[Chapter 5] Cikal bakal.

118 37 4
                                    

Kamis, 24 Oktober 2019

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamis, 24 Oktober 2019.

Sebuah ruang lingkup persahabatan, mereka adalah salah satu dari banyaknya kelompok yang mengisi ruang tersebut.

Hueningkai dengan Beomgyu, adalah teman dekat yang bersahabat dengan Yuna dan Ryujin.

Awal tahun ini tak sengaja keempatnya semakin dekat sejak satu Sekolah di semester akhir.

Hingga keempat anak muda ini terbagi menjadi sepasang, selalu bersama namun lebih dekat dengan salah satunya.

Yuna dekat dengan ketiganya, tapi Hueningkai lebih dekat daripada yang lain.

Hingga hampir menjelang akhir tahun, musibah menawarkan diri menjadi teman diantara Yuna dan Hueningkai.

Mengubah banyak rasa, suasana, waktu dan keindahan dalam ruang lingkup tersebut.

Tepatnya, Kamis ini.

Kendaraan beroda empat melaju kilat ditengah hujan deras, sengaja melawan angin kencang bersama langit yang tengah terisak berat.

"Aku masih dijalan, Yuna. Tunggu saja." Jawab Hueningkai dalam telepon, gesit mematikan panggilan demi melurusi diri dalam menyetir.

Langit senja di penghujung waktu lambat laut menggelap, merepotkan Hueningkai dalam berkendara, terlebih hujan semakin deras.

"Sebentar lagi aku sampai." Gumamnya sendiri, optimis bisa menjemput Yuna walau keadaan tidak mendukung.

Setiap sore Yuna mengikuti les bahasa, cukup jauh dari rumah Hueningkai dan rumahnya sendiri. Dan setiap sore pula, Hueningkai menjemputnya pulang.

"KAAAAAIII." Pekik Yuna menggema tapi terhalang oleh suara hujan yang tak kalah berisik.

Melihat mobil Hueningkai sampai didepan bangunan sederhana—tempat les Yuna. Sang gadis melambai tangan.

Yuna menggeleng ketika samar melihat wajah Hueningkai di kaca depan mobil, tanda kalau Yuna tidak membawa payung untuk bisa menghampiri.

Akhirnya Hueningkai keluar membawa satu payung besar, berjalan menuju Yuna agak lambat karena takut terpeleset disituasi tanah yang licin.

"Hati-hati, Kai."

Yuna menginjakan kaki tepat di ujung lahan tanah yang tidak terkena curah hujan. Siaga kalau Hueningkai sudah dekat.

Beberapa langkah lagi ketika Hueningkai sampai, Yuna mengulur tangannya, kemudian di genggam langsung oleh Hueningkai.

Maju dalam satu langkah kecil, Hueningkai terjatuh.

KALENDER | YunkaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang