Class

72 11 20
                                    

Seperti biasa, Ifan selalu datang lebih awal dari pada teman sekelasnya, dan ia hanya perlu menunggu pintu kelas otomatis terbuka pada jam 07:00.

Hari itu sejuk, hembusan angin begitu menenangkan pikirannya, disertai dedaunan yang berguguran di hadapannya, rasanya nyaman, menyendiri tanpa ada kekhawatiran.

Tak lama pintu kelas terbuka, Ifan serta beberapa temannya yang sudah datang lalu memasuki kelas itu dan mereka semua mengambil barang serta tas yang ada di loker masing-masing tepatnya berada di pojok belakang kelas.

"Fan, Wiro mana?" tanya Kelvin.

"Gatau, masih dijalan mungkin," ucapnya ragu.

Waktu kian berlalu, sebentar lagi bel masuk sekolah akan berbunyi. Semua murid telah masuk kecuali Wiro yang mungkin saja masih dalam perjalanan menuju sekolah.

"Guys, nungguin aku ya," ucap Wiro yang baru tiba dengan nada sok kalem.

"Lama banget Wir, untung belum ketutup itu pintu gerbang," kata Jessy memperingati.

Pelajaran pun berlangsung dengan keadaan normal, saat pelajaran ketiga dimulai tak ada guru yang masuk, mereka heran karena tidak biasanya ada guru yang absen untuk tidak mengajar.

"Baru kali ini kita ngerasain jam kosong," kata kelvin begitu antusias.

"Bener banget fin, kapan lagi sekolah elite kaya gini dapet jam kosong," sahut Daniel dengan raut wajah cengengesan.

12 Murid itu merayakan jam kosong dengan foto bersama untuk mengenang dikemudian hari.

Hingga pada jam pelajaran keempat masih saja tak ada guru yang masuk kelas mereka, seharusnya Bu Ani selalu datang rajin untuk memulai jam pelajaran fisika nya. Mungkin sedikit aneh karena Bu Ani merupakan guru 'Killer' Yang paling giat dan rajin.

Tiba tiba lampu kelas mati dan jelang 5 menit pintu otomatis tertutup dengan waktu yang tak normal, biasanya menutup pada jam 18:00, jam dimana semua murid sudah meninggalkan sekolah.

Murid perempuan terlihat panik dengan kejadian itu. Namun Daniel dan Ifan berusaha untuk menenangkan mereka.

"Tenang, ini cuman masalah kecil, pasti bakal diberesin sama sekolah." ucap Ifan di hadapan mereka.

Suasana tegang mulai mereda saat lampu yang sudah mulai menyala, meski pintu belum terbuka. Sebagian murid sudah membuka kotak makan siangnya untuk disantap.

"Bwuee" Lauryn muntah saat menyantap kotak makan siangnya, 5 detik kemudian muntahnya berlanjut dengan keluarnya darah dari mulut lauryn. Seketika lauryn mati di tempat.

Mereka semua ketakutan melihat darah yang mengalir dari mulut lauryn. Azelia dan Jessy pingsan secara beruntun, mereka tak kuat melihat kejadian itu, sementara anak laki-laki sibuk mengobrak abrik kaca dan pintu kelas agar mereka dapat keluar dari situasi itu.

Mereka sudah kehabisan akal, pintu otomatis sangatlah susah untuk dibuka tanpa adanya alat yang cukup membantu, dan juga kaca kelas mereka sangatlah tebal sehingga jarak pandang keluar pun tak terlihat.

Layar belajar menyala dengan memperlihatkan gambar

Dead: Lauryn
remaining 11 participants


Mereka semua panik melihat layar yang berkata seolah mereka merupakan peserta untuk suatu kepentingan tertentu.

"Semua kotak makan dari sekolah jangan dulu dimakan, pasti ada yang ga beres di makanannya, kayanya lauryn makan racun yang udah disatuin sama makanan dari sekolah, aku minta kalian untuk buang makannya, sekarang!" Ifan mengatakan dengan sangat tegas, berharap mereka semua patuh dengan ucapannya.

"Aku gamau ada lagi kejadian kaya gini." Lanjutnya khawatir.

"Kita harus gimana? Siapa yang bakal tanggung jawab atas kematian lauryn?" tanya Vantaka panik, terlihat jelas dari raut wajahnya.

"Yaudah, kita pindahin dulu mayatnya di pojok belakang," sahut Jisdin sembari memikirkan jalan keluar.

Mereka bergegas mengikuti arahan Jisdin, 10 menit berlalu mereka sibuk bercakap mengenai cara untuk keluar dari kelas dan berbincang mengenai kejadian aneh yang menimpa kelas mereka.

Sementara itu Ifan dan Kelvin sibuk mencari barang yang berguna untuk menjebol kaca kelas yang begitu keras ataupun pintu otomatis kelas.

Ifan dan Kelvin menemukan kotak harta karun kecil beserta kuncinya yang berada di meja guru, semuanya berkumpul berharap barang kecil itu dapat berguna untuk mereka.

Saat dibuka, semuanya terlihat kecewa setelah melihat isinya hanyalah 2 buah dadu, yang sama sekali tidak berguna untuk mereka.

"Dadu buat apa sih? ga ada gunanya lah, sekolah ga jelas banget ngasih beginian." Daniel sangat kesal, ia melampiaskan kekesalannya dengan menendang kursi yang berada tepat di hadapannya, sehingga Ifan dan Kelvin mencoba untuk menenangkannya.

Layar belajar kembali menyala.

Selamat datang di percarian bakat membunuh tahun 2040, dimohon untuk kerja samanya dalam event ini
Lempar kedua dadu sebanyak 2 kali
(Suara robot)

Waktu melempar tersisa 03:00.00
(Dalam hitungan mundur)


&U (Pencari bakat pembunuh) Where stories live. Discover now