5

541 62 2
                                    

Hari ini milik Pang

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


Hari ini milik Pang. Dia akan mewakili siswa -dan secara tidak langsung sekolah- dalam rapat.

Dia sedang bersiap di depan cermin. Berkali-kali mengecek seragamnya, dan melihat jam.
Bergerak mondar-mandir dengan gelisah.

"Tenanglah kawan. Kau hanya akan berpidato, mengucapkan beberapa kata dan selesai. Ini tidak seperti kau akan hadir di Met Gala atau red carpet." Ohm, duduk di ranjang, mengejeknya.

"Diam kau, Ohm." Pang ingin mengumpatinya. Tapi dia harus menenangkan diri.

"Kau ini apa tahu bagaimana rasanya nervous, Ohm. Kau hanya selalu bercanda dan bermain-main." Punn, bersandar di pintu masuk, menegurnya.

"Iya-iya. Maaf."

"Jangan khawatir, Pang. Kau bisa melakukannya." ucap Korn. Bersila di tempat tidurnya.

"Well, lebih baik kita memberi Pang waktu sendiri." Punn membuka pintu dan keluar.
Disusul Ohm dan Korn.

"Kalian duluan saja." Wave yang sedari tadi duduk di kursi akhirnya membuka suara.

Pintu tertutup. Menyisakan Wave dan Pang disana.

"Anggap saja ini seperti kau berbicara kepada kita. Saat kita berkumpul di markas dan membuat rencana melawan Direktur Supot. Tidak akan banyak perbedaannya."

Pang menatap pantulannya di kaca yang menampilkan bayangan dari kepala hingga kaki. Dia melamun.
Dia takut jika tidak bisa berbicara dengan baik. Meski sudah berlatih berulang kali, dia tidak bisa tidak grogi.
Terlebih dia mewakili teman- temannya.

"Ayo berangkat." Wave menarik tangan Pang keluar.
Namun, Pang menarik tangannya kembali sehingga Wave berbalik ke arahnya.

Pang memeluk Wave. Erat.
Wave terkejut, tapi dia membalas pelukannya dan mengelus punggung Pang.

Pang, menenggelamkan wajahnya di leher Wave, berbisik, "Aku takut."

"Kau anak kelas 8, Pang, bukan anak kelas 1. Tahu artinya apa?"

Pang bingung. Dia melepas pelukannya. "Aku bodoh?"

"Ya, kau memang bodoh, secara akademis."

Pang cemberut, "Aku tahu."

"Sebab kau bukan anak kelas 1 makanya kau bisa melakukan ini. Kamu selalu menjadi pemimpin kami bukan tanpa alasan.
Karena kamu tidak mementingkan diri sendiri. Kebanyakan dari kita seperti itu bahkan setelah kita berjuang bersama. Sulit kuakui, tapi itulah kenapa hanya Anak Kelas 8 yang bisa memimpin kita.
Kali ini pun, hanya kau yang bisa mewakili kita, Pang."

Pang terdiam. Hatinya menghangat dan dia menjadi lebih tenang. Dia tersenyum pada Wave hingga nampak dua cekungan di pipinya.

"Sekarang cepat pergi. Jangan sampai terlambat, bodoh."

After Ending [PangWave] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora