Fated To Love You

3 0 0
                                    

8 tahun yang lalu.....

Banner selamat datang para siswa baru tahun ajaran baru 2012/2013 terpampang di gerbang masuk sekolah. Tahun ini Dara menginjak di bangku kelas 3 SMA. satu tahun lagi, hanya satu tahun lagi ia akan meninggalkan bangku SMA.

dukk! seseorang menyenggol bahu kanan Dara.
"eh.. ehh.. Sorry Dar" ucap Bayu sambil melompat lompat kecil sambil merangkul bahu  Dimas bak seseorang yang pergi ke taman bermain. Sementara orang yang dirangkul terlihat pasrah menerima perlakuan Bayu. Dimas sempat melirik Dara yang menatap tajam kearah mereka.

Tengg! bel tanda masuk telah berbunyi. para siswa mulai berlarian kecil menuju kelas masing masing. Dara ikut berlarian kecil menuju kelas dengan plakat kecil bertulis XII IPS 2. dimana ia lagi lagi berada di kelas yang sama dengan Bayu dan Dimas.

Seperti tahun ajaran baru pada umumnya, hari pertama sekolah hanya berisi pengarahan dari Wali Kelas, pembagian pengurus kelas, jadwal dan hal hal lainnya. Tahun ini, entah bagaimana, Bayu ditunjuk menjadi ketua kelas. laki laki hitam manis itu bahkan tidak punya bakat kepemimpinan, tapi dengan berani ia mengajukan diri sebagai ketua kelas, atau mungkin alasannya agar dia bisa bersenang senang dengan menggunakan jabatannya. dasar orang picik. batin Dimas. Tapi tentu saja ia tak terlalu tertarik dengan niat Bayu. Dimas meletakkan kepalanya di meja sembari menatap jendela yang membiarkan angin menelisik melalui celah celahnya, memberikan kesejukan sendiri kepadanya.

"Pak saya ingin menunjuk dimas sebagai wakil ketua, pak!" ujar Bayu lantang membuat Dimas tersentak dari buaian angin sepoi-sepoi. Terlihat sudut bibir Bayu merunjing keatas. dasar bajingan gila.
"soal kepengurusan kelas saya serahkan kepada kalian. pesan saya cuma dua. pertama ciptakan suasana yang ideal untuk belajar, kedua ciptakan banyak kenangan baik bersama" ujar Pak Ngadiman mengakhiri pertemuan pertama mereka. yang menandakan awal perkelahian Bayu dan Dimas.

****
"Gak nyangka gue kalo kalian bertiga temenan lama!" ujar Rika memecah keheningan lama mereka. Sedari pertemuan pertama mereka, kecanggungan mengisi ruangan yang sepi itu.
"eh iya ya. gimana kabarnya Dar?" tanya Bayu mencoba mencairkan suasana
"baik kok. kalian gimana?" tanya Dara balik.
"ya gini gini aja. ada yang weekday ngantor, weekend pacaran. ada juga yang weekday kerja, weekend juga kerja" seloroh Bayu sambil melirik Dimas. sial. sial. disaat seperti ini pikiran Dimas membeku hingga tak dapat menjawab perkataan Bayu, membuat suasana kembali canggung. Dara tersenyum kikuk.
"terus lo mulai ngantor kapan Dar" tanya Rika. terimakasih untuk Rika yang senantiasa memecah kesunyian yang ini.
"mulai senin besok, Rik. oh ya jadi apa kabar penting yang lo ingin sampein Rik?" tanya Dara mencoba mengalihkan pembicaraan.

Rika dan Bayu memberikan amplop berisi undangan pernikahan kepada kedua temannya. Obrolan mengalir mengenai masa-masa pertemuan mereka yang bak sebuah takdir. Mereka pertama kali bertemu disebuah restoran yang sedang tren sehingga banyak pengunjung berdatangan. karena datang sendiri, membuat mereka harus duduk di meja yang sama, yang kemudian membawa kedekatan diantara keduanya.
"do you believe in fate?" tanya Bayu entah kepada siapa, ia terlihat sedikit mabuk mengingat ia hampir menghabiskan satu botol wine.
"it was coincidence" jawab Dimas
" no, it's fate. kita ditakdirkan ketemu disana, Man." ujar Bayu
"itu hanya kebetulan, Bay. kebetulan kalian makan disana aja" tegas Dimas.
"well, after 6 years. finally you meet her again, dude. it's coincidence or fate?" tanya Bayu, 100% ia telah mabuk. shit. mungkin setelah sadar ia akan menyesali perkataannya.

Dimas dan Dara tersentak. thanks to Rika yang dapat membaca suasana sehingga menyudahi pertemuan mereka itu. "udah malem nih, Dara mau nginep disini aja atau pulang?" tanya Rika basa-basi agar tak terkesan mengusir. Dara mengundurkan diri pamit, dan berkata untuk mampir lagi lain waktu dan Rika merasa menyesal karena malam itu berakhir kurang menyenangkan.

Angin malam menyusup selah-selah jaket milik Dara, membuat pemiliknya mendekap erat dirinya sendiri. Setelah pamit, Dara langsung bergegas pulang, takut ketinggalan bus terakhirnya. sementara Dimas berjalan dalam diam disamping Dara.

gue anterin. Ujar Dimas bangkit dari kursinya. itulah alasan mengapa sekarang mereka sedang berjalan beriringan.
"how are you have been?" tanya Dimas pelan. memecah kesunyian diantara mereka
"i'm doing good" jawab Dara. "how about you?" lanjutnya.
"seperti yang kamu lihat"
well. untuk seorang Dimas, dia memang terlihat sedikit berantakan. gaya rambutnya terlihat tanggung, tidak panjang, tidak pula pendek. terdapat bulu halus di muka nya yang entah kapan ia terakhir kali bercukur. Namun dilihat dari merk pakaiannya, Dara yakin bahwa Dimas melakukannya dengan baik.

Sial. Ini bukan situasi yang diharapkan Dimas. Ada banyak pertanyaan yang memenuhi pikirannya saat ini, tapi tak satupun keluar dari mulutnya. bahkan hingga mereka sampai pada halte bus tujuan mereka.

Terlihat sebuah bus bergerak menuju ke arah mereka.
"bye, Dim. terimakasih juga udah nganter" ujar Dara yang dibalas gelengan kepala dan senyum tipis Dimas. no problem.

****
Dimas selalu menghabiskan waktu luangnya di perpustakaan. alasannya klasik, perpustakaan adalah satu-satunya tempat dimana ia dapat menghindar dari Bayu, yang katanya memiliki alergi pada buku. Atau mungkin alasannya adalah karena disana ia dapat dengan puas melirik seseorang yang juga amat suka berada di perpustakaan.

Dara menyusuri lorong lorok rak buku, berjalan pelan sambil menengok untuk mencari tempat baginya untuk belajar. Karena sudah berada di kelas 3 SMA, ia merasa bahwa sudah saatnya ia serius perihal belajar dan perpustaan menjadi satu satunya tempat dimana ia merasa tentram.
"hai" sapa Dimas canggung. Dara hanya melirik sekilas, tersenyum tipis, lalu kembali sibuk pada buku-bukunya. Tak lupa pula ia menyumpal kuping dengan earphone tanda tak ingin diganggu. Dimas kembali sibuk pada buku dihadapannya, meskipun pikirnya tidak lagi fokus.

Tenggg!! tanda bel masuk telah berbunyi. Dimas telah merapikan kembali bacaannya, sementara Dara masih tak acuh.
tukk tukk. Dimas mengetuk pelan meja dihadapan Dara, membuat gadis berambut panjang itu tersentak.
"udah bel masuk" ujar Dimas pelan.
"oh.." ujar Dara pelan. ia mulai merapikan buku yang berserakan dihadapannya.

setiap hari, selama jam istirahat, mereka akan bertemu di perpusatakaan. sibuk dengan urusan masing-masing. namun ketika bel tanda masuk, entah kemungkinan yang disengaja atau bagai sebuah takdir, mereka akan berjalan beriringan menuju kelas.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 14, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Maybe If IWhere stories live. Discover now