Tentu hal itu tak di sia sia kan oleh nya. Laki laki itu memilih menjepret beberapa foto.

"Dimas! Killa lagi ngomong loh." Tangan kiri Killa menarik kamera Dimas cukup kuat. Sedangkan matanya masih fokus pada jalanan yang cukup ramai.

Dimas merengek. Tak ingin kegiatan nya di ganggu.

"Dimas!!" Kali ini Killa naik pitam. Ia hanya kesal, kenapa Dimas hari ini banyak membuatnya makin lelah?

Memang Dimas juga pasti lelah karna sudah bekerja dari pagi. Tapi, Killa hanya ingin Dimas sedikit mengerti. Sikapnya tadi yang menarik tas nya membuat mood Killa yang tak terlalu bagus justru makin hancur.

Dimas diam. Tangannya tak berniat membalas tarikan Killa. Membuat Killa mengambil kamera Dimas dan ia simpan di pahanya. Matanya kembali fokus pada jalanan.

Gadis itu menghela nafas mencoba menenangkan dirinya.

Ia tak seharusnya membentak Dimas.

"Maaf." Bisik Dimas kecil. Bahkan Killa tak bisa mendengar dengan jelas.

"Maaf."

"Maaf."

"Maaf."

"Maaf."

Ucap Dimas bekali kali dengan suara yang makin keras. Tangannya memukul kepala hingga pahanya sendiri.

Killa panik. Gadis itu memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Tak perduli di situ ada rambu rambu di larang parkir. Namun saat ini keadaan jauh lebih genting.

"Dimas??" Killa mencoba menahan tangan Dimas. Namun memang dasarnya Dimas memiliki badan yang cukup besar dan tenaga yang kuat membuat Killa tak cukup kuat untuk menahan tangan itu.

"Dimas lihat Killa.." ucapnya selembut mungkin.

Dimas tak sama sekali menggubris Killa. Bahkan laki laki itu menunduk.

Dimas menangis.

Dimas juga tak mendengar intrupsi yang di berikan Killa.

Yang ia lakukan hanya menangis dan memukul kepala nya.

Dimas luar kendali.

Apa yang harus Killa lakukan??

Killa menahan tangis nya. Dia salah, kenapa ia tak menahan emosi nya??!

Bodoh Killa.

Killa menarik Dimas untuk ia peluk sekuat tenaga walau Killa lah yang jadi bahan pukul Dimas.

Killa tak perduli. Gadis itu tak tau menahu tentang Dimas, dan bagaimana laki laki itu jika dalam keadaan luar kendali.

Namun bentakan nya tadi sudah jelas salah. Dimas sama seperti anak kecil. Namun pemikiran nya dewasa. Dia akan merasa bersalah dan melukai dirinya sendiri karna menyalahkan dirinya.

"Ssttt.. Dimas ga salah.. Dimas ga salah.." bisik Killa lembut.

Pukulan Dimas sudah berganti. Laki laki itu beralih pada rambut nya sendiri dan menjambaknya kuat. Masih dengan kata kata maaf ia ucapkan membuat hati Killa berdenyut sakit.

Killa mencoba menahan tangan itu kuat. Sekuat tenaga bahkan wajah nya saat ini sudah memerah saking ia menahan tangis dan menahan Dimas agar tak menarik rambutnya.

"Ssttt.. Killa ga marah. Dimas ga salah yaa.. maafin Killa yaa." Bisiknya lagi. Tubuh itu kembali memeluk kuat Dimas.

Tangannya beralih mengusap rambut Dimas yang acak acakan.

Dimas menangis. Ia membalas pelukan Killa tak kalah kuat nya.

"Maafin Dimas." Bisik Dimas di sela sesegukan nya.

Killa mengangguk.

Cukup lama mereka berpelukan, tenaga Dimas juga sudah melemah.

Dirasa sudah tenang. Killa pun membetulkan posisi duduknya yang awalnya menyamping menghadap Dimas, kembali pada menatap jalanan.

Di tatapnya Dimas yang sudah tenang.

Killa menginterupsi nya untuk mengatur nafas nya pelan pelan. Dan di ikuti pula oleh Dimas.

"Killa ga suka Dimas kaya gini." Bisiknya lembut.

Tangan itu mengelus pelan pipi Dimas menghapus air mata laki laki itu yang masih saja jatuh.

"Killa ga suka Dimas diem waktu Dimas ngerasa marah. Killa ga suka Dimas ga jujur sama diri Dimas. Killa ga mau liat Dimas kaya gini lagi."

Dimas diam. Matanya menatap lekat mata  Killa yang juga tengah menahan tangis.

"Killa minta maaf udah bentak Dimas. Killa salah." Dimas menggeleng.

"Killa belum kenal Dimas lebih jauh, jadi Killa minta tolong kasih waktu supaya Killa bisa pahami Dimas. Killa minta tolong sama Dimas buat jangan tahan apa yang Dimas rasain supaya Killa ngerti yaa." Dimas diam tak menjawab. Matanya seakan tersihir menatap mata Killa yang tergenang air mata. Ada rasa sakit di hatinya melihat Killa ingin menangis.

Tangan besar itu terangkat untuk menggenggam tangan Killa yang berada di pipinya. Sedangkan tangan satunya menghapus air matanya yang masih terjatuh.

"Kalau Dimas susah. Dimas bisa peluk Killa sekuat tenaga kalo Dimas marah, jangan pukul diri Dimas lagi kalau marah. Killa ga suka."

####

Jan lupa vote komen nyaaa 😘😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jan lupa vote komen nyaaa 😘😘

Stay safe semuaa jaga kesehatan!!

My Autisme Husband|| DoyoungWhere stories live. Discover now