“Kenapa warna hitam ?”
Tanyaku pada Suga yang baru saja menghidangkan segelas Cokelat hangat yang selalu dirinya hidangkan untukku. Ah aku teringat pria itu, cokelat jadi kesukaan ku lantaran pria itu menyukai cokelat.
“Ini bahkan kali ketiga dirimu ke sini, kenapa baru bertanya sekarang, hmmm?” Suga memposisikan dirinya tepat di samping ku sembari mengelus rambut kepala ku.
“Kenapa hidupku seberantakan ini..., Padahal aku tak minta banyak. Apa karena aku tidak seperti orang lain, memiliki orangtua yang utuh setidaknya jadi tempat ku mengeluh”
Suga terdiam, mungkin mencerna kalimat ku barusan.
“Ada persamaan di antara kita ..”
Aku menoleh ke arahnya yang sedang menatap ke arah dinding bercorak hitam putih tapi hitam mendominasi. Tatapan kami kemudian bertemu karena dirinya juga kembali menoleh ke arahku dengan tatapan ku yang penuh tanya atas kalimat nya.
“Kita sama sama tidak punya tempat mengeluh..,”suga mendegus lelah, seperti berat ketika membahas perihal ini.
“Aku memiliki orangtua yang utuh, tapi tetap tidak bisa dijadikan tempat mengeluh dan itu tidak bisa di jadikan alasan untuk hidup yang kita rasa berantakan”
Suga menatap ku kemudian mengapit wajahku dengan telapak tangannya, sepertinya dia suka melakukan hal itu padaku, kemudian berkata
“Maksudku, semesta kadang ingin bercanda. Dia punya caranya sendiri dalam pendewasaan, kita sama sama tidak punya tempat berkeluh kesah dengan cara berbeda namun tujuan yang sama yaitu Menjadikan diri kita kuat”
Aku tersenyum membenarkan kalimat nya. Walaupun terbesit fikiran, ucapan tak semudah kenyataan.
“Hanya berusaha lah sedikit lagi demi jalan panjang yang sudah terlewati...”
Aku mengangguk dan tersenyum, kemudian Suga melepaskan telapak tangan nya yang berada di wajahku. Aku bahkan tak tahu bahwa bukan hanya aku yang memiliki luka.
“Kenapa membawa banyak sekali barang ?”
“Ibu dan Na eun mengusirku.., katanya aku hanya bisa jadi parasit dan menyusahkan mereka”
aku tidak berniat berbohong tapi garis besar alasannya memang seperti itu.
“Hanya itu...” aku mengangguk. Dia tahu bahwa mereka bukan ibu dan kakak kandung ku, Suga tahu semua nya dari ibu.
“Baiklah, lagi pula dua hari dari sekarang kau akan di sibukkan dengan suasana rumah ini. Termasuk di sibukkan di atas tempat tidur”
aku memukul lengan nya, merasa malu dengan kalimat nya barusan yang sengaja dirinya ucapkan untuk menggoda ku.
Tentu dirinya mengaduh kesakitan, kulit nya sedikit memerah karena kulit nya yang putih padahal tidak sekuat itu aku memukul nya.
Aku tau dia tengah berusaha menghiburku.
Terima kasih Suga.
“Aku mencintai mu Eun Ji”
Aku selalu tersenyum tiap kali Suga mengatakan itu dan membalas nya dengan anggukan bahwa aku merasakan hal yang sama.
“apa hal yang sama juga kau rasakan ?”
“Kenapa bertanya, jika kau lupa dua hari lagi kita akan menikah”
“justru karena dua hari lagi, Aku ingin memastikan. Karena setelah pernikahan itu terjadi, aku tidak akan membiarkan lelaki manapun melirik mu apalagi mengambil mu dariku”
KAMU SEDANG MEMBACA
REPLACE ✅
Fiksi PenggemarAku tidak tau, apakah kisah ini milik ku. Karena disini aku hanya wanita yang menjadi peran pengganti saat peran utama tidak ada. Aku selalu di nomor sekian kan. Tapi aku juga manusia biasa yang memiliki ego. Mencintai pria milik peran utama dari...
A Good Listener ;- 좋은 청취자
Mulai dari awal
