6

137 10 3
                                    

Setelah dzuhur, Shiva dan Amilia kembali memeriksa gudang. Mereka memeriksa gudang sampai sore. Akan tetapi, setelah semuanya mereka periksa, tidak ada apapun yang mencurigakan di sana.

Shiva dan Amilia terduduk lemas di sisi kolam renang. Mereka lemas karena tidak ada petunjuk apapun di sana.

"Gimana ini, Kak? Cara apalagi yang harus kita lakukan? Periksa gudang sudah, tapi nggak ada apa-apa di sana," keluh Amilia seraya merendam kakinya di dalam kolam.

Shiva tak langsung menjawab pertanyaan adiknya. Ia berfikir keras. Kemungkinan apalagi yang bisa menjadi petunjuk tentang hantu perempuan di rumah mereka?

"Kita belum periksa seluruh ruangan ini, Lia. Masih ada perpustakaan. Siapa tahu ada sesuatu di sana," ujar Shiva dengan penuh semangat.

Amilia menggeleng pelan. "Kayaknya nggak ada apa-apa deh. Aku pernah masuk ke sana, isinya cuma buku-buku Papa dan Mama."

Ya, waktu pertama kali datang, Amilia sudah masuk ke perpustakaan itu bersama sang ibu.

Sebelum mereka pindah, Joni sudah membawa seluruh barang-barang mereka dari rumah lama ke rumah baru. Joni membawa barang sendirian untuk pindahan. Setelah semua barang berpindah tempat, barulah Joni membawa keluarganya untuk pindah.

Hal itu Joni lakukan untuk efisiensi waktu. Ia mau istri dan anak-anaknya tinggal datang saja, tidak perlu sudah payah berhadapan dengan kardus-kardus besar yang menyakitkan mata.

Dan memang, baik Hana, Shiva dan juga Amilia merasa nyaman dengan pindah rumah yang mereka lakukan. Tidak ada kardus-kardus besar yang merepotkan. Mereka hanya datang dengan koper berisi pakaian dan beberapa barang penting lainnya, seperti orang yang sedang liburan saja.

"Kita coba periksa aja. Siapa tau ada sesuatu yang tersembunyi di sana," ujar Shiva dengan penuh semangat.

Amilia mengangguk setuju.

Ting! Ting!

Grup WhatsApp keluarga mereka berdering. Joni mengabarkan pada istri dan anak-anaknya kalau malam ini ia tidak pulang. Ia masih harus lembur sampai besok.

Amilia dan Shiva tersenyum penuh arti saat mereka selesai membaca pesan dari sang ayah. Kalau malam ini ayah mereka tidak pulang, itu artinya mereka memiliki kesempatan untuk mengecek perpustakaan sampai malam.

💀💀💀

Shiva dan Amilia memeriksa perpustakaan dengan penuh semangat. Sementara itu, Hana yang kondisinya belum pulih sedang istirahat di kamar. Suhu tubuh Hana memang sudah normal, akan tetapi kondisi tubuhnya masih lemas karena sejak sakit ia hanya makan satu kali saja. Sisanya, ia hanya minum jus dan air mineral. Otomatis ia tidak memiliki energi banyak hanya dengan minuman saja.

"Mama keren, ya, Kak? Gambarnya bagus banget," ujar Amilia sambil senyum-senyum sendiri melihat gambar ibunya di sebuah buku jurnal.

Shiva mengangguk setuju. Darah seni ibunya memang sangat tinggi. Coret-coret asal saja bisa menjadi lukisan indah.

Sedangkan Shiva dan Amilia, keduanya tidak bisa menggambar. Mereka hanya bisa menggambar dua gunung, sawah, awan dan matahari. Itu saja.

"Amilia! Sini!" Shiva berteriak antusias setelah ia membaca beberapa bagian buku yang baru saja ia temukan.

Amilia menurut, mendekat ke kakaknya. Dan mereka sama-sama membaca buku diary berwarna pink yang sudutnya sudah terbakar sedikit. Mungkin seseorang mencoba untuk membakarnya, akan tetapi karena satu dan lain hal, mereka membatalkan niatnya itu.

Buku tersebut Shiva dapatkan dari tumpukan buku-buku milik ayahnya. Entah sang ayah tidak tahu buku itu ada di sana atau bagaimana. Bisa jadi itu adalah buku punya pemilik rumah lama yang masih tertinggal.

Pukul Dua Dini Hari (Selesai)Where stories live. Discover now