Rumahku Belum Terbeli

9.3K 1.6K 440
                                    

HELLOOO GENGS!

Selamat baca buat istirahat siang yaaaa

Atau sekarang juga bisa kalau cuti :P

XOXO,

Ratucungpret.



***


"Setelah menikah, atau setelah umur lewat tiga puluh, setelah bekerja sekian tahun, ternyata belum punya apa-apa, dan masih berjuang untuk meraih segala yang realistis, dan itu hal yang wajar."





NAPASKU memburu ketika tiba di lantai bawah. Aku bisa melihat kedua sobatku ada di sana, Tanish dan Miya. Tanisha Syandana dan Kamamiya Falguni adalah temanku sedari SMA. Namun, nasib memisahkan kami ketika kuliah. Tanish dan Miya masuk Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB, sedangkan aku... Huff! Dengan perbedaan nasib yang semakin runcing di kantor, sebenarnya aku bingung kenapa mereka masih mau berteman denganku.

"Maaf, baru selesai pemotretan." Aku duduk di sebelah Miya yang hari ini membawa tas Celine dan diletakkan di ujung meja, berdampingan dengan tas Tanish yang bermerek sama.

Pokoknya, buat kedua wanita ini, tas mereka harus punya tempat yang layak dan bersih, di mana pun mereka berada. Pernah suatu kali Tanish diajak debiturnya makan di lesehan, dia rela duduk tanpa alas agar tasnya bisa tegak di atas bantal. Kata Tanish, 'rok gue bisa dicuci, tas kalau sampai ada yang nempel kotoran gue nangis sih'.

"Santai. Lo pesan dulu gih." Tanish tersenyum.

"Lo nggak instastory, Mi?" tanyaku pada Miya.

Tanish mengeluh. "Dia udah live tadi. 'Halo, Sulawesi, Kalimantan.' Buset deh, sekalian aja Papua dan Bau-Bau."

Aku terkekeh. "Emang ada pengikut lo di sana, Mi?"

Miya memandangku kesal. "Ya ada, kali. Pengikut gue dua belas ribu, gitu. Hellooo!"

"Danan ikutan katanya." Tanish menatap ponselnya.

Danan Prawara adalah mimpi umat hawa, pintar, S1 sama dengan Miya serta Tanish, S2 di Manchester, anak tunggal, karier gemilang di kantor, gaul, peduli kesehatan, dan tentu saja, lumayan enak dilihat. Bagi yang belum kenal Danan luar-dalam, orang seperti Danan yang masih belum menikah di umur tiga puluh satu adalah sedikit mukjizat yang tersisa di Indonesia raya. Bagi Tanish dan aku, Danan memang manusia sisa. Kami bahkan bertaruh, Danan paling cepat menikah paling umur tiga puluh lima. Apalagi baru setahun lalu Danan putus dengan Miya.

"Danan tuh sebenarnya punya pacar nggak sih? Dia tuh najis deh, sok berahasia sama gue. Kalau pas dia instastory di restoran, gue tahu banget dia nggak mungkin sendiri. Nggak mau ngaku, lagi," Miya mencerocos jengkel.

Tanish menelan suapan tomyam sebelum bicara, "Lagian lo ngapain sih, masih penasaran dia sama siapa? Putus sudah mau setahun. Lo juga sudah dekat dengan berapa lelaki? Jadiin aja."

Miya yang protes sekarang. "Emang gampang cari yang lebih baik dari Danan? Minimal di atas kertas deh."

Matre adalah wajar, kalau kata Miya.Pertama kali mengenal Danan di SMA, sebenarnya Miya sudah naksir berat. Berat banget! Kalau ditimbang satukwintal beras juga mungkin lebih berat rasa suka Miya. Tapi Miya waktu di kampus belum mentereng. Meski berada di pergaulan anak-anak dengan finansial di atas rata-rata, Miya pas banget berada di garis rata-rata. Jadi Miya dan Danan hanya bertegur sapa di kampus, beda geng, beda pergaulan. Dulu, waktu di SBM, Miya ke mana-mana nggak bawa mobil, tapi minimal punya teman yang siap ditebengi, sedangkan Danan selalu bawa SUV Jepang terbaru.

Home Sweet LoanNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ