Day 12 - Takdir

20 7 0
                                    

"Apakah takdir bisa diubah?"

Pertanyaan itu terucap dari bibir wanita cantik yang baru saja kukenal saat sesi pemotretan prewedding tadi.

"Eh, tergantung takdirnya seperti apa, Kak," jawabku sok tahu.

Dia malah menoleh, menatap lekat ke arahku. "Maksudmu?"

Aku jadi salah tingkah, mencoba mengalihkan wajah dari pandangannya. Namun, dia seakan mengejarku dengan sorot mata tajamnya.

"Ehm, kalau kata guru ngaji saya takdir itu ada yang bisa diubah dan yang tidak. Kelahiran, kematian, jenis kelamin, itu contohnya yang tidak bisa diubah, sudah ditetapkan dan kita terima langsung dari Tuhan. Jodoh, kesehatan, rezeki, itu contoh takdir yang bisa diubah dengan berusaha dan berdoa, tentunya."

Ia mengangguk-angguk, tetapi raut wajahnya masih menampakkan keraguan.

"Jodoh? Bukannya orang bilang kalau jodoh itu nggak ke mana? Bagaimana mengubah jodoh kita?"

Aduh, aku benar-benar bingung kali ini. Aku menggigit lidahku, mengapa bisa-bisanya berucap demikian?! Sekarang aku pusing memikirkan jawabannya.

"Eh, gini, Kak. Setahu aku ya, memang jodoh itu nggak akan ke mana, tapi Tuhan memberi jodoh algoritmanya ya yang setara dengan kita, yang bisa saling melengkapi ibarat panci dengan tutupnya, gitu."

Aku menggaruk-garuk tengkuk, mendengar penjelasnku sendiri yang kacau dan aneh. Lalu karena kulihat wanita itu masih bengong kebingungan, aku pun berusaha menjelaskan lebih detail.

"Misalnya Kakak orang yang perfeksionis, ternyata diberi Tuhan jodoh orang yang urakan. Mungkin supaya hidup Kakak jadi seimbang, tidak terlalu perfeksionis lagi, dan si cowok urakan itu jadi lebih teratur hidupnya. Atau misalnya orang kaya ya jodohnya orang kaya juga, soalnya kalau orang miskin nanti sulit beradaptasi dengan kehidupan orang kaya, yang ada malah makan ati terus," jelasku.

Ia tersenyum tipis, mungkin sudah mengerti sedikit.

"Lalu kalau ada orang pacaran terus putus, atau menikah tapi cerai, apa itu jodoh?"

Aduh, mati aku! batinku merutuk.

Aku menyengir sambil mengangkat bahu.

"Entahlah, Kak. Mungkin itu bukan jodoh yang sebenarnya. Jadi dia bertemu dulu dengan orang yang "salah" agar belajar memperbaiki diri dan memantaskan diri untuk jodoh yang sebenarnya." Aku memberi penekanan pada kata salah dengan membuat tanda kutip dengan jari.

Kali ini ia tersenyum lebar, mungkin setuju dengan perkataanku.

"Kakak sudah mau menikah, tapi bertanya tentang jodoh. Memangnya Kakak nggak yakin sama calon suami Kakak?" tanyaku yang sukses membuatnya terdiam seribu bahasa.

"Aku tahu Kakak itu mantannya Bang Adnan, kan? Kuharap Kakak nggak melibatkan lagi perasaan Kakak terhadapnya. Jangan bikin hati Bang Adnan jadi terombang-ambing lagi!" ancamku sembari berjalan meninggalkan wanita itu yang masih terpaku di tempatnya.

 Jangan bikin hati Bang Adnan jadi terombang-ambing lagi!" ancamku sembari berjalan meninggalkan wanita itu yang masih terpaku di tempatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

12-02-2022

Challenge kali ini adalah membuat cerita dengan kalimat awal: "Apakah takdir bisa diubah?"

EMOJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang