[APPLEBY]

71 8 0
                                    

-o0o-

Naya Ayraa Niranjana, perempuan bersurai hitam legam sebahu itu, menarik nafas dalam-dalam sebelum memasuki gedung tempat ia bekerja dalam beberapa kurun waktu ke depan.

Tak lupa, ia membaca doa dalam hati terlebih dahulu agar di hari yang cerah ini ia tidak bertemu pasien yang menyebalkan. Namun, sepertinya doa itu hanya tertahan di awan-awan sebab baru sepuluh langkah memasuki rumah sakit, ia sudah mendengar keributan yang menyangkut pautkan namanya.

"Enggak mau! Anak saya ini sakitnya bukan sakit biasa! Harus ditangani dokter yang berpengalaman!"

"Bu Fira, Dokter Naya juga sangat bisa dipercaya meskipun dia baru satu bulan bekerja di sini," jawab Pak Deo dengan sabar.

Naya yang menyaksikan perdebatan antara manajer departemennya dengan orang tua pasien itu memilih untuk diam. Dia tidak tertarik sedikit pun untuk menyela atau memberi pembelaan atas dirinya.

Melihat atasannya berusaha meyakinkan ibu itu justru membuat Naya keki sendiri. Ini rumah sakit ternama, banyak dokter yang bisa disuruh menangani pasien itu daripada membuat kegaduhan seperti ini.

"Saya mau dokter yang berpengalaman!" kukuh Ibu Fira dengan penuh penekanan.

"Bu—"

"Saya akan bertanggung jawab penuh apabila saya gagal mengobati putra ibu," sela Naya sebelum Pak Deo menyelesaikan katanya.

Pandangan dua orang tersebut beralih ke arah Naya. Mata ibu itu menyalang ke arah Naya dengan tatapan belum sepenuhnya yakin.

"Orang yang tidak kompeten tidak mungkin bisa jadi dokter. Dan untuk menjadi dokter di rumah sakit besar seperti ini, tidak mungkin juga mereka memilih dengan asal-asalan, Bu Fira. Semuanya sudah dipastikan dapat dipercaya meskipun saya termasuk orang baru. Lagi pun, bukannya Anda memilih rumah sakit ini karena alasan itu juga?" lanjut Naya dengan muka datarnya, dalam hati ia berkali-kali menyebut kata 'sabar' agar tidak terbawa emosi.

Ibu itu seketika melengos mendengar ucapan Naya. Itu artinya apa yang Naya katakan adalah benar.

Naya bukanlah orang yang memiliki banyak stok kesabaran, ia tidak mau membuang-buang waktu untuk memilah perkataan yang jauh lebih sopan daripada yang sudah ia lontarkan sebelumnya.

Ia memanggil salah satu perawat instrumen yang baru datang, "Tolong siapkan ruang operasi, kata Dokter Deven kita mulai operasi tiga puluh menit lagi," pinta Naya, tanpa menunggu izin dari ibu itu.

Ia sedikit membungkukkan badan sebagai tanda hormat pada dua orang di depannya ini, lantas memilih segera pergi ke ruang kerjanya agar ia berhenti menjadi pusat perhatian di lobi rumah sakit.

Samar-samar Naya masih mendengar ibu itu mengeluarkan sumpah serapah untuknya.

"Wanita seperti itu mana ada yang mau ngelirik, saya sumpahin dia jadi perawan tua!"

Naya tidak berniat marah mendengar itu, ia terlalu sibuk menghalau rasa sedih yang tiba-tiba menyergap ke dalam hatinya.

Sejak ia bayi sampai menjadi perempuan dewasa, ia tidak pernah mendapat kasih sayang yang cukup dari ibunya. Tidak jarang Naya berpikir kalau ibunya menyesal telah melahirkan anak seperti dia. Pikiran itu diperkuat dengan orang tuanya yang bercerai saat ia pertama kali memasuki bangku sekolah dasar.

The Cerry on the CakeWhere stories live. Discover now