Kisah Julian : Keluarga Handoko [Part 29]

2.7K 109 0
                                    

Tiba waktunya makan malam, sebelum aku pergi ke meja makan, aku mengantar Oliver dan Angga ke tempat bangunan di mana Pak Gulam tinggal. Mengenai kejadian sebelumnya di kamarku, jangan salah kira ya kita tidak melakukan apa-apa, justru aku jitak kepala keduanya karena melihat aku yang telanjang dengan tatapan tak senonoh.

Tentu saja, hubungan persahabatan aku dengan mereka sudah kembali baikan, aku akhirnya menerima kenyataan bahwa mereka adalah pasangan penyuka sesama jenis. Hal itu membuatku sedikit bisa bernapas lega karena ternyata aku bukanlah penyebab mereka masuk ke dalam dunia pelangi ini, melainkan mereka memang sudah menjadi bagiannya sejak lama bahkan sebelum mengenalku. Beban berat yakni rasa bersalahku yang tersimpan di pikiranku kini telah menghilang tersapu oleh pengakuan keduanya.

"Eh, Mas Julian? Aduh, sini masuk dulu Mas. Maaf ini bapak habis baru mandi, ada apa ya Mas?" tanya
Pak Gulam yang berdiri di ambang pintu sembari memeluk tubuhnya yang masih sedikit basah itu.

"Gini Pak, saya mau minta tolong ke bapak antarkan Oliver sama Angga pulang bisa?"

"Oh, bisa Mas, tapi ini bapak ke dalem dulu ya pakai baju dulu," kata Pa Gulam lalu mempersilahkan aku masuk terlebih dahulu ke dalam tempat tinggalnya itu.

Sekedar informasi, Pak Gulam ini mendapatkan tempat tinggal di sebuah bangunan berukuran 4x8 meter yang terletak tak jauh dari tempat parkiran. Di samping bangunan itu, juga terdapat bangunan lain yaitu tempat tinggal Pak Heer, Pak Lukman, Mas Paul dan Pak Jihad yang ukuran kamarnya sedikit lebih besar dibdingkan tempat Pak Gulam ini, yakni ukuran ruangan adalah 5x3. Yah, perbedaan ini karena mereka adalah para pria yang sudah memiliki istri dan sudah punya anak. Juga, istri-istri mereka pun merupakan pekerja di rumah ini.

Kembali lagi dengan keberadaan aku yang saat ini di dalam kamar Pak Gulam yang notabenenya seorang perjaka tua. Di usianya yang sudah menginjak kepala tiga, dia masih belum mendapatkan pasangan apalagi menikah. Padahal, melihat bagaimana penampilan Pak Gulam yang tidak begitu buruk, seharusnya mudah untuk menarik hati wanita. Terlebih, setelah melihat reaksi Angga dan Oliver yang meleleh dan sange begitu melihat pria itu bertelanjang dada membuktikan bahwa Pak Gulam ini mrmiliki daya tarik yang lumayan kuat.

"Inget ya lu berdua, jangan macem-macem nanti di mobil!" ancamku kepada Angga dan Oliver yang saat ini tak bisa duduk diam. Keduanya berjalan ke sana kemari melihat-lihat barang milik Pak Gulam yang berada di ruangan itu.

"Iya, iya, Pak Bos," balas Oliver dengan nada sewot.

Sekitar lima menit kita menunggu, Pak Gulam pun akhirnya keluar dari kamar mandi dan sudah siap untuk mengantar dua cecunguk ini.

"Sudah siap Mas, ayo bapak antar," kata Pak Gulam dengan wajah penuh keikhlasan.

Pak Gulam bersama Angga dan Oliver pun beranjak pergi.

"Pak, ini saya pinjam kamar mandinya dulu ya?"

"Oh iya Mas, ini bapak langsung tinggal antarkan mereka ya."

Ketiganya pun pergi menuju parkiran mobil, sedangkan aku masih tinggal di dalam kamar Pak Gulam untuk pergi ke kamar mandi lebih dulu. Pasalnya, aku tiba-tiba saja kebelet kencing dan sudah tidak tahan. Aku pun segera masuk ke dalam kamar mandi yang berada di dalam kamar Pak Gulam ini. Sembari kencing, aku tak bisa untuk tidak tertarik untuk melihat bagaimana keadaan kamar mandi milik supirku ini.

Sekilas tidak aa yang berbeda dengn kama mandir kebanyakan orang, ada toilet, ada westafle, ada bak mandi, ada cermin, dan ada rak tempat tempat menaruh perlengkapan mandi Pak Gulam. Setelah melihat-lihat sekelilingku, tiba-tiba saja aku terdiam untuk beberapa saat. Tunggu, sepertinya ada sesuatu yang mencurigakan di rak itu. Benar saja, saat aku kembali menoleh ke arah tempat rak itu berada, aku mendapati ada penampakan sesuatu yang misterius. Itu terbungkus oleh pelastik kresek berwarna hitam.

Langsung saja begitu aku memasukna kembali palkonku ke dalam sangkarnya, aku beranjak mendekat dan meraih kresek hitam itu. Dari luar kuraba benda yang berada di dalamnya dan itu terasa sangatlah aneh karena ada bagian yang padat tapi lembek dan kenyal-kenyal gitu. Aku sama sekali tidak ada ide tentang benda apa yang sebenarnya terbungkus kantung kresek ini. Penasaran aku pun membukanya dengan perlahan.

Oh, shitt!

Seperti tersengat listrik, aku tiba-tiba terangsang begitu melihat benda yang ada di dalamnya. Senjata pamungkasku saja mulai bangun dan kini sudah menegang sepenuhnya. Yang benar saja! Isi dari kresek itu ternyata adalah alat pompa yang biasa digunakan untuk onani! Setelah melihatnya dengan seksama, bentuknya mirip sekali dengan miss v milik wanita pada umumnya.

Aku pun mulai mempelajari benda itu dan memasukan jari-jariku ke dalam lubang yang sudah longgar itu. Namun, saat jemariku sudah masuk sepenuhnya di dalamnya, aku merasakan jemariku basah kuyup karena suatu cairan lengket yang sudah berada di dalam sana. Refleks aku pun kaget dan buru-buru mengeluarkan jariku.

Benar saja, saat kulihat dari dekat rupanya cairan itu tidak lain dan tidak bukan adalah spermanya milik Pak Gulam! Rupanya benda ini belum lama habis dipakai pria itu untuk onani! Sialan, ini benar-benar membuatku frustasi karena gara-gara ini aku menjadi lebih terangsang sekarang. Pikiranku bahkan mulai liar membayangkan ketika Pak Gulam tengah mengocok batang kejantanannya dengan benda ini. Desahan dan erangan pria itu bahkan seolah-olah nyata di benakku.

Tanpa sadar aku mulai mengemut jemariku yang sudah basah oleh sperma milik Pak Gulam. Kurasakan lendir sperma pria itu yang asin dan juga gurih itu. Setelahnya, aku yang sudah mulai kesetanan pun menurunkan celanaku sampai selutut dan mengambil posisi duduk di atas toilet. Dengan satu hentakan, batang kejantananku itu pun melesak masuk dalam alat pompa itu.

"Arghhh... shittt!" Aku tanpa henti meracau selama mengocok penisku keluar masuk alat onani.

Tersadar bahwa waktuku tidak banyak lagi karena makan malam akan dimulai sebentar lagi, aku pun mempercepat ritme pemompaan pada senjata pamungkasku itu. Sensasi luar biasa pun menjalar semakin lama semakin membuatku menggeliat karena keenakan. Aku pun sampai pada klimaks setelah beberapa menit berlalu.

"Arghh... ouhhhh... enak bangettt!"

Crott... crott... crot....

Sebanyak tujuh kali aku menyemprotkan lahar spermaku di dalam alat pompa penis itu. Saking buru-burunya, aku pun segera melepaskan kontolku dari jepitannya dan membungkusnya kembali dengan kresek hitam sebelumnya. Kemudian, aku menaruhnya di rak dan segera beranjak pergi meninggalkan kamar milik Pak Gulam itu. Tanpa sadar bahwa aku lupa membersihkan alat pompa itu yang berisikan lelehan spermaku yang sangat banyak.

Kisah Julian : Keluarga Handoko ✔Where stories live. Discover now