Milenial Yang Menjadi Ibu

6.1K 1.2K 291
                                    

Dear Kaum Milenial dan Gen Z,


Mau tanya dooong, yang mau Preorder buku ini siapa ayo? Coba ini dihitung nih, biar semua kebagian. Dapetnya aja sih?

Buku bertanda-tangan, sama merchandise yang pokoknya 'rumahan' banget!!!!

Preordernya tanggal 25 JANUARI 2022! Diinget-inget tuh!

Salaaaaam kaya raya,

Ratucungpret

***

"Milenial bukan soal anak muda, tapi juga soal anak muda yang punya suami, anak, dan bekerja untuk hidup enak."



AKU memasukkan nama cluster perumahan yang dikirim oleh agen real estate ke Google Maps yang katanya ada di selatan Jakarta. Buset, ini sih bukan di selatan lagi. Di ujung pinggiran kota penyokong Jakarta. Di ujung duniaaa!

Jam sudah menunjukkan pukul enam sore, tapi aku belum bisa beranjak karena menunggu kepastian tiket waiting list dari maskapai Garuda Indonesia untuk penerbangan pertama ke Jogjakarta. Yang pergi kepala Divisi Bisnis, baru pesan siang hari jam dua, alhasil masuk antrean karena sudah full booked. Kalau sampai jam sepuluh malam tidak dapat juga tiketnya, kemungkinan besar akan dinaikkan ke kelas bisnis.

Aku sampai lupa makan. Mau beli makanan apa ya, yang murah jam segini? Aku baru akan membuka aplikasi ojek ketika kubikelku dihajar, eh, diketuk oleh Danan yang hari ini memakai kemeja putih lengan panjang dan celana panjang abu-abu.

"Belum balik?" tanya Danan.

"Masih nungguin tiket buat tim Raisa," kataku.

Danan menarik kursi Pak Dedi dari kubikel sebelah, lalu duduk di sampingku.

"Btw, thanks ya, udah lo booking aja itu Alila Solo, sesuai selera gue, nggak pakai babibu." Danan mengacungkan dua jempol.

"Itu hotel lumayan baru. Sudah tertanam di otak gue kalau lo takut sama hotel lama," ucapku.

Danan tersenyum amat lebar, supermanis. "Duh, gue bisa apa tanpa lo, Kal."

"Lebay." Aku pura-pura manyun.

"Beneran!" Danan memelotot, tidak terima dianggap bercanda.

Dia memajukan duduknya sehingga tepat di sebelahku. "Kalau sama Nisa, gue mesti bolak-balik nanya hotel mana yang baru. Dikasih opsi sama dia, terus gue nanya lagi yang dekat site di mana. Repot. Sama lo cukup gue kasih tahu meeting gue di mana, udah selesai dipilihin."

Aku tertawa kecil. Danan bukan tipe laki-laki yang hemat kata kalau gemas. Dia hobi ngedumel.

"Makin sayang deh gue sama lo kalau gini terus." Danan cengengesan.

Sekarang aku tertawa geli. Ini yang bikin Tanish konsisten menolak Danan.

"Lo sendiri ngapain belum balik?" tanyaku.

"Memo gue naik ke direksi. Katanya gue disuruh stand by. Takut ada pertanyaan." Danan bersandar di kursi sampai terdengar bunyi derit.

Harumnya Danan itu sebelas-dua belas dengan harumnya Miya. Pokoknya tidak lekang dimakan lembur bahkan hingga pagi sekalipun. Kadang aku bingung, apakah parfumnya awet karena supermahal, atau dia selalu sigap semprot-semprot? Melihat selera Danan, kemungkinannya yang pertama.

"Makan yuk? Lapar nggak sih?" Danan menoleh.

"BOK!" Kali ini kubikelku sepertinya nyaris dihempas oleh Tanish.

"Woi! Masih belum balik? Gue duduk sini ya." Tanish menarik kursi Bu Rizkia, meja di depanku yang penghuninya sudah pulang.

Tanish duduk di depan Danan.

Home Sweet LoanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang