( 16 ) ↬Maaf!

230 28 0
                                    


————

M/n harusnya sekarang sedang melakukan berada di Gymnasium untuk lomba bersama Kise dan anggota eskul basket yang lainnya di hadapan ratusan orang itu, jika saja M/n tidak terjebak di dalam masalah seperti ini.

"Pria tua sialan, Maki, dimana letak apartemennya?"

Katsuragi Miwa, ibu dari Katsuragi M/n dan Katsuragi Maki diketahui telat disiksa oleh ayah gila mereka. Banyaknya pesan yang dia dapatkan dari handphone nya itu tidak ada niatan satupun untuk dibalas. Ibunya lebih penting, bahkan untuk olahraga favoritnya itu. Sampai sebuah ide gila datang padanya.

"Sudah cukup dia selalu mengekang kita, hei Maki, ayo membeli pisau dapur. Kita akan memotong daging segar" seakan memiliki pemikiran yang sama, di sebrang sana Maki tersenyum mendengar perkataan itu dari kakaknya, "Ya... Kita akan segera memotong daging segar''.

Di sinilah keduanya, berada di dalam toko peralatan dapur mencari sebuah pisau yang sangat bagus untuk dijadikan sebagai 'pemotong daging segar'.

Maki melihat jenis pisau daging yang pernah dia beli dahulu dan mengambilnya, "Aku... tetap akan memakai ini. Meskipun pernah gagal ketika memakai ini"

"Jaa, aku juga akan mengambil itu", M/n ikut mengambil Pisau yang sama dengan Maki. "Bagaimana dengan pertandingan mu?" Pertanyaan Maki sukses membuat M/n terdiam.

"Aku meninggalkannya. Yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan ibu dan membunuh bajingan sialan itu dengan tanganku sendiri"

Maki mengangguk, kakaknya tidak akan bisa dia hentikan dengan alasan dirinya bisa membunuh pria sialan itu sendirian. Karena Maki tau, M/n sangat marah kepada pria tua itu.

Keduanya kini sudah berada di dapur, sang kasir menatap mereka dengan tatapan heran. Untuk apa ada dua anak SMA yang membeli dua pisau daging sekaligus.

"Kita ingin mengadakan BBQ, tapi jika hanya satu pisau saja yang dipakai akan lama memotong dagingnya. Karena kita memotong daging itu langsung dari 'hewan' yang segar" Ujar M/n seakan mengerti dengan isi pikiran sang kasir.

Sang kasir mengangguk faham, lalu mulai mengemas kedua pisau daging itu. "Harganya 2,700 Yen"

Setelah keduanya mendapat pisau itu, mereka segera menuju apartemen tempat ibu mereka diculik sembari menyusun strategi.

Ketika sudah sampai di apartemen yang lumayan kumuh, langkah keduanya terhenti dan tersenyum lebar.

[Pict]

"Maki, aku rasa aku terlalu bersemangat. Aku sampai bergetar membayangkan pria tua itu kita cincang bersama"

Maki menatap apartemen itu dengan tatapan tajamnya, "Kali ini aku yang akan menang" ucapnya kemudian melangkahkan kakinya untuk memasuki halaman apartemen itu.

Di sisi lain, Gymnasium Miyagi, tempat Pertandingan Basket dilaksanakan.

Kise terus menerus menelfon rekannya, M/n yang belum datang, Bakan tidak membalas satupun pesan dan telfonnya. Seakan dirinya menghilang.

Dua jam lagi giliran sekolahnya, Kise khawatir terjadi sesuatu kepada M/n. Tanpa M/n Kise bisa mengalahkan musuhnya, jika saja M/n membalas pesannya barang sedikitpun.

Lawannya kali ini adalah senpai yang dulu digantikan posisinya oleh Kise, hanya M/n yang tau isi otak senpainya itu. Setidaknya, M/n bisa menyusun strategi aman supaya tidak ada yang cedera, mengingat kaki Kise masih belum sepenuhnya pulih.

Kise menyesal melakukan perintah M/n untuk memasuki gym lebih dulu. Yang sekarang membuat M/n menghilang entah kemana

Nase yang ada di bangku penonton bersama anggota Seirin juga berusaha mengirim pesan dan menelfon kakaknya itu.

"Si sialan itu, apa gunanya handphone baru miliknya, apa tidak bisa membuka pesan satu saja"

Waktu dua jam itu, adalah waktu yang sebentar untuk mereka yang sedang menunggu M/n.

"M/n-cchi cepatlah datang, kita akan membicarakan tentang strategi"

–––

Katsuragi bersaudara itu sudah ada di depan kamar apartemen ayah mereka itu, kamar yang isinya hanyalah sampah makanan. Di balik pintu, sang ayah sudah siap dengan pisaunya juga, ketiganya memiliki tekad yang kuat untuk saling menghabisi.

Maki memikirkan kembali strategi mereka, berdoa bahwa kemenangan ada di tangan mereka berdua.

Jikapun nanti sang ayah berhasil mereka b*n*h, dan mereka di interograsi oleh polisi, mereka mempunyai bukti yang kuat jikalau merek tidak bersalah.

M/n menusukkan pisaunya ke pintu yang menghalangi keduanya dengan sang ayah, kemudian membentuk pola abstrak di sana. Ketika selesai, dengan sedikit dorongan pintu itu rusak olehny.

Sang ayah tersenyum melihat kedua putranya yang ada di sebrang pintu, kemudian melayangkan pisaunya kearah—

– (adegan ini aku skip🙏) –

Nase berusaha menenangkan Tobio yang tiba-tiba menangis kencang sembari memanggil nama sang aniki, M/n.

Membuat Nase dan beberapa orang yang mengenalnya ikut membantu supaya Tobio berhenti menangis.

Kise yang mendengar tangisan keras Tobio mendekati Nase dan segera mengambil alih Tobio. "Aku akan menenangkannya, kau teruslah mengirim pesan kepada M/n. Aku harap– kita harap M/n cepat datang"

Nase menatap Kise dan Tobio yang sudah lumayan jauh dari dirinya, dengan Tobio yang masih menangis dan Kise yang berusaha membuat Tobio berhenti menangis.

"Dia itu sama bodohnya dengan Aniki, namun kenapa mereka begitu kuat? Mereka kan bodoh"

– Apartemen lusuh

M/n dan Maki tersenyum senang. Setelah 57 menit mereka saling melawan, sang ayah tumbang dengan 37 bekas tusukan dan 14 sayatan. Meskipun mereka juga memiliki bekas luka yang sama, namun tidak dalam jumlah banyak.

Keduanya segera membersihkan diri, menghilangkan noda darah yang ada di tubuh keduanya. Dan kemudian mencari sang ibu tanpa memikirkan kalau pembunuhan itu tidak pernah terjadi.

"Aku yakin ibu tidak ada di kamar ini, bahkan di lantai ini. Ini apartemen kecil. Jika masih 1 lantai, ibu pasti akan datang. Dan ini bukan ada di lantai 1 maupun lantai 3, karena suara tadi akan terdengar. Kemungkinan ibu ada di lantai 4, jika itu benar"

Dan dugaan itu benar, ibu mereka, Katsuragi Miwa ditemukan di kamar apartemen lantai 4 dengan nomor 23 dengan kondisi yang mengenaskan.

Tubuhnya sangat kurus, menandakan sang ayah benar-benar tidak memberinya makanan sedikitpun, bekas luka di sekujur tubuhnya, dan darah yang hampir memenuhi kamar itu.

Tanpa pikir panjang, keduanya segera membawa sang ibu ke rumah sakit.

Tidak peduli dengan luka tusuk mereka, tidak peduli bahwa M/n sudah kehilangan 2 buah jarinya.

Yang terpenting hanyalah sang ibu.

—— TBC

Aku lumayan keteteran (?) Banyak tugas, ini aja masih ada 3 tugas individu dan 2 tugas kelompok. Salah satu tugas itu adalah Mat minat, ugh otakku g bisa dipakai mikir.

Jangan lupa mampir ke channel ku, terima kasih (⁠/⁠^⁠-⁠^⁠(⁠^⁠ ⁠^⁠*⁠)⁠/

Minal aidzin 🙏

( ANIKI ) ↬ K.TOBIO X MALETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang