Introduce Me A Good Person

8 0 0
                                    

Triiinggggg! Suara alarm membuat dimas terbangun. ugh! masih pukul 9 pagi, sial harusnya kupasang pukul 12 siang saja sekalian. gerutu-nya dalam hati.

Ia bangkit dari tempat tidurnya, menyerbak gorden yang menghalangi matahari masuk menelusuri tiap inci di ruangan itu. Dimas menatap kosong bangunan-bangunan pencakar langit yang mengisi penuh kota itu, sedikit kesal karena tidak ada lagi hal hal cantik yang dapat ia lihat. bunga. gunung. laut. danau.

Setelah selesai dengan pikirannya, ia lalu menyeduh secangkir kopi panas dan memanggang beberapa helai roti untuk mengganjal isi perutnya.

"apa hal yang paling kamu rindukan ketika kembali kesini, teman?" sapa seseorang dibalik telepon.
"gak ada" jawab Dimas singkat
"ah yakin? gak kangen gue?" tanya Bayu sedikit.... penasaran
"gak juga. 3 bulan cepet banget berlalu heran bener" gerutu Dimas
"benar juga sih, selama 3 bulan itu mungkin sudah ada bangunan baru yang berdiri tegak, dan selama itu pula ada banyak hal terjadi ke gue, Dim. eh, malem ini senggang? gue ada berita penting"
memang sudah 3 bulan semenjak Dimas meninggalkan kota ini untuk sebuah pekerjaan.
"bilang aja sekarang kalo penting, ngapain nunggu ntar malem?" seloroh dimas.
"yekan surprise"
"hmmm" surprise kok bilang bilang. batin dimas.
setelah obrolan ngalur ngidul, Bayu akhirnya menutup telpon. katanya ia malah menghabiskan jam makan siang dengan mengobrol dengan dimas, bukannya makan. dan menyalahkan dimas karena mengajaknya ngobrol terlalu banyak. dimas hanya diam dan pasrah ketika dituding seperti itu. tidak, ini tidak seperti satu dua kali mereka melakukan itu. berteman sejak kanak-kanak membuat Dimas paham dengan watak temannya itu.

****
Dara menepakan kakinya menyusuri jalan-jalan ibukota. ada banyak perubahan dalam kota ini membuatnya sedikit linglung. Gedung-gedung telah meningkat dengan pesat, jalanan pun mulai penuh sesak diiringi suara klakson yang saut menyaut. ia berkutat dengan handphonenya, melihat jalan ke tempat yang ia tuju.

Dimco. Cafe

sebuah plakat kecil menghentikan langkah Dara."kling" suara yang menandai berakhirnya petualangannya malam ini.
"haiii" sapa seseorang dengan ria.
"haiiii, it's been a while" sapa Dara dengan senyum kecil.
petualangan yang menuntut Dara malam ini adalah cafe kecil yang didirikan oleh sahabat semasa kuliahnya, Rika.

" jadi sejak kapan lo sampai sini?" tanya Rika sambil meletakkan cappucino pesanan Dara.
"udah seminggu-an sih kayaknya, tapi emang seminggu itu repot banget ngurus berkas-berkas dan cari tempat tinggal" jawab Dara setelah mengesap pesanannya.
"kan lo bisa tidur tempat gue dulu Raa" gerutu Rika. Dara hanya bisa tersenyum dan menggidikan bahu
"takut ngrepotin"
Rika melirik sebal ke arah Dara.
Kling pertanda seorang pelanggan masuk yang membuat Rika bergegas berdiri. membuat Dara lega dibuatnya.

Dara masih tinggal di cafe itu ketika Rika mengatakan ada sesuatu yang penting untuk di bicarakan dan meminta Dara untuk menunggu nya hingga cafe tutup. Lagi pula ia sudah lama tak berjumpa dengan temannya, jadi tidak ada alasan baginya untuk cepat cepat pulang.

Dara membuka lembar demi lembar buku yang dibawa nya didalam tas, membuatnya hanyut dalam semestanya sendiri. hingga kehadiran seseorang membuat akalnya hilang. dan kabar yang dibawa orang itu akan membuat dunianya terombang.

****
setelah beres bekerja, Bayu menjemput Dimas di Halte Bus. setelah perdebatan sengit mereka, akhirnya mereka sepakat untuk bertemu di titik tengah. Dimas dengan malas memasuki mobil.
"enak aja lo minta dijemput dah kaya anak perawan aja lo" seloroh Bayu ketika dimas menutup pintu mobil.
"emang" kata dimas cuek yang dibalas toyoran Bayu.
disepanjang jalan menuju sebuah tempat, mereka hanya diam membisu, membiarkan suara radio memenuhi mobil itu.
"dim, gue mau nikah" kata Bayu, memecah keheningan. Dimas sedikit tersentak dibuatnya, ekspresinya saat ini sulit untuk dijelaskan. jenis obat obatan apa yang digunakann Bayu hingga ia berkata seperti itu.
"beneran. ini kita mau ke tempat dia. mau gue kenalin sama lo" ucaap Bayu lagi. Dimas masih menatap temannya tak percaya.
"cuman butuh waktu 3 bulan buat gue yakin kalo dia takdir gue, dim. gila kan gue dim" lanjut Bayu sedikit terkekeh
"dia sih yang gila" jawab Dimas yang di iyakan Bayu.
suara radio kini bertubrukan dengan pembicaraan dua lelaki itu. pertanyaan tentang siapa nama calon istri Bayu, apa pekerjaannya, kenal dimana, dan hal hal lain terus di mengiringi perjalanan mereka.
"kata calon gue, teman kuliahnya dateng setelah beberapa tahun gak ketemu, jadi sekalian kenalan ya dim sama dia, siapa tau jodoh" goda bayu
"jodoh sama calon istri lo?" tanya Dimas sok sokan bego
"sama temennya!" ujar Bayu sembari menjitak kepala Dimas.

perjalanan mereka akhirnya berhenti di sebuah cafe dengan plakat tutup yang telah tertempel dijendela pintu.

****
Dara masih berkutat dengan buku dihadapannya dan Rika menyelesaikan beberapa pekerjaan sementara karyawan yang lain telah menuju rumah mereka masing masing.
"dibantuin gak?" tanya Dara untuk kesekian kalinya, dan kesekian kalinya pula ditolak. ketika ia beranjak untuk membantu, ia malah di marahi habis habisan oleh pemilik cafe ini.

kling! tanda seseorang memasuki cafe
"hai, dah sampe?" sambut Rika sumringah. membuat Dara ikut menoleh. ia tertegun mendapat dua laki laki yang berdiri didepan pintu memiliki fitur wajah yang familiar dimata-nya. yang satu terlihat lebih rapi dari ingatannya, dan yang satu lagi terlihat lebih berantakan dari sebelumnya.

dimas melirik sebentar kearah Rika, lalu matanya langsung tertuju kepada gadis yang setengah berdiri sambil menatap dirinya. ia masih terlihat cantik, seperti sebelumnya.

"Dara?" ucap Bayu kebingungan.
"loh kalian saling kenal?" tanya Rika tak menyangka

Persetan dengan takdir yang sedari tadi digaungkan oleh Bayu, bagi Dimas ini adalah kesempatan untuk mewujudkan kemungkinan-kemungkinan yang selama ini ada dalam pikirannya.

Maybe If IWhere stories live. Discover now