Chapter 23 (A Long Day After That part 2)

2.8K 179 20
                                    

{Abel P.O.V}

   Tidak akan terasa sulit jika kau mau bersabar. Ya, aku sudah mencobanya, dan ternyata memang benar, tidak sulit, karena aku sudah bersabar.

   Tapi kau harus tau, tidak dalam waktu singkat untuk merasa semuanya 'tidak sulit'. Semua butuh waktu, dan proses. Dibarengi dengan niat, dan tekad yang bulat, kalau kau akan mempertahankan apa yang menjadi tujuan awalmu.

   Selalu tepat di awal, akan terasa sangat sulit. Kau akan lebih sering mendapatkan cobaan, entah itu ringan atau berat. Mungkin, perasaanmu pun akan mudah goyah.

   Kau hanya perlu mengingat satu hal, yaitu tujuanmu. Kemana pun kau akan pergi, itu semua tetap dibarengi dengan tekadmu yang kuat.

   Kenapa aku berpikir seperti ini? Mungkin itu tidak penting. Aku hanya memberitahukan saja, kalau itu adalah salah catu cara mempertahankan apa yang seharusnya dipertahankan, terlebih itu menjadi bagian dari dirimu.

   Dan sebenarnya, itu lebih mencerminkan perasaanku yang sekarang sudah hancur berantakan. Lalu setiap keping serpihan tersebut itu kembali menyatu, bagai direkatkan kembali dengan lem. Itu tidak cukup kuat.

   Aku selalu berpikir, mengapa selalu ia yang dapat membuat hatiku hancur, lalu membuat serpihan ini kembali menyatu? Mengapa harus ia yang kembali datang, membuatku terbang, lalu menjatuhkanku kembali dengan hantaman yang sangat kuat? Mengapa pikiranku tidak dapat berhenti memikirkannya? Mengapa hatiku ini masih saja tetap menunggunya? Mengapa perasaan ini tidak bisa aku lepas begitu saja?

   That's it. All of the questions on my mind. I wish I knew the answer...

{Author P.O.V}

   Abel lebih memilih untuk beristirahat kembali, dan membiarkan Niall tetap pada posisinya seperti itu. Membiarkan Niall melepaskan lelahnya sejenak.

   Cukup lama Niall tertidur, dan Abel baru saja menutup matanya kembali untuk memulihkan tenaganya yang sudah terkuras semalaman.

   Pintu kamar yang semula tertutup rapat, mulai terbuka perlahan tanpa terdengar suara. Dengan perlahan pula, Kak Josh berusaha menerobos celah pintu dan mengintip ke dalam kamar adiknya.

   Melihat adiknya yang tertidur pulas, kak Josh mengembangkan senyumnya. Dan disaat yang sama, kak Josh menyadari bahwa Niall tepat berada di samping kasur Abel, tertidur dengan posisi kepala yang tenggelam diantara kedua tangannya. Kak Josh merasa lega, karena Niall sudah datang untuk menjaga adiknya. "They're like best couple I've ever seen" Pikir kak Josh, lalu melenggang pergi meninggalkan kamar Abel.

***

   Niall terbangun dengan mengusap-usap sedikit mata dan rambutnya. Niall melihat Abel masih tertidur pulas. Lalu pandangan mata Niall mulai menyorot ke arah jam dinding di salah satu sisi kamar Abel. "Jam 1p.m? Oh God, berapa lama aku tertidur?! Aku merepotkan saja" Niall kaget saat mendapati dirinya tertidur cukup lama. He tried to make no sounds, agar tidak mengganggu Abel yang tertidur.

   Niall beranjak keluar dari kamar Abel. Sebelum itu, Niall mengecup puncak kepala Abel, dan menggenggam tangannya sebentar. Saat Niall hendak menutup pintu, Niall berpapasan dengan Kak Josh yang ternyata baru saja sampai di anak tangga terakhir, membawa nampan beserta makanan di atasnya.

   "Ternyata kau sudah bangun. Oh ya Niall, kakak minta tolong jaga Abel untuk hari ini ya. Kak Josh ada urusan sebentar, mungkin besok baru akan pulang. Dan siapa tahu dengan adanya kamu disini, bisa membuat kondisi Abel membaik" pinta kak Josh dengan ramah.

   Niall menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia terlihat bingung dengan permintaan kak Josh. Tanpa lama berpikir, Niall langsung menyetujuinya. For Abel, the one he loved. Lebih utamanya, ini satu-satunya kesempatan Niall untuk meminta maaf kepada Abel.

Loved You First (Niall Horan love story)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang