(32) Papa Amato

1.5K 195 48
                                    

Hei kalian yang di sana, apa kabar? Bukankah hari ini sangat indah? Lihatlah matahari itu yang masih berada di singgasananya ditemani awan-awan lembut yang berlalu lalang dengan latar biru langit cerah. Oh! Tapi tidak secerah suasana hati seorang remaja yang memakai seragam kebesaran dengan rambutnya yang biasanya tertutup oleh topi kebanggaannya yang berwarna hitam dengan kilat merah itu, tidak ia kenakan hingga memperlihatkan rambutnya yang berwarna coklat gelap menjurus hitam elegan dengan sejumput rambut putih di sana, apalagi ... sorot mata merah tajam dirinya yang bagai membuatmu ingin segera bersujud dibawah auranya yang bagai seorang bangsawan tertinggi dari semua bangsawan paling tinggi. Oh, para wanita yang melihatnya saja sudah berteriak kegirangan bahkan sampai ada yang pingsan dengan senyuman aneh dan mata meraka yang berubah menjadi bentuk love dan bergumam 'aku bisa mati dengan tenang sekarang, oh surga ... Nikmat mana lagi yang kau dustakan?' oke-oke mereka berlebihan, tapi itu memang benar adanya, bahkan para laki-laki yang melihatnya saja sangat iri dan meratapi nasibnya dengan bergumam ... 'ah ... Aku menyerah~ dia sempurna~', khukhukhu! Bolehkah seseorang yang dibicarakan itu merasa bangga dan mengangkat dagunya tinggi atau membusungkan dadanya atas hal itu saat ini juga?

Ah tidak juga, karena ...

Dia terus menghentak-hentakan kakinya sambil menggerutu saat mengalihkan pandangannya beberapa saat ke belakang dan menemukan ... Oh! Itu dua orang gila!

"Sial!"

Ya, pasti kalian dapat menebaknya dengan sangat tepat siapa dia, dia Halilintar! Tentu saja! Dan kedua orang yang Halilintar bilang sebagai 'orang gila' itu ... yah, siapa lagi kalau bukan kakak beradik yang saat ini masih menempeli dirinya bagai perekat ber-cap tak bisa dilepaskan selamanya?

"Tch!" Halilintar hanya bisa berdecak sebal saat mengingat pertemuan pertamanya dengan 'kedua orang gila' itu, yang luar biasa menakjubkan. Tentu saja menakjubkan, jika kalian lupa, kedua orang itu dengan sopan santunnya tiba-tiba menyerang Halilintar dan mengukungnya atau lebih tepatnya menguncinya hingga menyentuh jam tangannya saja tidak bisa, dan berebut 'siapa yang seharusnya mengunci Halilintar' saat dia bisa lepas, cuih! Sangat sopan sekali.

Dan kalian tahu tidak, apa yang terjadi setelah itu?

Kalian ingin tahu?

Sungguh?

Mau tahu aja, atau mau tahu banget?

Hayoloh~ pilih yang mana? Ohohohoho~ baiklah, ini serius. Mereka berdua! Iya kakak beradik itu saat ditanya Fang apa alasan mereka menyerang adalah hanya karena ...

INGIN NUMPANG TANYA DIMANA TELOLET! EH? TOILET DAN RUANG KEPALA SEKOLAH BERADA!!!

"Tch! Sialan!" entah berapa kali Halilintar terus berdecak dan mengumpat untuk meredam emosi dirinya yang saat ini tidak bisa diajak kompromi bahkan tidak mendengar mereka berdua yang memperkenalkan dirinya saat Halilintar dan Fang dengan 'baik hati' (dibaca : sangat-sangat terpaksa) mengantar mereka ke ruang kepala sekolah sebagai murid baru atau bisa dibilang pindahan .

Oh Halilintar saat ini berusaha menahan diri untuk tidak meledak-ledak saat ini juga, ditambah Fang yang segera berlari menghilang meninggalkannya entah kemana setelah itu, dan membuat dirinya terjebak karena kepala sekolah meminta Hali untuk memperkenalkan sekolahnya dan secara otomatis terjebak dengan mereka berdua, dan lupakan rencana dirinya yang ingin berlatih untuk persiapan lomba lari esok. Luarbiasa, tolong berikan tepuk tangan untuk Halilintar sebagai tanda penghargaan atas kesabaran dirinya untuk menahan diri itu.

Fiuh ... Oke tenanglah Halilintar, teruslah bernapas ...

Krik-krik Krik-krik

Ehehehe ... canda-canda.

PERUBAHAN ( Boboiboy halilintar )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang