Extra Chapter

591 51 30
                                    

⚠️tw\\mature contents⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️tw\\mature contents⚠️

























"Bolehkah?"
Pang menatap ke dalam mata Wave.

Wave terdiam sejenak. Ia sedikit takut kalau-kalau ada orang yang datang atau lewat. Namun, jam istirahat masih sangat lama. Jadi, itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

"Pintunya?" Tanya Wave.

"Sudah ku kunci."

Wave menoleh pada jendela di samping pintu yang sudah tertutup gorden.

Akhirnya, ia mengangguk.

Tak membuang waktu, Pang kembali menerkam bibir Wave.
Menjilat, mengisap dan menggigit bibirnya. Ia kembali mengajak lidah Wave bergulat.

Wave kualahan. Seberapapun sering dia bercumbu dengan Pang, ia tidak pernah bisa mengimbangi permainannya.
Pang benar-benar seorang pencium yang handal.

Setelahnya, Pang beralih pada leher kekasihnya. Ia mulai memberi kecupan-kecupan basah disana.
Dia akan membuat tanda ketika Wave memperingatinya,
"Jangan meninggalkan jejak."

Kali ini, Pang patuh. Dia tidak ingin membuat kekasihnya menjadi bahan godaan teman-temannya nanti.

Pang melepas kaos Wave dan miliknya. Ia mulai mencium dan mengisap bahu hingga dada Wave. Sebagai gantinya, Pang memberi banyak tanda disana. Sementara tangannya mengelus pinggang Wave sensual.

Mata Wave terpejam menikmati setiap sentuhan kekasihnya.

Beberapa saat kemudian, Pang menegakkan tubuh dan berjalan menuju lemari untuk mengambil pelumas. Meninggalkan Wave yang mencoba menormalkan deru nafasnya.

Kembali ke tempat tidur, Pang memulai dengan menyingkirkan sisa kain yang menempel pada tubuh Wave.

Wave memerah padam. Ini bukan pertama kalinya, tetapi tetap saja ia merasa malu saat ditatap intens ketika telanjang.

Pang memulai dari bawah kali ini. Mencium pergelangan kaki lalu perlahan naik hingga ke paha dalam Wave. Ia memberi kecupan basah, isapan, dan gigitan kecil hingga meninggalkan ruam di sana.

"Angh.." Desahan Wave akhirnya lolos. Ia merasa geli dan bergidik saat Pang menyentuhnya di sana.

Pang menyeringai. Ia menemukan titik sensitif Wave yang lain.
Setelahnya, Pang mulai memasukkan satu jarinya pada Wave setelah mengolesinya dengan pelumas.

Kemudian jari kedua. Lalu jari ketiga.

Wave tidak kuasa menahan erangannya. Ia merasa sakit, tetapi tidak separah saat pertama kali.

Wave meracau. Ia meremas sprei yang sudah berantakan.

"Katakan, Wave. Apa yang kau inginkan?"
Pang menggoda Wave.
Seperti biasa, Wave yang keras kepala membisu.
Itu membuat Pang menusukkan jarinya lebih dalam.

After Ending [PangWave] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang