[Chapter 6] Kejar mimpi.

108 35 2
                                    

Minggu, 30 Agustus 2020

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Minggu, 30 Agustus 2020.

Halo diary.

Dihari ulang tahun Hueningkai kemarin. Sebenarnya aku hanya ingin bertanya, tiada maksud apapun.

Tapi kurasa, dia benar-benar sungguhan dalam menjawab pertanyaanku.

Jadi, dia ingin bisa melihat lagi? Ingin melihat wajahku dalam matanya?

Jujur, tanpa dipinta. Aku juga mau begitu.

Tapi, aku meragu...

Bagaimana nanti jika Hueningkai menjauh setelah bisa melihat lagi?

Aku takut dia sadar, kalau sebab kebutaannya tiada lain karena menjemputku ditengah hujan lebat.

Aku memang pecundang.

Selama ini dari awal tahun 2020, aku juga ingin Hueningkai pulih. Tapi aku menunda, karena takut dia benci.

Lagipula, selama ini Kak Chaeryeong sepertinya masih banyak menyimpan dendam padaku.

Dari caranya bersikap, berbicara bahkan selain padaku. Lebih pendiam dan kurang ramah dari yang biasanya.

Karena Kak Chaeryeong, aku semakin merasa bersalah.

Tuhan, tolong. Ampuni dosaku.

Bagaimana bisa aku merebut kebahagiaan orang lain seperti ini, sangat tidak adil!

Aku terlalu tega, tlah membuat dunia Hueningkai menggelap bagitu saja.


























>><<


























Kamis, 3 September 2020.

"Mau kemana lagi? Aku sudah lelah."

Sedari tadi Taehyun mengeluh, berkacak pinggang melihat Yuna yang mondar-mandir sekitar pinggir jalan raya.

"Apa kamu sudah cari di internet?" Tanya Yuna.

"Mengenai?"

"Rumah sakit terdekat yang menyediakan operasi donor mata."

"Sudah, tapi tidak ada." Taehyun menggeleng.

Yuna mendengus kasar, nyaris pasrah ketika Taehyun masih menyandarkan punggungnya pada mobil yang mereka bawa.

Dari pagi hingga ke petang, keduanya mencari banyak Rumah sakit yang menyediakan donor mata untuk Hueningkai.

Tapi nihil, semua Rumah sakit yang di datangi tiada yang bersedia.

"Yuna."

"Ya?"

"Apa tadi kita sudah mengunjungi Rumah sakit di dekat tempat lesmu?"

Mengerut alis, Yuna melirik ke atas langit berfikir. "Dimana?"

"Di tempat yang dulu ketika Hueningkai terjatuh, tempat Dokter Yeonjun dan Yeji."

Tak lama, Yuna mengangkat alis. Menjawab rusuh. "NAH! BELUM, AYO KITA KESANA!"

Sampainya di Rumah sakit yang dimiliki oleh Dokter Yeonjun bersama Dokter Yeji-tempat yang dulu menangani kecelakaan Hueningkai saat menjemput Yuna dulu.

Yuna membuka pintu perlahan, mencari keberadaan sang Dokter. "Permisi."

Dokter Yeonjun tengah terduduk dimeja khususnya. "Oh, Yuna ya?" Ujarnya tersenyum sumringah, mempersilahkan.

Yuna dan Taehyun membungkuk kemudian terduduk berjejer dihadapan sang Dokter.

"Ada keluhan apa, Yuna?"

"Bukan kami Dok, tapi untuk Hueningkai."

"Ada apa dengan Hueningkai?"

Sempat melirik sekilas, Yuna bersitatap pada Taehyun selagi merancang beberapa kalimat penjawab.

Taehyun beralih menatap Dokter Yeonjun, menjawab. "Kami ingin Hueningkai bisa melihat kembali, Dok."

Yuna menghela nafas lega begitu tujuannya tersampaikan, tapi malah sedikit ragu lantaran Dokter Yeonjun melamun.

Beliau tanpa senyum, mengerut alis lalu menjawab. "Hueningkai masih bisa melihat kembali."

"Kami bersedia untuk menolongnya, tapi pendonor mata sangat jarang ditemukan, jadi kami belum bisa memastikan hal ini."

"Proses pendonoran mata, harus di lakukan pada orang yang sudah meninggal saja." Lanjut beliau.

Air wajah Yuna berubah masam, terpaksa hanya mengurut dada ketika Dokter Yeonjun menjawab demikian.

"Jadi, kemungkinan besar Hueningkai tak bisa melihat kembali?" Tanya Taehyun, iba melihat saudarinya kecewa, ikut terlarut.

"Iya, kalipun ada, peluangnya hanya sedikit. Tapi kami usahakan 'tuk mencari pendonor mata yang tepat untuk Hueningkai."

"Baik, Dok. Terimakasih." Lekas itu, Taehyun mengajak Yuna keluar Rumah sakit.

Mengajaknya ketaman kota, siapa tau dengan mengunjungi tempat ramai sejenak dapat menenangi saudarinya.

"Tenanglah, pasti ada cara untuk membuat Hueningkai kembali." Ujar Taehyun.

"Tetap sulit Taehyun, bagaimana cara menemukan seorang yang baru saja meninggal 'tuk dijadikan pendonor?"

"Dunia terus berputar, setiap waktu akan selalu ada seorang yang meninggal dan seorang yang lahir."

Di kursi taman, Yuna berdiri menghela nafas, melirik Taehyun berkata. "Tapi seorang itu jauh dari kita."

"Bisa saja kita melakukan pembunuhan? Atau, aku saja yang menjadi pendonor untuk Hueningkai." Lanjutnya.

"Astaga, kamu bicara apa?" Taehyun tercengang, ikut berdiri menyamai Yuna.

Mengerut alis, Taehyun agak membentak. "Lebih baik tak perlu membuat Hueningkai kembali, daripada mengorbankan satu-satunya nyawa."

"Lagi, apa maksudmu? Kita bisa terkena hukum jika membunuh seseorang." Lanjut taehyun.

Yuna menatap sang wira, menafsirkan maksudnya lekas dijawab. "Lebih baik aku mati untuk Hueningkai bisa kembali."

Lalu, putri kembali mulai menangis.

























Bersambung...

KALENDER | YunkaiWhere stories live. Discover now