┈─.᪥ָ࣪ Fushimi Yuzuru

414 43 4
                                    

SHORT STORIES
Fushimi Yuzuru x Reader
by :: nafariuna_

"Nee nee Fusshi~ Bisakah kamu menceritakan si gadis Apricity itu?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Nee nee Fusshi~ Bisakah kamu menceritakan si gadis Apricity itu?"

Pemuda bersurai oranye tersebut tampak mengekori Yuzuru di belakang. Sang empu menoleh dengan raut muka tenang. "Darimana Akehoshi-sama mengetahuinya?"

"Buku ini terjatuh dari Fusshi, dan sekilas aku melihat kalimat itu, boleh ceritakan padaku?"

Seulas senyum bersamaan dengan rasa penasaran terlukis di wajah Subaru seraya memberikan buku catatan berwarna senada dengan surai Yuzuru. Yuzuru menerimanya, mulai paham bagaimana Subaru bisa mengetahuinya. "Ini hanya cerita lama, tapi saya tak keberatan menceritakannya."

Sebuah halaman dibuka, menciptakan bayangan memori lama yang tersimpan rapih dalam buku tersebut.

Jam menunjukkan tengah malam, langit malam dengan cahaya bintang menerangi belahan bumi kala itu. Rasa lelah terpendam di atas punggung pemuda bersurai biru gelap yang setia mendampingi gadis mungil di depannya.

"Ini sudah malam, apa Nona yakin ingin pergi ke hutan semalam ini? " tanya Yuzuru mengikuti (Name) di belakang.

Sang gadis pun menoleh seraya mengulas senyum cerah. "Tidak, aku sama sekali tak merasa mengantuk. Aku malah senang bisa pergi keluar malam hari!"

"Tapi, udara malam itu dingin, Nona tidak ingin berhadapan dengan bau obat lagi kan?"

Langkah gadis di depannya berhenti membuat Yuzuru ikut menghentikan langkahnya. Sedikit merasa bingung dengan langkah gadis tersebut yang tiba-tiba berhenti.

"Yuzuru-kun akan selalu bersamaku kan? Kalau begitu, untuk apa aku khawatir tentang bau obat yang menyebalkan itu?" ucapnya dengan senyuman tipis yang mampu membuat sang empu terdiam sejenak.

Sebuah seringai terlihat samar-samar dari gadis itu. "Oh! Yuzuru-kun Lihat! Pohonnya terlihat bersinar~!"

Gadis itu; (Name), tampak antusias melihatnya. Tangannya terangkat ke atas seakan-akan ingin menyentuh cahaya kecil yang berterbangan tersebut—kunang-kunang.

"Yuzu—ehh?" (Name) memiringkan kepalanya bingung.

Sebuah cahaya tampak keluar dari selah-selah tangan Yuzuru, membuat rasa penasaran muncul pada sang empu, "Saya berhasil menangkapnya."

"Uwaah! Baru kali ini aku melihatnya dalam jarak yang dekat!" Cahaya imajinasi tampak mengelilingi (Name) .

Yuzuru mengulas senyum tipis melihat ekspresi (Name) yang antusias tersebut. Belakangan ini gadis itu memang selalu terbaring di ruangan serba putih yang sama setiap harinya. Sangat dibatasi untuk pergi keluar karena tubuhnya yang begitu lemah.

Tapi, tubuh lemah bukan berarti ia kehilangan semangat melawan penyakitnya untuk tetap hidup. Semangatnya 'tuk pulih memang tak bisa diduakan.

Tangan yang mengurung kunang-kunang tersebut perlahan terbuka, membuat makhluk kecil itu mempersiapkan sayapnya untuk terbang. Tepat ketika Yuzuru membuka kedua tangannya, makhluk kecil itu langsung terbang ke atas meninggalkan perhatian pada kedua insan di bawahnya.

"Cantik..!" Yuzuru menoleh mendapati (Name) yang masih kagum dengan pemandangan di depannya.

Tanpa sadar tangannya terayun menyentuh sesuatu yang lembut. "Ah, Yuzuru-kun lihat aku,"

Merasa berhasil mendapatkan semua perhatian pemuda itu padanya, gadis itu mulai meniup pelan bunga di hadapannya hingga bunga-bunga kecil dari dandelion tersebut terbang mengikuti arah angin.

"Indah bukan?" tanyanya setelah meniupnya.

" ... Seperti Nona," Yuzuru menjawab. Sedikit terkejut dan memalingkan wajah setelah melihat ekspresi sang empu yang langsung berubah.

(Name) terkejut, senyum canggung tergambar, dapat ia rasakan rasa hangat menjalar di pipinya bersamaan dengan semburat merah. " ... Terimakasih..?"

Bunga kecil dari dandelion sangat rapuh dan mudah terbawa angin begitu saja. Sama halnya seperti (Name) yang memiliki tubuh yang lemah, ia bisa pergi terbawa angin kapan saja.

Sebuah kepala bersandar pada tubuh sang empu. Membuat empunya menoleh sejenak sebelum memandang indahnya mangata di hadapannya.

Jembatan, tempat favorit gadis itu setiap berkunjung ke dalam hutan. Tak ada alasan lain yang membuat gadis itu nyaman selain suasana yang menganggapnya 'rumah kedua'.

"Yuzuru-kun, apa kau punya impian yang ingin kau wujudkan di masa depan?"

Yang dipanggil menoleh, memasang pose berpikir, "Saya jarang memikirkannya selain menjadi idol dan mengurus bocchama."

"Benarkah?"

Yuzuru mengangguk. "Bagaimana dengan Nona?"

Senyum cerah terulas. "Musim dingin akan tiba, dan aku ingin membagikan kehangatan kepada banyak orang~!"

Kata-kata (Name) membuat Yuzuru tersenyum menanggapinya.

Kakinya ia ayunkan menciptakan angin lembut samar-samar. Kesunyian itu membuat jantung Yuzuru sedikit berdebar. Jarang-jarang Nonanya membicarakan soal impian, biasanya (Name) akan menolak untuk membicarakannya.

"Yuzuru-kun sudah melakukan kewajibannya dengan baik selama ini," tangan (Name) menepuk pelan surai biru gelap milik Yuzuru yang membuat sang empu terdiam.

Yuzuru tak menolak dengan tepukan tersebut, ia memang membutuhkannya saat ini. Memejamkan mata sejenak, menikmati rasa hangat dari sentuhan tersebut. Pemuda itu menyandarkan kepalanya di pundak gadis di sampingnya.

"Rapuh dan mudah terbawa angin seperti dandelion, kuharap Yuzuru-kun tidak menghilang sepertinya,"

"Sepertiku."

Perlahan rasa hangat itu menghilang bersamaan dengan angin yang menerbangkan rerumputan di bawahnya. Hilang seakan terbawa oleh sang angin.

Yuzuru membangunkan tubuhnya dari bersandar tadi. Membuka matanya perlahan yang disambut oleh pemandangan mangata di hadapannya.

"Saya merindukan sentuhan hangatmu, Nona."

---  ✧ ༶ ---

Buku tersebut ditutup kala cerita t'lah usai. "Setelah itu, saya hampir tak pernah melihatnya lagi."

Subaru sedikit tertegun. "Gadis itu ... Sangat mirip dengan (Name)cchi,"

"Mungkin saja," Yuzuru mengulas senyum tipis, sedikit menggelengkan kepalanya.

"Nona pasti ingin orang lain merasakan kehangatan yang sama, membagikan kehangatannya. Seperti yang tertulis di buku itu." Yuzuru mengulas senyum penuh makna di akhirnya.

𝘄𝗶𝗻𝘁𝗲𝗿 𝗽𝗿𝗼𝗷𝗲𝗰𝘁 ; apricityWhere stories live. Discover now