1

735 66 1
                                    

Semua berakhir dengan baik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Semua berakhir dengan baik. Direktur Supot kalah. Sistem The Gifted diperbarui. Tidak ada perbedaan kasta antar siswa lagi.

Semua orang bahagia. Kecuali satu orang.

Dia merasa terbuang. Setelah semua pengorbanan yang dilakukannya. Setelah semua hal yang mereka lalui bersama. Jatuh dan Bangkit.
Suka dan duka.
Tawa dan tangis.

Pada akhirnya, bukan dia yang mendapat senyum itu. Bukan dia yang mendapat ucapan terima kasih dengan tatapan lembut.
Bukan dia yang berdiri disana dan bersenda gurau. Berceloteh tentang hal-hal yang telah mereka lewati.

Wave menatap nanar pada dua orang yang asik mengobrol diselingi tawa. Jarak dan kaca jendela ruang rapat yang memisahkan dia dengan mereka tidaklah menjadi penghalang baginya.
Dia tersenyum miris pada pikirannya sendiri, yang dengan konyolnya mengira bahwa ia yang akan mendapatkannya.

Dengan bodohnya, ia berharap pada Pang, yang sekarang memiliki hatinya.
Dengan bodohnya, Wave membiarkan dirinya jatuh.
Lagi.

Benteng tebal dan tinggi yang dulu pernah dibangunnya, runtuh dengan mudah di bawah kaki Pang. Dia berhasil membobol masuk bahkan tanpa disadari Pang sendiri.

Wave seharusnya tahu, Pang tidak akan memberi hatinya.

Hanya karena dia dan Pang menjadi dekat, bukan berarti Pang memiliki rasa terhadapnya. Hanya karena dia merasa Pang memperlakukannya lebih, bukan berarti ia spesial.

Seharusnya Wave tahu Pang adalah seorang social butterfly. Da bisa berteman dengan siapa saja. Bisa dekat dengan siapa saja.

Wave pasti cukup bodoh untuk mengira Pang mungkin memiliki perasaan terhadapnya.

Lucu sekali. Dia selalu menghina Pang bodoh.

Padahal dialah yang bodoh.

Wave bertekad untuk melupakan segalanya. Dan membangun bentengnya kembali.
Kali ini bukan untuk semua orang.
Tapi hanya untuk Pang.
Untuk hatinya. Dalam upaya melupakan perasaan sialan yang menyiksanya ini.

Wave sudah cukup dewasa untuk menyadari bahwa memiliki teman sebagai orang yang bisa diandalkan itu cukup baik.
Berkumpul untuk sekedar mengobrol atau mendengar bualan tidak penting Ohm, saling lempar ejekan dengan Claire dan bekerja bersama Punn untuk projek lomba.
Itu cukup membuatnya sadar bahwa dia ingin berada disana dan mempertahankan hubungan dengan mereka.

Tapi Pang berbeda. Dia berharap bisa membangun kembali batas pelindung agar ia tidak perlu lagi merasakan hal menyebalkan ini.

Wave tidak benci pada Namtarn. Tidak.

Tapi, dia juga tidak bisa menghentikan perasaan tidak suka ketika melihat mereka berdua.

Pun juga, ia tidak ingin membenci Pang. Dia sangat menghargai persahabatannya dengan Pang meski dulu sangat membencinya.

After Ending [PangWave] ✓Where stories live. Discover now