Hivers!
Aku suka Menulis apalagi Halu,
Dan ku tulis di sini bisa Kalian baca secara Gratis kapan pun, kalau kalian suka sama tulisan ini. Jangan ragu yaa untuk Apresiasi, harusnya Kalian tau cara Apresiasi tulisan sederhana ini.
Untuk apresiasi nya, aku ucapkan terima kasih.
“Menikah lah dengan orang pilihan ku”
Kenapa semakin hari semakin berat saja, jenis perahu kehidupan seperti apa yang tengah ku dayung, hingga aku tak pernah sampai pada tujuan ku.
Aku sudah coba membantah ibu, beralasan bahwa aku akan mencari pria ku sendiri tanpa perlu ada perjodohan. Tapi ibu beranggapan bahwa itu hanya alasan ku agar terus di samping Vee dan menjadi benalu di bahtera rumah tangga mereka.
Sisi jahatku menyuarakan suara nya, bagaimana jika aku pergi meninggalkan perahu buruk ini dan mencari perahu lain yang bisa ku tumpangi menuju tujuan ku. Singkat nya, lari dari masalah yang tak pernah ku perbuat.
Satu sisi lain ku beradu jawab, bagaimana bisa aku pergi meninggalkan perahu yang ku anggap buruk sedangkan di samudera ini hanya ada satu perahu buruk ini yang tersisa. Bukankah lari dari masalah tak akan menyelesaikan masalah. Pada akhirnya akan kembali ke perahu itu yang perlahan akan membawa ku pada tujuan ku.
“Tenanglah Eun Ji, just a bad day not bad life”
Sebenarnya ibu tak melarang ku untuk tidur berdua di kamar bersama dengan nya, tapi aku tau ibu merasa risih padaku, terlihat dari kasak kusuk gerakan nya saat aku sudah mulai membaringkan tubuhku. Ibu kelihatan gelisah dan tidak nyaman, aku memilih tidur di ruang tamu.
Ku rasa aku sepenuh nya sadar saat terbangun dari tidur ku, dan aku yakin ini kamar Vee.
Tangan yang melingkar di pinggang hingga perutku, aku yakin miliknya. Dia memeluk ku, tau begini aku tidak akan bangun, untuk bisa terus berada di dekat nya seperti ini.
“Kau sangat liar saat tidur”
Merinding sekali mendengar suara bariton nya, dengan tangan yang terus mendusel perut rataku dan hidung nya seperti tengah mencari aroma yang di inginkan nya dari ceruk leher ku.
Ku putar arah posisi tidurku menghadap pada pemilik suara berat itu. Matanya masih terpejam tapi tangannya tak longgar sedikit pun untuk menekuk ku.
“Dia mimpi atau apa ?”
Ku perhatikan seksama wajah lelah nya, wajah lelah yang justru semakin indah di pandang mata. Ah, seperti nya rasa cintaku akan semakin meledak jika dia bersifat manis seperti ini. Tersenyum miris mengingat cinta sepihak ku, perlahan ku longgarkan pelukan tangannya namun kembali di tarik nya pinggang ku semakin mempererat pelukan seolah memeluk guling.
“Jangan bergerak Eun ji, aku masih mengantuk”
“Aku harus keluar kak, tidak seharusnya aku di sini”
“Ibu tidak akan tahu. Kita juga belum bercerai”
Kalimat nya barusan semakin menyadarkan ku bahwa pelukan hangat ini tidak akan ku dapat lagi. Kalau aku balas dekapan nya, apa aku salah.
“kau keberatan aku memeluk mu ?”
Kini bola mata kami bertemu tatap sangat dekat tapi dia tak pernah sedetikpun melonggarkan pelukannya padaku.
Reflek saja kepala ku menggeleng seperti anak anjing penurut dan dia mengusap lembut kepala ku yang saja mengangguk.
“Tidur lagi yaa, aku sangat mengantuk, kau terlalu lincah ketika tidur”
Dia memejam kembali seperti tak terjadi apapun, aku tidak ingin tahu dia sedang bermimpi bahwa aku Na Eun atau lainnya. Aku hanya akan menikmati sisa hari ku jadi istrinya, aku bahagia
.
“Kak. Kenapa aku bisa ada di kamar ini ?”
“Kau sangat ringan, aku tak merasa direpotkan”
“Bagaimana jika ibu tahu kalau aku tidak ada di kamar dan tidak ada di ruang tamu?”
“aku hanya memeluk mu sebentar, balas Budi karena aku sudah membawa mu ke kamar ku, kalau tidak kau pasti akan kedinginan sepanjang malam”
“biasanya aku akan memeluk na Eun”
Entah apa yang di rasakan Vee, setelah mengucapkan kalimat itu matanya melebar menatap kearah ku. Aku hanya peduli perasaan ku, bibirku sedikit bergetar seperti menahan sesuatu yang kurasa sedikit menyiksa, kalau saja kamar ini tidak seterang ini aku yakin akan ada tetes air mata dari sudut mataku.
Aku sudah sering terluka, tapi kenapa masih terasa perih di bagian sini.
Saat itu pun, Vee mengikis jarak antara kami. Dirinya memandang langit langit kamar dan aku ambil posisi membelakangi dirinya.
Senyap.
“aku dapat informasi dari Lee Bora,"
“Na Eun akan kembali beberapa hari lagi”
Suaranya memutus kesunyian antara kami.
“Aku ikut senang kak, semoga setelah itu, semua nya akan normal kembali”
“Dan kita akan segera bercerai, seperti yang kau ingin kan”
“orang suruhan ku yang akan atur semua nya”
“Secepatnya kak, sebelum kak Na Eun kembali”
Harusnya aku senang semua akan berakhir setelah perceraian yang ku inginkan segera terkesan, tapi yang ku rasa hanya sebuah kekecewaan, seperti ada rasa sakit pada bagian tubuh ku yang tak bisa ku lihat.
“Aku harus keluar kak, terimakasih tumpangan nya”
Aku memilih keluar, tak akan baik jika berlama disini.
Aku di ruang tv saat ini, benar kata Vee, disini sangat dingin. Tanpa selimut terbalut di tubuh ku seolah angin dan tulang ku saling berbalut.
Memilih di selimuti oleh udara dingin dari pada di berbalut luka perasaan.
Aku tak menyalahkan Vee atas kalimat atau perilaku nya yang kadang berubah ubah padaku, aku menyalahkan diriku. Di hati kecilku masih berharap hal yang tidak mungkin.
Berharap Vee tidak mengurus perceraian yang ku minta dan na Eun akan terluka apalagi ibu. Faktanya, Vee tidak mencintai ku, tidak akan membatalkan proses perceraian itu hingga Na Eun dan ibu tidak akan terluka.
Luka hanya miliku.
Tapi pagi ini aku terbangun dengan balutan selimut, itu milik Vee.
Jangan berbaik hati padaku kak, Akan sulit bagiku untuk pergi. Lukai aku seperti biasa.
“Aku hanya Kasihan padamu, cuaca sangat dingin, kalaupun kau sakit pasti sangat merepotkan”
Itu Vee yang tengah bersiap pergi ke kantor, merapikan dasi hitam polos kesukaannya. Padahal niat ku ingin mengembalikan selimut ini ke kamarnya, tapi presensi nya lebih dulu menghampiri ku dengan kalimat nya barusan.
Iya benar, cuaca sangat dingin malam ini tentu sebagai seorang kakak ipar , Vee memiliki rasa untuk melindungi ku, kalau aku sakit mungkin dia juga yang akan membawa ku ke rumah sakit. Maybe,
Apalagi yang ku harapkan, berharap bahwa pemberian selimut ini karena dia mencintaiku dan dia khawatir. Mustahil,
“Tidak ada yang ingin kau ucapkan?”
Apalagi, fikirku. Apa dia mau aku mengatakan kalau aku mencintai nya. Mengatakan apa yang tengah ku fikirkan saat, memohon untuk tidak menceraikanku.
“Sebenci itu kau padaku, kalimat terima kasih saja sulit kau ucapkan”
Baiklah, memang aku yang Sangat mencintai pria ini, bukan salah nya. Aku yang salah, mengambil kesempatan untuk dapat mengungkapkan perasaan ku yang sama sekali tak bisa ku ucapkan.
“Te-terima kasih kak”
Aku meninggalkan Vee begitu saja, tidak ingin berlama lama, karena tidak akan mengubah apapun.
....
Aku sudah tidak terlalu sering ke kampus jadi waktu ku banyak ku habiskan di rumah, melengkapi semua kebutuhan Vee sebisa ku.
Aku berusaha menikmati peran ku sebagai istrinya yang hanya beberapa hari lagi, karena informasi dari Lee Bora bahwa na Eun akan kembali. Menyiapkan makanan, pakaian, kepentingan alat kantor nya juga kadang, memakainya dasi. Juga pernah sekali dirinya meminta hak batin nya yang memang sejak Naeun kembali dan pergi lagi, kami tak pernah melakukan itu, hanya sekali ketika malam pertama.
“Apa tidak bisa menunggu sampai kak Na Eun kembali?”
Posisi ku yang terduduk di meja rias dengan dirinya di atas tempat tidur, tanpa baju hanya memakai celana kantor nya.
“Kalau kau lapar apa bisa menunggu sampai waktu yang tidak pasti baru kau akan makan ?”
“Bukankah kak na Eun akan kembali sebentar lagi kak?”
“Sebentar lagi yang di maksud oleh Lee bora, mungkin dia akan kembali sebentar lagi tapi tidak sampai jangka setahun, bisa jadi sepuluh bulan atau sebelas bulan lagi”
Dia ambil posisi terlentang menatap langit-langit kamar secara asal.
“Karena sejak Lee Bora memberi tahu ku, itu sudah seminggu yang lalu”
“Tapi aku yakin, besok mungkin kak Naeun akan kembali”
“Baiklah, aku juga berharap bahwa besok dia sudah kembali”
Dia bangkit dari tempat tidurnya, meraih kemeja kantor yang tadi pagi ia gunakan untuk bekerja. Dengan rahang mengeras dan menganggap seakan aku tidak ada di kamar nya.
“Kakak mau kemana?”
“sesuai kalimat mu, besok Na Eun kembali”
Aku tak mengeluarkan kalimat, namun raut wajahku dapat ia artikan, bahwa apa yang dirinya katakan membuat pertanyaan besar bagi ku.
“aku akan sewa jalang untuk malam ini, jikapun Na Eun tidak kembali, seterusnya akan seperti itu”
Boleh aku menangis, kenapa setiap ucapannya selalu saja menimbulkan luka. Atau aku hanya salah mengartikan, dirinya secara tak langsung menyamakan aku dengan seorang jalang.
Seorang jalang yang akan dirinya tiduri jika istri nya tidak ada. Apa serendah itu aku di mata nya.
“Aku mau kak”
Ku tahan lengan kekar milik nya yang hendak pergi saat itu, biarlah dia memperlakukan aku layaknya jalang, yang ia butuhkan saat istrinya tidak ada. Aku hanya menenangkan diri, bahwa aku sah istri nya bukan jalang nya.
Dan bagaimana pun, aku janji ini yang terakhir karena setelah ini aku tidak akan mau menyakiti diri ku lagi.
Dan kabar nya, ibu akan segera membawa pria yang dia ingin kan untuk menikah dengan ku.
Ciel.
08.01.22
YOU ARE READING
REPLACE ✅
FanfictionAku tidak tau, apakah kisah ini milik ku. Karena disini aku hanya wanita yang menjadi peran pengganti saat peran utama tidak ada. Aku selalu di nomor sekian kan. Tapi aku juga manusia biasa yang memiliki ego. Mencintai pria milik peran utama dari...
