7

137 12 0
                                    

Pukul dua dini hari, Hana terbangun saat mendengar suara tangis perempuan dari luar kamarnya. Setelah ia menajamkan pendengarannya, ia pun tahu kalau suara itu berasal dari kamar Shiva.

Krek!

Begitu pintu terbuka, Hana mendapati Shiva dan Amilia tengah terlelap dengan posisi berhadap-hadapan.

Kondisi kamar putrinya terang benderang. Karena sejak mengalami kejadian mistis di rumah tersebut, baik Shiva dan Amilia tidak mau tidur dalam kondisi gelap ataupun remang-remang. Pencahayaan harus terang benderang.

Pikiran jernih Hana terbuka. Ia sadar kalau suara tangis yang tadi ia dengar bukanlah suara manusia.

Tiba-tiba saja pandangan mata Hana tertuju pada sebuah buku yang dipeluk oleh Amilia.

"Lia kebiasaan, deh. Baca sambil tiduran." Hana bermonolog.

Hana berniat untuk menyingkirkan buku tersebut ke atas nakas. Akan tetapi, pandangan matanya terganggu dengan beberapa lembar foto yang jatuh dari buku tersebut.

Hana lalu memungut foto tersebut dan memeriksanya. Seketika itu juga, sesak langsung memenuhi dadanya. Bagaimana tidak? Ia melihat suami tercintanya tengah berfoto mesra dengan seorang perempuan muda nan cantik.

Perempuan itu? Mirip dengan hantu yang sering mengganggunya. Jangan-jangan ....

Hana langsung memeriksa buku diary tersebut. Ia membaca huruf demi huruf dengan dada yang bergemuruh penuh sesak.

Tepat pada lembar terkahir, Hana tak kuat menyembunyikan tangisnya. Ia menangis dalam diam sambil memeluk lutut di lantai yang dingin.

Pantas saja beberapa tahun terakhir ini Joni sering sekali beralasan lembur. Dulu suaminya itu selalu pulang tepat waktu. Padahal, Joni masih bekerja di perusahaan yang sama, dan masih menjabat di posisi yang sama pula. Masa iya dulu jarang lembur lalu sekarang sering lembur? Ternyata ... Joni selingkuh.

Selain jarang di rumah, uang bulanan juga berkurang drastis. Hana selalu mencukupi kebutuhan hidup menggunakan uang pribadinya. Dan semua itu ... tidak diketahui oleh Shiva maupun Amilia. Dua anaknya itu masih mendapatkan uang jajan seperti biasa. Tentunya uang jajan itu adalah pemberian Hana, bukan Joni. Uang pemberian Joni hanya cukup untuk membeli kebutuhan sembako.

Joni beralasan sedang berinvestasi untuk masa tua. Oleh karena itu ia memotong uang bulanan kepada Hana.

Sejak awal, baik Joni maupun Hana memang memiliki kesepakatan untuk tidak mencampuri urusan ponsel masing-masing pihak. Mereka cukup percaya satu sama lain. Ternyata ... kepercayaan Hana dinodai oleh Joni.

"Mama?"

Hana segera mengusap air matanya menggunakan punggung tangan begitu mendengar suara Shiva. Ia tidak mau Shiva melihatnya menangis.

Namun ternyata Shiva sudah tahu kalau ibunya menangis. Shiva melihat ibunya memeluk diary Intan dengan erat. Petaka dalam keluarga telah terjadi.

Shiva tidak mengeluarkan suaranya lagi. Ia tahu ibunya sangat terpukul. Perempuan dua puluh tahun itu memeluk ibunya dengan erat. Shiva pun sama, ia sama-sama terpukul seperti ibunya. Ia tak kuasa menahan tangisnya. Badannya bergetar di dalam pelukan sang ibu karena menangis hebat.

Mendengar suara tangis sang kakak, Amilia pun ikut bangun. Gadis remaja itu langsung tahu apa yang terjadi karena ia melihat buku diary Intan tergeletak di samping ibunya.

Tadi Amilia lupa menyimpan buku tersebut. Ia terlalu mengantuk sehingga tidak sempat untuk menyimpan buku rahasia tersebut di tempat yang aman. Lagipula ... ia tidak menyangka ibunya akan mendatangi mereka ke kamar.

Pukul Dua Dini Hari (Selesai)Where stories live. Discover now