50 : the bitter part of life

Mulai dari awal
                                    

Beomgyu malah terperangah lagi.

Soobin tergelak. Pipi Beomgyu diusap halus sebelum turun lewati tengkuk dan raih tubuh yang lebih muda ke dalam peluk.

"Beomgyu, maaf yah... maaf kakak terlalu pengecut buat mengakui perasaan kakak duluan."

Beomgyu tak menyahut. Baginya, semuanya masih terasa seperti mimpi. Padahal Soobin ada nyata di hadapannya, padahal Soobin ada erat memeluknya, padahal jikalau pun diminta untuk mengulang pengakuannya pun, yang lebih tua bakal rela mengulangnya hingga beribu kali pun—Beomgyu yakin soal itu.

Tapi semuanya masih terasa fana. Justru karena semuanya terlalu nyata di tiap momennya itulah yang buat Beomgyu hilang akalnya.

"Ja-jangan bohong,"

"Kakak gak bohong, Beomgyu."

Kepala Beomgyu menggeleng di antara lilitan lengan Soobin.

"A-aku—aku pasti lagi ngelindur. Ng-nggak mungkin... pasti aku keracunan kerang dari jjamppong tadi, pasti aku lagi halu—"

"Beomgyu," panggil Soobin seraya menarik diri. Wajah Beomgyu ditangkup lagi oleh kedua tangannya. "kakak gak bohong, kamu gak mimpi, semuanya nyata. I like you. I really like you."

Tapi Beomgyu cuman berkedip cepat. Memang indah diperdengarkan, tapi tetap saja...

"Beomgyu... kakak harus ngapain supaya kamu percaya?"

Percaya? Kalau ditanya begitu, Beomgyu juga tidak yakin harus bagaimana. Mungkin dia harus tertidur dulu sekarang dan bangun di esokan paginya kemudian bertemu kak Soobin-nya ini dan memberikannya salam hangat dengan suara merdunya disertai morning kiss

"Cium."

Itu—terucap begitu saja. Lewat di dalam kepala Beomgyu yang kosong tapi berbeda dengan dada kirinya yang ribut terutama oleh debar jantungnya yang bukan main cepatnya berdetak. Rasanya seperti akan pecah seketika karena rongga di dadanya terlalu kecil sehingga itu meloloskan begitu saja apa yang terlewat di dalam kepalanya, dan itu—

"Cium." Beomgyu mengulang lagi dengan suara lirih. Pipinya merona merah, entah oleh dingin atau karena hangat yang berkumpul di sana karena telapak tangan Soobin yang menangkupnya. Tidak tahu, Beomgyu tidak tahu.

Tapi wajah Soobin yang mendekat itu ada di ujung matanya. Embus napasnya menabrak hangat dengan milik Beomgyu sebelum lenyap pandangannya bersama sapuan hangat di dua belah bibirnya.

It's not a dream. Kenyataannya seperti mulai hinggapi isi kepala Beomgyu kala bibir tipisnya dilingkup lumat basah bibir Soobin.

Bukan mimpi. Tidak ada bagian mimpi termasuk kecupan singkat sebelum Soobin melepaskan diri.

Beomgyu membuka matanya perlahan dan Soobin masih di sana. Hidungnya menempel dengan ujung hidung milik Beomgyu yang lancip.

"I wasn't a dream, Beomgyu."

Napas Beomgyu tertahan sesaat sebelum menggumam lirih, "Uhm... you're real, kak..."

Soobin tersenyum membuat lesung pipinya tercetak. Sangat manis, sangat indah. Beomgyu bisa luruhkan dirinya di sana namun tubuhnya lebih dulu luruh dalam dekapan hangat Soobin, yang kini tanpa ragu Beomgyu dekap balik. Salurkan kehangatan yang dimilikinya.

I'm so happy.

Saking bahagianya, Beomgyu rela untuk meledak kapan saja.

❏❏❏

Pagi lainnya bertemu, dan Beomgyu bangun dengan perasaan tenang dari terakhir kali yang dia ingat. Bahkan sebetulnya, ini pagi yang paling membahagiakan yang paling dia ingat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang