2. Apakah Aku Mencintainya

913 73 16
                                    

Hari ini Axel akan kembali ke Tiongkok untuk mengurus bisnisnya selama sekitar seminggu

Sejak perdebatan kami kemarin pagi, aku dan Axel belum ada berbicara lagi karena tadi malam aku bahkan tidur dikamar Sean bukan dikamar kami.

"Daddy mau pergoli kemana?" ucap Sean yang melihat Axel membawa kopernya.

"Daddy mau ke Tiongkok sayang karena ada hal penting yang harus Daddy urus" saut Axel.

"Sean ikut" ucap Sean.

"Sean, kalau Sean ikut siapa yang jaga Mama?" ucap Axel dan wajah Sean terkihat sedih.

Suara bell pintu berbunyi dan itu adalah Veronica.

Ya, dia kembali lagi hari ini dan tentu itu karena permintaan Axel.

Aku membukakan pintu untuknya.

"aku akan mencoba mempercayaimu karena suamiku mempercayaimu, jadi ku mohon bantu aku menjaga Sean dengan baik" ucapku langsung kepadanya lalu menyuruhnya masuk ke dalam.

"penerbangannya bukannya jam 12?" tanyaku karena sekarang masih pukul 6.45 pagi.

Aku memang bangun awal untuk menyiapkan sarapan bagi Sean dan Axel tetapi kali ini Sean bangun lebih awal begitu juga dengan Axel.

Aku mulai berpikir bahwa Axel sengaja bangung sepagi ini untuk menghindariku.

"Veronica, bisa buatkan susu dan sereal untuk Sean?" tanyaku.

"bisa nyonya" sautnya.

"Sean kamu sama Veronica dulu ya. Mama mau bicara dulu sama Daddy" ucapku dan Sean mengangguk.

"Quin, tapi" ucap Axel.

"sebentar saja, masih 5 jam sebelum lepas landas" ucapku dan akhirnya Axel melangkahkan kakinya mengikutiku masuk ke kamar.

"sorry buat yang kemarin" ucapku.

"aku gak maksut buat sangkut pautin ini semua sama Bryan, cuma kamu tau selama ini aku dari kecil ngerasain gimana hidup dengan hal yang udah disusun sama orang tua aku dan kamu juga tau itu. Kamu juga ngerasain kan apa yang aku rasain. Jadi aku gak mau Sean ngerasain hal yang pernah kita rasain" lanjut ku dan Axel masih diam.

"aku harap kamu paham sama apa yang aku maksut" lanjutku lagi singkat.

"iya Quin, maafin aku juga. Aku ga tau rasanya belakangan ini aku semakin takut kehilangan kamu?" ucap Axel lalu memelukku.

"Axel, kamu tau aku dan Bryan sudah berteman sejak kecil dan memang sulit untuk melepaskan dia seutuhnya dari hidup aku. Tetapi sekarang aku adalah istri kamu dan kamu juga tau yang ada diperut aku sekarang anak kamu. Jadi gak sehatusnyabkamu ngerasa takut" balasku yang masih memeluk Axel juga.

"iya Quin maafin aku, maaf beberapa hari ini aku buat kamu kesal. Makasih udah minta maaf deluan meski itu salah aku" ucap Axel.

"dan masalah Bryan, dia tetap bakalan jadi bagian hidup dari aku. Bukan karena Sean tetapi karena aku dan dia memang sudah berteman dan kami tumbuh besar bersama, aku harap kamu paham Axel" ucapku.

"ya aku ngerti, maafin aku" ucapnya.

"tapi aku gak mau Sean terus di jaga seperti itu Axel, kita berdua tau masalah Sean bahwa dia susah bergaul. Itulah sebabnya aku tak ingin hal ini menghambat dia untuk berinteraksi dengan anak seusianya. Cukup di Tiongkok dia seperti itu tapi jangan di Indonesia juga" jelasku.

"oke, gimana kalau mereka ngawasin kalian dari jauh?" tanya Axel.

"okay, aku rasa itu lebih baik" ucapku lalu Axel menciumku.

Aku pun membalas ciumannya.

"i miss you" bisiknya di sela ciuman kami.

"aku juga tapi kita gak bisa" balasku.

"yes i know, tapi ada cara lain bukan?" bisiknya pelan dan tangannya mulai menyusuri setiap lekuk tubuhku.

"Axel, kamu harus ke bandara" bisikku.

Sejujurnya aku memang merindukan sentuhannya juga tetapi kalian tau aku sedang mengandung sekarang.

"aku masih punya waktu 1 jam sayang" balasnya.

Awalnya aku kira aku dan Axel hanya akan melakukan or*l, namun ternyata kami berdua sama sama tidak bisa menahannya.

"pelan pelan oke" ucapku.

"yes hun, i know" balasnya.

"ahh" suara desahan mulai terdengar di kamar kami.

Lagi dan lagi kami berdua tidak bisa menahan hasrat didalam diri kami sehingga kata 'pelan-pelan' tidak berarti lagi disini.

"Axel kamu keluar didalam?" tanyaku setelah aku menyadari bahwa baru saja Axel ampai pada puncaknya dan mengeluarkannya didalam.

"ah sorry aku lupa" balasnya.

Aku kesal karena Axel selalu speerti ini, namun sekarang aku sedang hamil. Apakah ini tidak apa-apa?

Tapi aku tidak bisa sepeneuhnya nenyalahkan Axel karena aku pun menginginkan permainan ini.

"yaudah aku mau mandi" ucapku kepada Axel.

"kamu siap siap aja biar ga telat" lanjutku sebelum Axel menjawab bahwa ia juga ingn bersamaku.

Selama mandi aku terus berpikir apakah kandunganku baik baik saja? Dan bagaimana aku tidak bisa mengontrol diriku sehingga membiarkan Axel melakukannya.

Lalu Axel yang tak bisa menahan dirinya juga padahal dia tau aku sedang hamil.

Aku mulai bertanya debgan diriku sebdiri. Apakah aku mencintai Axel? Apakah pernikahan kami bisa bertahan sejauh ini karena aku memikirkan Sean? Tapi aku mengandung anak dari Axel sekarang.

Apakah aku hanya merasa nyaman karena Axel memanjakanku dan hasrat seksual kami sama sehingga pernikahan ini masih terus bertahan.

Bukan berdasarkan cinta tetapi hasrat kebutuhan satu sama lain.

Aku bahkan tidak pernah mengatakan aku mencintai Axel sejak pernikahan kami.

Tapi Axel sering melakukannya. Dia sering mengatakan itu.

Namun melihat sikap Axel barusan, aku tersadar bahwa aku pun hanya seperti pemasok kebutuhan seksualnya.

Jadi apakah Axel benar-benar mencintaiku atau aku hanya ambisinya seperti dulu dan seseorang yang ia butuhkan untuk mendampingi hidupnya karena kami saling membutuhan dalam hubungan fisik bukan cinta?

Hallo gaess...
Jangan lupa vote dan komen kalau mau cerita ini lanjutzzzzz.

Maafkan typo yang bertebaran.

Sew you💋

The Last Is You Season 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang