Perpisahan yang meninggalkan tanya

38 1 0
                                    

Arawinda hampir loncat dari atas sofa mendengar bunyi petir yang menggelegar. “subhanallah” pekiknya sembari memegangi jantungnya yang berdegup dengan cepat. Ia yang telah menyelesaikan tontonan film hollywood kesukaannya dan tak pernah bosan meskipun di tonton berulang-ulang. Kisah cinta antara manusia dengan makhluk fana, vampire. Gadis 18 tahun itu begitu cinta dengan sosok karakter pria vampire di film itu. Ia mendambakan kisah cinta romantis bak di film itu.

Suara guyuran hujan deras yang membasahi bumi mulai terdengar, bau tanah lembab akan guyuran hujan pun mulai menyeruak. Dengan sigap Arawinda membalikkan badannya, menatap langit yang gelap di balik jendela. Menatap guyuran hujan di atas genting rumah tetangga di sebrangnya. Dunianya mendadak terasa sendu, dibalik rintikan air hujan selalu ada cerita.

Nada rintikan air hujan menghasilkan nada sendu baginya, menggelitik hatinya . Kepalanya memutar kembali memori  dua tahun lalu. Hatinya pun mendadak mencelos mengingat hal itu. Kembali memikirkan sosok pria sebaya yang tiba-tiba menghilang. Semua terjadi begitu saja secara cepat.2 tahun yang lalu, di musim hujan di bulan Desember sebelum liburan sekolah.

Arawinda adalah gadis polos yang terkenal ceria di antara teman-temannya. Menurutnya semua teman wanita dan teman pria sama, Ia pun belum pernah merasakan suka melebihi rasa sayang terhadap sesama teman. Tak pernah sedikitpun terlintas pikiran buruk terhadap orang lain disekitarnya. Sekalipun mereka bersikap buruk, itu pun pasti ada alasannya. Ia sangat senang berteman dengan siapa saja.

Tanpa disangka-sangka, hari itu sepulang sekolah. Arawinda berjalan pulang ke rumah bersama dua orang teman lainnya, satu wanita dan satu pria. Teman wanitanya bernama Amel, dan teman prianya bernama Habibie. Mereka biasa berangkat dan pulang sekolah bersama-sama. Habibie yang sangat ceria dan suka menjahili Arawinda juga Amel, mendadak menjadi pendiam.

Petir menggelegar mengeluarkan suaranya, Arawinda, Amel yang berjalan di belakang Habibie mendadak terdiam dan ketakutan. Mereka berdua memegangi payung dengan kencang. Habibie menoleh kebelakang dengan cepat, menarik tangan kedua temannya menuju  teras toko dipinggir jalan untuk berteduh. Amel sibuk menyibakkan baju seragamnya yang sudah basah. Arawinda merapihkan jilbabnya yang sudah meleyot di bagian depannya karena kebasahan. Habibie berdiri mematung memeluk tas ranselnya di depan dada.

Tanpa sengaja Arawinda bertatap muka dengan Habibie. Arawinda menyunggingkan senyum 5 jari, memamerkan giginya yang tidak rata. Habibie mematung memandang Arawinda  dengan serius, di dekatkannya tubuhnya hingga tepat di sebelah Arawinda.

Ia kemudian berbisik, “aku suka padamu”. ‘gleeegeeerrr..... ‘dibarengi dengan suara petir yang kembali menggema.

Arawinda mengerjapkan matanya, takut-takut ia salah dengar.

“ kenapa bie?” tanya Arawinda memastikan

“AKU SUKA KAMU!” Habibie berteriak kemudian berlari keluar dari tempat berteduh dan menerjang guyuran hujan yang deras, meninggalkan Arawinda yang diam mematung serta Amel yang mendadak pula ikut terkejut dan mematung.

Jantung Arawinda berdegup dengan kencang saat itu, teman sedari kecilnya, teman favoritnya menyatakan perasaan kepadanya. Ia pun dibuatnya bingung.

Setelah kejadian itu pun, Arawinda tidak pernah bertemu dengan Habibie. Begitu pun dengan Amel. Tanpa mereka ketahui, Habibie dan keluarganya telah pindah ke luar kota. Dan rencana kepindahan mereka rupanya telah dipersiapkan dari jauh-jauh hari. Arawinda pun tidak mengetahui akan membalas perasaan Habibie seperti apa, apabila Habibie masih tinggal disana.

ArawindaWhere stories live. Discover now