Aku sendiri tugasnya sudah selesai walau ada beberapa soal yang jawabannya tidak aku yakini tapi setidaknya diri ini bisa tenang, jika ditanya sudah mengerjakan apa belum, aku punya jawaban pasti dan bukti yang valid, toh yang penting mengerjakan urusan benar atau salah itu hal belakangan, lebih sulit jika ketahuan mencontek, Pak Azhari tidak mentoleransi hal itu, ia pasti sudah langsung mencoret jidat atau hidung kami dengan spidol dan lebih parahnya tidak diizinkan mengikuti kelas, aku tidak ingin hal itu terjadi.

"Na, soal yang e udah belum?" Lia teman sebangkuku bertanya begitu aku sampai di tempat.

"Oh yang itu, udah si tapi saya enggak yakin, semalam juga kesusahan ngerjainnya."

"Gimana caranya Na, ajarin saya sih."

Aku sih tidak pernah keberatan jika ada yang minta diajarkan, toh memang itu tujuan bersekolah, mencari ilmu dan memanfaatkan ilmu, jika kita bisa memberi manfaat bagi orang dengan mengajarkan hal yang kita tahu kenapa tidak?, lagi pula jika kita memberi ilmu tidak akan merugi kok, kalau sewaktu kita lupa akan ada orang mengingati dan hal yang kita ajari tidak akan berhenti di satu orang saja, orang yang sudah mengerti itu pasti akan mengajari yang lain, jadi pahala kita juga akan terus mengalir, jadi jangan takut berbuat kebaikan, lain hal dengan mencontek, menyalin jawaban tanpa memikirkan pemilik yang mengerjakan ini namanya kecurangan dan tidak bisa disamakan dengan "Jadilah kawan yang baik" banyak hal yang bisa dilakukan untuk berbuat baik tanpa harus memberi contekan, ya aku bukannya tidak pernah mencontek, tapi aku tidak membenarkan hal itu, selagi bisa memperbaiki kenapa tidak?.

"Setahu saya aja ya, kalau salah jangan marah, hehe."

"Iya, Na."

Aku mengajari Lia sesuai pemahamanku, dan bersyukur ia dapat mengerti hal yang aku jelaskan, entah mengapa aku senang sekali jika dapat memberi sedikit ilmu yang kumengerti.

"Makasih ya, Na."

Lia selesai dengan tugasnya, bel belum juga berbunyi jadi aku dan Lia mengobrol ringan saja, terkadang menertawakan hal random seperti aku yang kemarin kesandung saat jalan sepulang sekolah dan dirinya yang kena marah Ibunya karena telat mencuci piring.

"Na?"

Arga memanggilku dari arah belakang badanku, rupanya ia sedang berdiskusi dengan Wiwid terkait PR Matematika, ternyata ada beberapa soal yang belum terselesaikan.

"Iya?"

Aneh, tadi memanggil tapi kali ini malah ia mengabaikanku, jadi aku menghadap ke depan lagi, terkadang Arga itu suka aneh, pernah aku diperhatikannya dengan lama seolah matanya memelukku dan membuatku salah tingkah, terkadang juga menyebalkan sekali suka mengabaikanku, dan terkadang juga suka menunjukkan perhatiannya padaku, dan baru saja semalam ia mengirim pesan yang dapat membuatku menganga dan sukses membuat jantungku berpacu tidak pada temponya, ia mengirim pesan dengan menyatakan bahwa ia suka terhadapku, sungguh aku tak tahu kenapa ia mengirim itu, aku hanya kebingungan sementara, dan paginya aku seolah melihat tatapan yang berbeda dari balik netra hitamnya, seolah ada rasa malu yang menyelimuti dan perasaan tulus yang menghampiri, entah lah aku juga pagi itu sama halnya dengan dirinya yang kerap salah tingkah.

Tepat jam 07.30 WIB bel berbunyi, Pak Azhari sudah terlihat berjalan di lapangan, menandakan perang akan segera di mulai, aku mulai menyiapkan buku di atas meja, bersiap-siap menjawab kuis dadakan Pak Azhari, aku harus mendapatkannya hari ini, mengingat pertemuan lalu aku tidak mendapatkan nilai jadi pertemuan kali ini aku harus berbuat sebaik mungkin.

"Bagaimana sudah siap kuis?"

Tuhkan, sudah aku bilang pasti Bapak sudah menyiapkan kuis dadakan untung saja semalam aku sudah belajar mengilas sedikit-sedikit materi hari ini. Seisi kelas mengatakan siap dengan lantang dan semangat. Pak Azhari benar-benar luar biasa dapat membuat semangat para siswanya belajar Matematika.

Wijaya KusumaWhere stories live. Discover now