08. TUJUAN THOMAS

1.5K 141 2
                                    

Jaemin tengah duduk santai di atas kursinya sambil memainkan game di ponselnya. Suara tembakan terdengar begitu keras dari ponsel milik pria itu. Kedua kakinya ia letakkan pada meja kerjanya.

Mendapatkan info perihal Thomas yang mengambil satu berkas ayah kandungnya dan menjadikan ruangan itu untuk mabuk-mabukan, tentu membuat Jaemin geram. Siang ini ia memutuskan untuk pergi ke perusahaan ayahnya untuk melihat apa saja yang dibawa dan melihat bekas-bekasnya.

Hingga akhirnya suara ketukan pintu terdengar. Pintu itu terbuka saat mendapatkan izin dari sang pemilik ruangan, menampakkan Liam-tangan kanan Jaemin-yang langsung menghampiri atasannya.

"Mobilnya sudah siap, Tuan."

Jaemin beranjak dari duduknya dan mematikan layar ponselnya. Tangannya bergerak merapikan pakaiannya. "Siapkan berkas-berkasku. Sebagian sudah aku siapkan."

"Baik, Tuan. Akan saya siapkan semuanya."

"Terima kasih. Aku harus melihat Livya dulu. Setelah selesai menyiapkan semua berkasnya, langsung bawa ke dalam mobil dan berangkat. Aku tak mau berlama-lama menunggunya," ujar Jaemin yang diangguki oleh Liam.

Tubuh kecil itu terpampang jelas pada pantulan kaca. Rambut yang basah menandakan gadis itu baru saja membersihkan diri. Livya mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil berwarna merah muda yang sedari tadi berada di tangannya. Perhatiannya yang semula berfokus pada dirinya di kaca, kini beralih pada pintu yang terbuka lebar. Jaemin berdiri di sana sembari tersenyum tipis.

"Sudah sarapan?" Livya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.

Jaemin berdecak. "Jangan tunda sarapanmu, aku tidak suka. Setelah selesai langsung turun."

"Dan satu lagi, aku keluar sebentar, jadi jangan keluar rumah tanpa mendapatkan izin dariku. Kau mengerti?"

"Iya, aku mengerti. Mark tidak datang ke sini?" tanya Livya yang membuat kening Jaemin mengerut.

"Kau mencari Mark?" Suara Jaemin terdengar datar.

"Tidak ada Mark. Mark sedang bekerja. Berhenti mencarinya, kau cukup di rumah bersama para pekerja di sini."

"Jika bosan, kau bisa pergi ke taman belakang. Atau ada apa-apa, bisa hubungi aku."

Gadis itu berdecak dengan semua ucapan yang keluar dari mulut lelaki itu. Jaemin yang melihat itu hanya bisa tersenyum tipis. Baginya, kekesalan gadis itu adalah candu baginya sekarang. Iya, sekarang. Mulai sekarang.

***

Pepohonan yang besar dengan daun yang begitu lebat membuat cahaya susah untuk masuk menerangi rumah besar berwarna putih ini. Ruang tamu terlihat menjadi sedikit gelap, hanya ada api yang menjadi cahayanya. Rumah ini terletak di daerah yang terpencil dan sangat sulit untuk dijangkau. Di sisi-sisi rumah ini terdapat gudang terbengkalai yang menjadi tempat penyimpanan barang rahasia. Tidak ada satupun orang yang berani masuk ke dalam gudang itu.

Di ruang tamu gelap terdapat seseorang dengan rambut yang hampir semuanya putih tengah meneguk segelas alkohol di tangannya dan menyunggingkan senyumnya. Ia duduk di sofa berhadapan dengan api yang berguna untuk menghangatkan tubuhnya serta memberi sedikit cahaya. Dan tangan satunya memegang korek api yang ia mainkan.

"Jaemin? Pfftt..." Pria tua itu tertawa seraya memutar-mutar gelasnya.

"Bagaimana bisa dia mengatakan bahwa aku akan mati di tangannya. Kurasa itu sangat mustahil."

"Yang ada kau akan lenyap di tanganku anak muda. Hahaha," tawa Thomas-ayah tiri Jaemin.

"Hey, Thomas!" Teriak laki-laki yang baru saja masuk.

SIT DOWN! | JAEMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang