18

1.1K 138 5
                                    

Dimas merengut sedari tadi. Tangan nya tampak menekan layar ponselnya cukup kuat.

Killa tersenyum tak enak pada laki laki yang saat ini tengah mengelapkan bibir gadis kecil di depannya.

"Maaf ya jika Hafi merepotkan." Killa menggeleng. Hafi tidak merepotkan namun ibu nya cukup meresahkan. Kenapa dengan mudah meninggalkan nya di studio yang belum tentu aman itu?

"Ngga kok.."

"Ayah, tadi Hafi minjem uang punya kakak buat beli kerupuk nya ibu ibu yang sempet berteduh." Ucap gadis itu. Killa menggeleng tak enak saat Jonathan ayah dari Hafi berniat mengganti nya. Killa merasa itu bukan apa apa.

Namun laki laki di depannya ini tak peduli. Ia melanjutkan membuka dompetnya dan berikan beberapa uang berwarna merah pada nya.

Killa menggeleng.

"Ini kebanyakan. Tadi saya minjemin nya ga sebanyak ini." Jonathan tersenyum.

"Ga papa. Buat kamu aja sebagai ucapan terimakasih saya buat jagain Hafi tadi sebelum saya jemput."

"Ck"

Decak kesal Dimas.

Laki laki itu menggaruk kepalanya kasar.

Mereka belum sempat pulang karna Jonathan yang secara kebetulan adalah sepupu jauh dari Dimas mengajak nya untuk sedikit bersantai di cafe.

Masalahnya, Dimas sedari tadi berdecak kesal. Bahkan laki laki itu tak bisa diam di bangkunya.

"Pulang." Ucapnya dengan singkat. Killa hanya mengangguk kecil.

"Ehh udah mau pulang? Kenapa ga di abisin cake nya Dimas? Bukannya Dimas suka cake ini?" Dimas kembali berdecak kesal.

Kali ini wajahnya benar benar merah karna marah.

"Ga selera." Laki laki itu mengalungkan kembali ponselnya dan kameranya. Dan menarik tas Killa agar Killa cepat untuk berjalan.

"Terimakasih traktir an nya." Jonathan mendorong satu kartu nama miliknya.

"Kalau ada apa apa bisa hubungi saya. Siapa tau, hal buruk terjadi pada Dimas. Kamu ga tau harus berbuat apa. Kamu bisa hubungi saya." Killa menerima nya.

Namun tak lama tarikan di tas Killa menguat membuatnya termundur hampir terjelembab jatuh.

"Dimas.." decak kesal Killa. Masalahnya tarikan itu membuat Killa menggeser cukup kuat bangku yang ia duduki, membuat beberapa orang menatapnya tanya. Bahkan Killa hampir jatuh.

"Cepet!"

Killa menghela nafas.

"Saya permisi." Ucap Killa. Jonathan mengangguk dan dengan santai dan kembali meminum kopinya.

"Hafi ga kenal om tadi?" Hafi menggeleng.

"Hafi kenal, tapi om Dimas yang ga kenal Hafi." Jonathan tersenyum. Ia mengelus kepala gadis itu dengan pelan.

"Om Dimas lupa. Ntar kalo ketemu, kenalin diri Hafi lagi ya." Hafi menatap dengan tatapan tanya pada ayahnya itu.

"Tapi tadi kan Hafi udah kenalan sama om Dimas lagi." Jonathan kembali meminum kopinya. Tangan itu tak berhenti mengelus kepala sang anak sayang.

"Mungkin nanti bisa aja om Dimas lupa lagi."

###

"Kamu kenapa sih??" Dimas diam. Matanya menatap jalanan dengan pandangan berbinar.

Salah satu kesukaan laki laki itu. Melihat jalanan di malam hari. Lampu kelap kelip, menatap banyaknya orang yang sedang sekedar nongkrong di tepian jalan membuat nya tenang seketika.

My Autisme Husband|| DoyoungМесто, где живут истории. Откройте их для себя