Dekat

3.1K 268 9
                                    

Xiel menggeliat karena tidurnya terasa terganggu. Matahari kini sudah berganti tugas dengan sang rembulan. Tapi xiel sedari tadi enggan untuk membuka matanya, Baginya alam mimpinya lebih indah daripada kehidupan nyatanya.

"Xiel bangun" ucap Kenzyo menggoyangkan bahu xiel, sang empu hanya menggeliat karena tidurnya terusik.

Kenzyo menghela napas pelan, tidak ada cara lain untuk membangunkan xiel yang masih terpejam. Kenzyo mendekatkan wajahnya dengan wajah xiel yang masih terpejam dan..

Chup

Kedua daging tak bertulang itu saling bersentuhan. Tidak ada lumatan hanya bibir yang menempel.

"Eung" xiel merasakan ada sesuatu di bibirnya. Kenzyo yang merasakan xiel akan bangun menjauhkan wajahnya dari sang empu.

Xiel mulai menyesuaikan cahaya lampu yang menembus indra penglihatan, ia mengerjap matanya pelan untuk mengumpulkan kesadarannya.

"HEH! LO NGAPAIN DI KAMAR GUE" teriak xiel kaget.

"Bukan kamar mu"

"Hah?" Xiel mengerjapkan matanya polos. ia melihat sekelilingnya yang terlihat asing baginya. Kamar yang rapih, dinding yang di cat dengan warna cram. Jelas ini bukan kamarnya, lalu ia kembali menatap kenzyo yang duduk di tepi ranjang tengah memandanginya.

Kenzyo menatap mata xiel yang juga tengah menatapnya. Lalu ia kembali berdiri dan berjalan ke arah pintu. "Ini kamarku" ucap Kenzyo sebelum meninggalkan xiel yang masih terdiam.

"ANJING! kok bisa gue ada di sini"

"Ken, anterin gue pulang!" tita xiel menyusul Kenzyo yang sudah hilang di balik pintu, Tapi pintu kamarnya terkunci.

Tlapp

Lampu ruangan tersebut tiba-tiba mati. Mata xiel sudah berkaca-kaca ingin mengeluarkan liquid beningnya, dirinya takut akan gegelapan, bayangan-bayangan di masalalunya mulai menghantuinya. Ia takut di tinggal di tempat yang gelap, Badannya mulai bergetar, dirinya meringkuk di lantai dengan kaki yang ia peluk.

"Hiks, bukain hiks.." ucap xiel dengan suara bergetar besaran dengan buliran bening yang mulai berjatuhan.

"Hiks, xiel janji nggak nakal lagi hiks" lirihnya.

Trauma masalalunya terlalu besar, ia takut sendiri.

Kenzyo yang akan kembali dengan nampan makanan, kini ia taruh di meja ketika dirinya mendengar isakan dari dalam kamar. Ia berlari menuju kamarnya dengan tergesa-gesa. Yang pertama kali ia lihat saat membuka kamar adalah xiel yang terduduk di lantai sembari memeluk kedua kakinya disertai isakan.

"Kenapa menangis, hm?" Tanya kenzyo memeluk badan xiel yang bergetar.

"Ken, hiks gelap" ucap xiel dengan lirih. Kenzyo baru menyadari jika memang sedang terjadi pemadaman listrik di rumahnya. Ah dia jadi merasa bersalah meninggalkan xiel sendirian di kamar.

"Takut kenapa, hm? Tenang ken di sini. Jangan takut lagi ya?" ucap Kenzyo sembari mengelus punggung xiel yang masih bergetar. Xiel menyembunyikan kepalanya di dada bidang Kenzyo mencari kehangatan di sana, Kenzyo sendiri hanya diam sambil mengelus punggung xiel agar tenang.

"Hiks ayah jahat mengurung xiel, hiks" ucap xiel dengan suara yang masih bergetar.

Kenzyo mengangkat tubuh xiel dan membawanya duduk bersandar di kasur miliknya. Masih dengan posisi yang sama, xiel menelusupkan kepalanya di dada kenzyo. "Ken jangan pergi" lirihnya.

"Tidak akan baby" kenzyo kembali mengusap bahu xiel yang sudah mulai tanang, usapan demi usapan kini hanya terdengar dengkuran halus dari xiel. Xiel mulai tertidur.

ArenxioDove le storie prendono vita. Scoprilo ora