27

56 10 7
                                    

Petang itu selepas makan tengah hari, Innara, Ray dan Rish bertemu di halaman belakang rumah untuk memulakan pelajaran mereka yang pertama. Dengan penuh fokus Innara mendengar dan memahami apa yang Ray dan Rish utarakan. Ray mengajar Innara serba sedikit tentang pistol manakala Rish mengajar Innara cara tembakan yang tepat.

"Ingat, make sure your gun is loaded, identify your target, pull the trigger and you're ready to shoot. Jangan panic, jangan gelabah, just relax. Focus and alertness is a must." jelas Rish panjang lebar. "Okay, Nara. You ingat kan apa yang kiteorang ajar tadi? Now try to shoot the target over there." kata Ray seraya menunjuk ke arah bullseye target tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Innara memerhatikan bullseye target di hadapannya itu. Bullseye target itu kelihatan mirip seperti yang digunakan dalam kelas memanah. Mujur saja dia pernah mengambil kelas memanah sebelum ini, jadi tidaklah kekok melihat bullseye target tersebut. Rish menghulurkan sebuah pistol kecil berwarna hitam yang diisi dengan 6 butir peluru.

Fully loaded.

"This is Glock 43. Kita panggil G43 for short. Single stack, 9mm Luger caliber pistol. Magazine capacity standard and optional, 6. Berat dalam 400g to 600g depends on the magazine. Yang I bagi ni fully loaded, so berat sikitlah. Gun ni sesuai untuk beginner macam you. Later bila you dah mahir, kita tukar gun yang lebih extreme pula."

"Here, wear this ear protection. Bunyi tembakan tu nyaring dan sangat kuat. Better cover your ears. Don't forget the glasses as well." kata Ray sebelum sempat Innara bersedia. Jejaka itu dengan lembut memakaikan kaca mata keselamatan dan pelindung telinga untuk Innara. Setelah itu, Ray tersenyum nipis.

"Now you're good to go."

Innara menarik nafas panjang, menenangkan dirinya. Glock 43 di tangannya dia gengam erat. Sasaran dikenalpasti, picu ditarik dan sesaat kemudian, beberapa das tembakan dilepaskan. Ada sebilangan peluru yang mengenai bullseye target tersebut dan selebihnya dilepaskan secara rambang.

"Not bad for a beginner." kata Ray berpuas hati. "Practice makes perfect, Nara. Do it again." kata Rish pula. "Sorry, I kurang fokus tadi." kata Innara tersenyum kekok. "Biasalah tu, baru start menembak. Once you dah mahir, you'll be more alert and focus on your surroundings." balas Ray seraya mengusap kepala Innara lembut.

Old habit never dies.

"Do it again, Nara. Bila you dah dapat perfect score, kita beralih kepada cans pula." kata Rish. "Perfect score?" gadis itu mengerutkan keningnya. "He meant the bullseye target. Once you berjaya hit all the targets in the middle, we call it a perfect score." celah Ray. "Oh so that is a perfect score." gumam Innara.

"As for now, your points are 8. 3 points, 2 points, another 2 points and 1 point. Lagi dua das tak kena target. Full score should be 60 points. Try again, princess." kata Rish. "Now aim any big points dekat bullseye target tu and cuba tembak that spot for several times." kata Ray pula.

Pistol tersebut diisi penuh sekali lagi sebelum Innara kembali fokus kepada bullseye target itu. Target dikenalpasti, picu ditarik dan tembakan dilepaskan. Kali ini, keenam-enam das tembakan mengenai bullseye target tersebut. Innara bersorak gembira melihat tidak ada satu pun das yang dia sia-siakan.

"You're a fast learner!"

"I'm so proud of you, princess."

Rish mendekati bullseye target tersebut. Markah diambil dan jejaka itu kembali mendekati Innara dengan senyuman lebar terukir dibibirnya.

127 Streets [discontinued]Where stories live. Discover now