Kaset Rusak

6K 1.2K 318
                                    

SELAMAT TAHUN BARU,

Saatnya 'buang' yang jelek, menata hidup daaaaan menyambut hal-hal baik dalam hidup

Selamat membaca!

Salam nyicilll,
Ratucungpret

*****

"Marie Kondo berbenah jadi kaya. Aku berbenah terus-terusan, hidupku malah tambah berantakan."





AKU turun dari ojek dengan lemah. Hari ini cukup melelahkan. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Ibu sudah mengirimkan pesan WhatsApp dan menelepon beberapa kali untuk memastikan aku pulang lebih awal.

"Kamu ngapain di kantor terus? Pulang aja kalau sudah selesai kerja. Rumah berantakan." Begitu kata Ibu yang sudah di ubun-ubun emosinya.

Padahal di kantor aku juga bukan tanding gasing, apalagi nonton film gratis. Kalau belum pulang, artinya memang masih ada kerjaan. Terutama karena ini mau awal tahun, mulai ada permintaan untuk pegawai baru, persiapan renovasi kantor, dan mulai ada penyusunan bujet untuk rencana tahun depan.

Aku membuka gembok pagar, sayup-sayup terdengar dua anak kecil berteriak, tertawa. Tebet Dalam wilayah padat penduduk, jalan di depan rumah ukurannya mungkin selebar mobil Alphard, tidak ada lebihnya. Pengantar paket pun kadang emosi ketika ingin berhenti lalu ada mobil mau lewat. Tapi bagusnya, mungkin karena saking sempitnya jalan satu mobil di Tebet ini, tidak terlalu banyak kendaraan yang hilir mudik alias sepi. Hingga terkadang jadi ajang keberanian maling.

Aku membuka gerbang dengan kepala menunduk. Ruang untuk ketiga mobil terisi semua. Jeritan kedua anak itu semakin nyaring. Sudah terbayang betapa semrawutnya di dalam sana, terutama karena kamarku yang hari ini selesai dipindah, lebih tepatnya, barang-barangku sudah selesai dikeluarkan secara sepihak, karena katanya Ibu sudah tidak bisa menunggu lagi. Aku melirik tempat sampah yang sudah dipenuhi kantong-kantong yang tampak hampir meledak saking penuhnya. Rupanya sebagian juga sudah dibuang. Aku tidak peduli, toh tidak ada barang berharga di kamarku.

Aku menutup gerbang, menggemboknya lagi, lalu masuk dengan posisi miring di antara kedua mobil, dan membuka kunci pintu masuk. Aku hanya bisa menghela napas ketika pintu sudah dibuka; mobil-mobilan, dapur-dapuran buatan Cina dengan plastik murah, berserakan di ruang tamu. Aku mengunci pintu dengan pasrah. Ruang tamu ini terasa sangat sempit, dan semakin sempit dengan ranjau mainan yang tersebar di mana-mana. Rumah ini tidak pernah rapi sejak kakakku menikah. Sejak itu, semuanya tak sama lagi.

"Bu, aku pulang," kataku sambil terus masuk ke ruang keluarga yang lebih parah lagi berantakannya karena ada tenda yang bagai ditiup angin puting beliung, dan mobil yang tampak seperti ditinggal pengemudinya karena habis nabrak.

"Buuu!" Aku memanggil.

Sudah ada tumpukan panci dan wajan, artinya memasak makan malam sudah selesai, tinggal penyajian. Tinggal penyajian ini juga sebuah kerumitan, ada hierarkinya. Rumit. Terutama ketika ada tiga kepala rumah tangga yang tinggal seatap, dan ini bukan kos-kosan.

"ARGH! KAIVAN JANGAN TEMBAK GITUUU!" Suara pekikan Lala dari lantai dua rasanya menggebuk-gebuk gendang telingaku.

"YA INI KAN KAIVAN JADI POLISI CERITANYA!" Kaivan tidak mau kalah.

"Eh, udah, udah. Di kamar baru kok teriak-teriak gitu!" Kamala menegur keduanya.

"Kaivan yang lembut dong mainnya." Natya menasihati Kaivan.

Aku membuka baby safety gate tangga, yang lebih sering membuat kakiku terantuk karena sering kali dikunci. Begitu sampai di lantai dua, aku disambut lagi oleh playground mini anak-anak. Ruang santai yang sebenarnya cukup sempit itu sungguh terasa sesak karena dipakai sebagai ruang bermain anak. Tidak ada bedanya dengan ruang depan dan ruang makan yang dipenuhi serakan mainan anak-anak. Karena ukuran rumah ini tidak terlalu luas, hanya tanah 120 meter persegi dengan carport untuk tiga mobil, rasanya rumah ini memang akan meledak. Tapi kata Ibu aku salah. Di luar sana, banyak orang yang tinggal di rumah yang lebih sempit. Jadi aku tidak bisa berargumen apa-apa. Lagi pula, apa hak seorang lajang protes kepada orang yang sudah berkeluarga dan punya konflik lebih rumit daripada bagaimana caranya meningkatkan devisa negara, sehingga keluarga mereka harus digiring masuk agar masalah mereka teratasi?

Home Sweet LoanWhere stories live. Discover now