- 27 -

13 5 0
                                    


"Saling jatuh cinta itu di tentukan oleh insan yang merasakan, bukan sama orang yang menganggap cocok."

-A. Reynand Erlangga Batara-

- C I A R A -

"Bucin terosss, hargai yang jomblo dong!" Bian menatap Erland dengan tatapan tajam.

"Apa? Kenapai? Hah?!"

"Apaan sih Lo dari tadi sewot mulu, gue yang jomblo santai aja. Ngapa Lo yang panas dah buset," celoteh Andrea sudah tak tahan dengan tingkah Erland.

"Apaan sih, nggak usah berisik deh cewek stress."

"Iya gue stress, emang napa? Lo mau angkat beban hidup gue hah?!" Andrea nyolot.

"Beban hidup gue juga banyak, ngapain juga gue angkat beban hidup Lo. Kurang kerjaan!"

"Khm... Kenapa jadi konteks adu nasib yah," ucap Jingga sedikit terkikik dengan interaksi Erland dan Andrea.

   Cia dan Aska hanya terdiam, setia menjadi penonton tak bersuara sambil menikmati semangkok bakso mereka.

"Udah nggak usah di urus sayang, cocok nih buat di jodohin," ucap Bian langsung membuat Erland dan Andrea menatap ke arahnya.

"Gak, nggak ada kayak gitu. Kita nggak akan pernah cocok!" protes Andrea.

"Saling jatuh cinta itu di tentukan oleh insan yang merasakan, bukan sama orang yang menganggap cocok," ungkap Erland.

"Gue setuju, lagian dua orang  yang selalu berbeda pendapat jika di satukan hanya akan menciptakan perpecahan." Andrea menambahkan.

"Tapi barusan kalian sependapat." Aska angkat suara.

   Andrea dan Erland saling tatap selama beberapa detik, lalu memalingkan wajah secara bersamaan.

"Gak!" ucap mereka bersamaan.

"Gak akan cocok!"

"Apaan sih Lo ngikut mulu!" sekali lagi secara bersama.

"Diam!" Andrea memukul meja keras.

"Argh jangan ikutin gue!" Erland juga ikut memukul meja, tak tahan karna perkataan mereka selalu saja sama.

"Lo yang ngikut!"

"Lo!"

"Iish berisik tau, kalian berdua diam!" bentak Cia tak tahan.

"Cia susah makan mejanya goyang-goyang ih, tuh ndak malu di lihatin satu kantin?" Cia menatap sekeliling kantin.

   Aska, Bian dan Jingga sedikit menahan tawa karna ekspresi Erland dan Andrea yang sama-sama melotot tak percaya.

"Mending kalian berdua duduk manis, makan dengan tenang." Erland dan Andrea menuruti perkataan Jingga, lagipula mereka sudah cukup malu karna berhasil menjadi pusat perhatian seisi kantin.

   Aska dalam diam menyaksikan gadis di depannya yang makan dengan lahap, entah mengapa ada kepuasan tersendiri melihat ketenangan gadis itu.

"Awas matanya copot," bisik Bian meledek Aska.

"Hm."

"Buset dah dingin banget reaksinya."

"Terus gue harus apa?" Aska menatap langsung mata Bian.

"Nggak ngapa-ngapain sih," ucap Bian mati kutu.

"Permisi, boleh gabung nggak?"

"Boleh gab--

CIARA | EFEMERAL SERIES IIWhere stories live. Discover now