Four

32 5 1
                                    

  Datang seorang perempuan dari balik tirai dengan mengenakan topeng yang sama dengan pria berjubah.

  "Hello guys," Suara wanita itu terdengar sangat ceria, "gimana? kalian senang kan bisa memasuki 4 besar." Lanjutnya, seakan suasana di tempat itu begitu bahagia.

  "Dasar perempuan brengsek, malah ceria di atas penderitaan orang." teriak Jisdin kesal, ia mengepalkan tangannya seakan tak tahan untuk melepaskan amarah, hatinya diselimuti ketakutan dan kemarahan yang tercampur aduk.

  "Dorrr" tembakan itu tepat mengenai kaki kanan Jisdin. Tembakan itu membuat Jisdin merintih kesakitan. Luka yang ia dapat cukup parah.

  "Anda tidak tahu apa yang saya alami itu lebih parah, bahkan yang kalian alami tidak ada apa-apanya," kata wanita itu dengan suara cukup keras. Wanita itu sangat kejam dan tidak main-main dengan pistol yang ia bawa.

  "Baiklah, saya tidak akan membuang waktu, permainan berikutnya akan segera dimulai, persiapkan diri." Wanita itu lalu terdiam setelah berbicara.

  Pria berjubah datang dengan membawa seorang pria berpakaian rapih, namun di bagian kepala ditutupi oleh kantong kresek, Dan anehnya lagi tangan serta kaki pria itu diikat pada sebuah tiang kayu dengan ketinggian 2 meter.

  Wanita bertopeng berjalan mendekati satu per satu peserta dengan memberi 2 buah dadu pada setiap orang. Wanita itu kembali ketempat semula ia berbicara.

  "Silahkan untuk melempar dadu, apapun hasilnya itu adalah takdir kalian. Sudah paham?" tanya wanita itu dengan suara pelan.

  "Jis, masih kuat kan?" tanya Zima khawatir.

  "Gapapa Zim, jika tidak ditembak pun aku bakal mati," jawab Jisdin dengan senyum tipis.

  Daniel dan Wiro melempar dadu secara bersamaan. Mata dadu yang didapatkan Daniel berjumlah 11. sedangkan mata dadu yang Wiro peroleh berjumlah 6.

  Jisdin dan Zima ikut melemparkan dadu, Zima mendapat mata dadu berjumlah 9 sementara Jisdin mendapat mata dadu berjumlah 8.

  Jumlah mata dadu Daniel sangat banyak, berbeda dengan Wiro yang hanya mendapat 6 mata dadu.

  Wanita itu terdiam menonton lemparan dadu lalu berkata "Untuk permainan kali ini, kalian akan mendapat sebuah pisau dengan jumlah yang sesuai dengan jumlah mata dadu yang didapat, tiap orangnya akan mendapat warna gagang pisau yang berbeda, kalian hanya perlu melemparkan pisau kearah orang yang terikat itu, pisau yang paling sedikit tertancap akan kalah."

  "Apa aku sekejam itu?" tanya Jisdin dalam hati.

  "Kalian bukanlah manusia lemah," ujar wanita bertopeng, "kalian adalah orang-orang terpilih, cepat lakukanlah."

  Wiro menatap tajam ke arah teman-temannya "kenapa? Kalian masih merasa sebagai manusia? Lantas, apa kalian tidak sadar sudah membuat mati sebagian teman untuk kelanjutan hidup kalian?" tanya Wiro dengan sangat jelas.

  Keadaan hening, ucapan Wiro membuat hati mereka campur aduk antara salah dan benar.

  Daniel langsung melemparkan satu per satu pisau ke arah orang itu yang jaraknya berkisar 8 meter dari meja yang mereka tempati.

  Jisdin yang terlanjur muak dengan dirinya sendiri langsung melemparkan pisau, Zima yang melihat itu ikut melemparkan pisau.

  Wiro tersenyum, ia tak paham mengapa ingin tersenyum setelah melihat temannya berubah pikiran setelah ia usai berbicara. Wiro yang hanya mempunyai pisau paling sedikit memulai melempar pisau.

  2 lemparan pisau milik Wiro tepat sasaran mengenai wajah, sedangkan satu lemparan Zima tepat tertancap pada leher pria tersebut.

  Pisau yang mereka punya sudah habis tak tersisanya. Pria berjubah dan wanita bertopeng itu mulai menghitung jumlah pisau yabg tertancap pada tubuh pria berpakaian rapih.

  "Baiklah, saya akan mengumumkan hasilnya," ungkap wanita bertopeng itu, "pisau yang tertancap paling banyak adalah pisau berwarna hijau yang dimiliki Daniel dengan jumlah 8 sedangkan pisau yang tertancap paling sedikit adalah pisau berwarna kuning yang dimiliki Zima dengan jumlah 4."

  Wanita itu berjalan menghampiri Zima lalu berkata, "Maaf cantik kamu harus mati hari ini." Suara manis itu membuat bulu kuduk siapapun merinding saat mendengarnya.

  Tepat di hadapan Zima, wanita bertopeng itu terdiam sejenak lalu mengenakan knuckle besi di tangan kiri dan kanan.

  "Good bye" wanita itu langsung memukuli wajah Zima tepat dihadapan tiga orang lainnya. Terlihat bahwa wanita itu cukup ahli dalam menggunakan knuckle, ia tampak begitu menikmatinya.

  Wajah Zima hancur babak belur, bentuk wajah mukanya mulai berubah sehingga tak dapat dikenali, darah masih bercucuran dari wajahnya.

  Mereka yang melihat itu hanya terdiam tak bisa berbuat apapun, aura membunuh dan ingin menang tampak jelas terlihat dari raut wajah mereka.

&U (Pencari bakat pembunuh) Where stories live. Discover now