chapter 4

280 47 6
                                    


Aku merasa bersalah, malu, dan canggung. Kenapa bisa diriku hilang sadar hingga menciumnya paksa, ini pasti menyakitinya. Terlebih seharusnya bocah seperti dia belum layak merasakan hal seperti itu, masih terlalu muda.

'Tapi kenapa rasanya tidak mau hilang? Sensasi itu, buaian itu, manis. Astagaa apa yang sudah kupikirkan. Tidak-tidak ini tidak boleh berlanjut, dia harus tahu bahwa aku tidak sengaja.'

Dirga keluar dari ruangan itu dan berniat menemui Amel. Hatinya tidak tenang ketika belum menjelaskan, dia tidak mau Amel berfikiran yang buruk tentangnya. Lagi pula itu tidak sengaja, kalau dia sadar pasti tidak akan terjadi.

Dirga mengetuk pintu kamar beberapa kali, dirinya gugup setiap kali ingin berbicara pada Amel. Gadis itu memang cantik, kulitnya yang putih, bibir mungilnya, ah sudahlah.

Pintu tak kunjung dibuka, sepertinya Amel masih tertidur. Tangannya sudah memegang knop pintu, tapi ragu untuk membuka karena belum ada ijin sama sekali. Bagaimana kalau dia sedang berpakaian dan Dirga masuk begitu saja? Sangat tidak lucu.

"Nanti sajalah, pasti juga dia turun untuk sarapan."

Dirga memutar tubuhnya beranjak meninggalkan kamar Amel. Menikmati sarapannya seperti hari-hari sebelumnya. Makan sendiri, tidur sendiri, pergi sendiri, bersantai sendiri, mandi pun sendiri. Yakali mandi bareng saya.

'Aneh, dia belum turun juga?' batinnya memandang tangga yang seharusnya Amel sudah turun dari sana.

"BIK!"

"Ya, Tuan?"

"Nanti tolong cek anak itu ya, belum turun juga."

"Anak? Tuan?"

"Maksud saya Amel, yang kemarin saya bawak kerumah."

"Oh, iya Tuan nanti saya cek."



....



Tok tok ...

"Non? Bibi bawain sarapan nihhh!" teriak bi Rusnah dari luar kamar. Sampai jam sembilan pagi belum bangun juga, apa sedang bertapa?

"Haduhh ... lagi ritual kali yak?"

Tok tok ...

"Non? KEBAKARAN!! KEBAKARAN ... CEPAT KELUAR NON!!"

Bi Rusnah berteriak nyaring, mengitari di sekitar pintu kamar Amel bak orang stres. Hening. Bi Rusnah kehilangan ide, meletakkan nampan sarapan tadi lalu berlari keluar halaman meminta tolong pada satpam yang bertugas.

"Pak ... pak, ayo atuh bantuin saya dobrak pintu kamar non yang baru datang kemaren. Dia gak bangun-bangun."

"Ngomong sama siapa? Saya ya?"

Plak!

"Udah di suasana genteng gini masih bercanda!"

"SUASANA GENTINGG!"

"Iya apalah itu, ayo cepat."

Keduanya berlari memasuki rumah, mengetuk pintu kamar Amel untuk pemanasan.

"Permisi? Saya tahu saudari entah siapa namanya, berada di dalam. Kami dari tim patroli siang bolong sedang melakukan penelusuran diduga penyelundup barang haram. Tolong kerja samanya." teriak Pak satpam dengan keras.

"Sekali lagi, tes-tes, allow! Jika tidak ada respon kami akan mendobrak! Anda sudah terkepung."

"Heh! Lama banget, tinggal dobrak aja banyak cerita ya." sindir bi Rusnah yang sudah terlihat jenuh.

Dear Pak DIRGAWhere stories live. Discover now