar apa yang aku katakan?"

Lamunan Gisca seketika buyar. "Eh?"

Sial, untuk apa Gisca melamun di saat seperti ini?

"Dengar, kok. Aku ngerti ini murni ketidaksengajaan," sambung Gisca.

"Ya, apa yang barusan terjadi ... itu kecelakaan," balas Saga.

Teman tapi KhilafWhere stories live. Discover now